membuat pelatihan supaya masyarakat paham cara bertani dan beternak dengan baik. Setelah masyarakat siap dilatih, masyarakat
dibekali modal dari perusahaan berupa sapi, bantuan buat kandang, bibit ikan mas, dan lain-lain.
4.4. Kebijakan Pelaksanaan Program
Dengan paradigma baru dari PT. Toba Pulp Lestari, Tbk program CSR sudah dijalankan dengan baik oleh manajemen perusahaan. Pihak perusahaan Telah
melibatkan para stakeholders untuk menjalankan program CSR supaya program ini benar-benar bermanfaat. Berdasarkan hasil indepth interview dengan manajemen
CSR perusahaan, sebagian masyarakat ikut diundang rapat supaya perusahaan dapat mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil indepth
interview dengan manajemen perusahaan perusahaan telah membuat suatu kebijakan
baru supaya tidak merugikan para stakeholders. Adapun kebijakan tersebut adalah:
1. Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Supaya masyarakat tidak
dirugikan dengan kerusakan lingkungan alam disekitar mereka perusahaan membuat sistem manajemen lingkungan SML. Perusahaan telah melakukan
pengolahan limbah, dan penanaman pohon kembali supaya limbah tersebut tidak merusak dan mengganggu alam sekitar serta hutan tidak mengalami
penggundulan. 2.
Tanggung jawab sosial kemasyarakatan yaitu: a.
Mengutamakan putra daerah setempat b.
Melakukan kerja sama kemitraan bisnis dengan masyarakat lokal c.
Menyisihkan dana kontribusi social untuk pengembangan masyarakat 3. Menerima lembaga independen untuk mengawasi pelaksanaan program baru
Universitas Sumatera Utara
Sejak berdirinya PT. TPL dan operasional berjalan CSR secara internal telah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan
fasilitas fisik dan sosial kepada karyawan telah diberikan secara memadai dengan kualitas dan kualifikasi di atas standar. Belum adanya dokumen perencanaan dan
strategi dalam mencapai target yang ingin dicapai untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, terutama exit strategi menunjukkan program CSR
belum memiliki program yang memandirikan dan memberdayakan masyarakat dengan perencanaan program CSR yang lebih tepat. Melalui perumuskan masalah,
mendeteksi potensi yang dimiliki oleh masyarakat merupakan kunci utama perencanaan program CSR. Melalui tahap ini maka perencanaan dengan perumusan
bersama yaitu antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat akan mampu menggali dan kekuatan yang ada pada masyarakat. Program CSR sejak tahun 2003
dilaksanakan masih sebatas melaksanakan program saja di beberapa bidang yang direncanakan saja, belum dimaknai dengan sungguh-sungguh dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan beberapa stakeholder sebagai informan
kunci key informan dan alat bantu kuisioner yang disebar kepada responden ditemukan fakta bahwa masyarakat belum maksimal dilibatkan dalam perencanaan
aktivitas CSR-nya. Perencanaan masih dilakukan kadang secara internal dan setiap tahun yang disebut tahun fiskal, semua divisi merencanakan program yang akan
dilakukan dan didiskusikan dengan internal perusahaan program mana yang diprioritaskan untuk dilaksanakan, dan relative kecil ada keterlibatan hearing
dengan stakeholder dan kalaupun ada hanya bersifat koordinasi. Sebagian besar bantuan dari pelaksanaan program CSR langsung diberikan kepada sasaran seperti ke
Universitas Sumatera Utara
sekolah-sekolah, atau pihak-pihak tertentu. Dalam bidang kerohanian misalnya langsung dilaksanakan dengan pihak masjid atau gereja tertentu.
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dilaksanakan sendiri oleh PT. Toba Pulp Lestari, dan dalam melakukan evaluasi masih terbatas pada evaluasi keuangan
saja. Evaluasi out put, out comes, benefit sampai impact di tingkat masyarakat belum pernah dilakukan, belum melibatkan stakeholder dan pihak terkait dalam
perencanaan dan pelaksanaan program. Publikasi pelaksanaan CSR juga minim sekali dilakukan baik melalui media massa maupun tampil dalam kegiatan publikasi
atau expo pembangunan. Dana-dana dan bantuan kepada masyarakat dari keuntungan PT. Toba Pulp
Lestari, mulai melibatkan Pemerintah Kecamatan dan namun belum dimaknai secara koordinatif dan integratif oleh PT. Toba Pulp Lestari. Sudah mulai ada upaya untuk
duduk bersama membicarakan permasalahan mendasar pada masyarakat dalam menyalurkan dana bantuan, namun belum ada prinsip saling dukung dalam sebuah
tanggung jawab sosial bersama membina dan membangun masyarakat. Berdasar kepada pada hasil wawancara dengan stakeholder pemangku
kepentingan dan masyarakat serta alat bantu kuisioner, ditemukan bahwa kebijakan program CSR PT. Toba Pulp Lestari belum sepenuhnya mendukung peningkatan
perekonomian rakyat karena bantuan yang diberikan PT. Toba Pulp Lestari masih sangat terbatas jumlahnya, belum sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
masyarakat. Hal ini menunjukkan Pembangunan Masyarakat Comunity Development
dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR yang tidak melibatkan masyarakat dan menggalang partisipasi dari masyarakat menyebabkan masyarakat tidak
memiliki rasa memiliki sense of belonging terhadap pembangunan tersebut,
Universitas Sumatera Utara
akibatnya masyarakat tidak akan mampu untuk diberdayakan dan memberdayakan diri sendiri dalam sebuah program pengembangan masyarakat itu sendiri. Karena
konsepsi sebuah pembangunan yang merekomendasikan agar pembangunan dilaksanakan dengan memanfaatkan ketersediaan sumber daya lokal dengan
mengacu kepada karakteristik yang spesifik yang dimiliki akan menciptakan sebuah kemandirian lokal. Pembangunan seyogyanya diarahkan untuk meningkatkan
kualitas tatanan yang indikator utamanya adalah terjaganya keadilan berpartisipasi bagi semua komponen Mappadjantji, 2005.
Berdasarkan indepth interview dengan manajemen PT. Toba Pulp Lestari yang dilakukan juga ditemukan bahwa bahwa CSR masih dianggap biaya cost oleh
perusahaan, dalam arti setiap rupiah yang dikeluarkan harus mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, kondisi ini menunjukkan bahwa CSR PT. Toba Pulp
Lestari belum memiliki dan memenuhi aspek kerelaan volutarism dalam mengimplementasikan CSR-nya, karena pelaksanaan CSR bukan sekedar kewajiban
tetapi Investasi Sosial Social Investment yang keuntungannya tidak dapat dilihat secara langsung dalam bentuk material, tetapi kepentingan bersama antara
perusahaan dan stakeholders dan Sosial License dari masyarakat adalah hal yang penting dalam mempertahankan eksistensi perusahaan Suharto, 2006.
Dalam implementasi pelaksanaan aktivitas CSR idealnya dunia usaha memiliki sinergitas dengan program peningkatan kesejahteraan yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat maupun stakeholders lainnya. Hal ini dilatarbelakangi bahwa upaya tanggung jawab sosial sebuah perusahaan harus mampu menciptakan
kesejahteraan masyarakat dan tugas ini adalah tugas dan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha sehingga diperlukan sebuah
kemitraan antara ketiganya Wibisono, 2007.
Universitas Sumatera Utara
4.5. Tingkat Pengetahuan Awareness dan Keterlibatan Responden terhadap