6
dalam berpakaian dan berperilaku, dan prasangka negatif atau stereotip yang merupakan sebuah bentuk diskriminasi terhadap masyarakat pendatang. Hal ini
menjadi ketertarikan kepada peneliti untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi terjadinya stereotip pada masyarakat Aceh terhadap masyarakat pendatang serta
bagaimana interaksi sosial antara masyarakat Aceh dengan masyarakat pendatang yang akan dilihat pada masyarakat di salah satu desa di Aceh yaitu di Desa
Matang Gelumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian berkaitan dengan topik ataupun judul penelitian yang perlu dijawab dan mencari jalan pemecahannya.
Berdasarkan latar belakang yang diapaparkan, maka peneliti mencoba menarik suatu permasalahan yang lebih mengarah pada fokus penelitian yang akan
dilakukan. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimanakah stereotip masyarakat Aceh terhadap masyarakat pendatang dan sebaliknya stereotip masyarakat pendatang terhadap masyarakat Aceh
di Desa Matang Gelumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen?
2. Bagaimana interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat lokal dengan
masyarakat pendatang setelah adanya stereotip di Desa Matang Gelumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana stereotip masyarakat Aceh terhadap pendatang dan sebaliknya stereotip masyarakat pendatang terhadap
masyarakat Aceh di Desa Matang Gelumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen.
2. Untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial yang terjadi antara
masyarakat lokal dengan masayarakat pendatang setelah adanya stereotip di Desa Matang Gelumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Kabupaten
Bireuen.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa khususnya mahasiswa di departemen sosiologi FISIP USU bagi
pengembangan di bidang ilmu sosial hubungan antar kelompok. 1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat setempat, bagi instansi pemerintah, khususnya bagi instansi terkait di Pemerintahan Kabupaten
Bireuen seperti Badan Perencanaan Daerah dan Dinas Kebudayaan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pandangan Sosiolog Terhadap Masyarakat Majemuk
masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional, yang biasanya dilakukan secara paksa menjadi
sebuah bangsa dalam wadah negara. Masyarakat majemuk menurut J.S. Furnifall dalam Elly, 2011:547-550
dapat dibedakan ke dalam empat katagori, yaitu: 1. Masyarakat majemuk dengan kompetitif seimbang. Yaitu masyarakat yang
terdiri dari sejumlah komunitas atau etnik yang mempunyai kekuatan kompetitif yang kurang lebih seimbang. Dalam keadaan ini, kerja sama antara etnis sangat
diperlukan untuk mencapai pembentukan masyarakat yang stabil. Contohnya di pulau jawa, hubungan antara etnis Jawa dengan etnis Sunda yang memiliki
kekuatan seimbang. Yang mana tidak terdapat hubungan dominasi diantara keduanya.
2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan. Yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas etnis dengan kekuatan kompetitif yang tidak
seimbang, dalam artian bahwa salah satu kekuatan kompetitif lebih besar dari pada kekuatan kompetitif kelompok lainnya. Kekuatan kompetitif yang lebih
besar ini terdiri dari kelompok mayoritas yang mendominasi dalam segala kompetisi seperti kompetisi politik, ekonomi sehingga posisi kelompok lain akan
9
bersifat lebih kecil dan melemah. Gejala-gejala konflik laten antara masyarakat daerah dan pemerintah pusat seperti gerakan saparatisme Aceh, Papua, dan
Maluku Selatan yang lebih banyak dipicu oleh image bahwa kelompok ini merasa bukan sebagai warga negara yang memiliki kemerdekaan. Artinya lepas dari
penjajahan belanja dan masuk ke penjajahan beru yaitu dijajah oleh bangsa Jawa. dalam hal ini, masyarakat Jawa dapat dikatakan sebagai kelompok mayoritas yang
mendominasi negeri ini. dengan banyaknya pejabat negara di masa ini yang rata- rata berasal dai Jawa. dengan demikian, Jawa sebagai kelompok mayoritas di
negeri ini mendominasi kelompok lain yang jumlahnya relatif lebih kecil. 3. masyarakat majemuk dengan minoritas dominan. Yang artinya, dalam
kehidupan masyarakat ini terdapat satu kelompok etnis minoritas, tetapi mereka memiliki keunggulan kompetitif yang luas sehingga kekuatan kompetitifnya
mendominasi bidang-bidang kehidupan tertentu seperti politik, dan ekonomi. 4. masyarakat majemuk dengan fregmentasi. Artinya, suatu kehidupan masyarakat
yang terdiri atas sejumlah kelompok etnik, tetapi semuanya berjumlah kecil sehingga tidak terdapat satu pun kelompok yang memiliki posisi yang dominan.
Masyarakat majemuk menurut Cliford Geertz pada penelitiannya dalam buku Pengantar Sosiologi oleh Elly dan Usman 2011:549 pada masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang terbagi-bagi kedalam subsistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, yang setiap subsistemnya terikat dalam ikatan-ikatan
yang bersifat primordial. Menurut Cliford Geertz yang paling mudah untuk diidentifikasi sistem kemajemukan masyarakat Indonesia ialah adanya penekanan
10
akan pentingnya kesukbangsaan yang berbentuk komunitas-komunitas suku bangsa dan digunakan sebagai referensi atas jati diri kesukubangsaan ini.
Adapun masyarakat majemuk menurut Dr. Nasikun dalam Elly 2011: 550 adalah masyarakat yang menganut berbagai sistem nilai yang dianut oleh
berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah sedemikian rupa, sehingga para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat
sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain.
2.2 Masyarakat Multikultural Indonesia