Stereotipe Antarbudaya Pengaruh Stereotip Dalam Interaksi Antarbudaya

20 Akan tetapi mereka sebenarnya merupakan integrasi antara etnis Minang dengan etnis Aceh, sehingga lahir lah satu etnik yang disebut dengan Aneuk Jamee kamu-pendatang. Sedangkan etnik Kleut, baik Kleut Utara maupun Kleut Selatan, merupakan salah satu turunan dari etnis Alas. Bahkan etnis Alas menurut cerita berasal dari berasal dari etnis Kleut ini. Dan etnis Singkil adalah satu etnis yang hidup di Kabupaten Aceh Singkil. Etnis ini mirip bahasanya dengan etnis Melayu dan bahasa kleut dan bahasa Batak Karo. Terakhir adalah etnik Defayan dan Singulai. Etnik ini hidupnya di kabupaten Simeulu atau Pulau Simeulu. Etnik ini mendekati turunan dari etnis Nias Sumatera Utara. Akan tetapi etnis Defayan dan Singulai semuanya menganut agama islam dan berbudaya seperti budaya islam. Secara antropologi etnis ini jika dilihat bentuk mukanyapun mendekati etnis Nias dan kebanyakan mereka berkulit agak putih. Inilah etnik-etnik Aceh yang hidup dan berkembang saat ini. Mereka umumnya beragama Islam dan tunduk kepada syariat Islam. Etnik-etnis Aceh tersebut disatukan kedalam satu bangsa pada masa Kerajaan Islam dengan nama Bangsa Aceh Rani Usman 2003:38-42.

2.6 Stereotipe Antarbudaya

Stereotipe merupakan suatu penilaian terhadap sesuatu yang pada dasarnya belum dapat dibuktikan kebenarannya secara faktual. Stereotip dalam hal ini merupakan keyakinan yang terlalu digeneralisasi, disederhanakan, atau dilebih- lebihkan terhadap kelompok etnis tertentu. Dengan demikian, ketika kita memberikan stereotip kepada seseorang, pertama kali yang kita lakukan adalah 21 mengidentifikasi individu tersebut pada basis anggota kelompok etnis tertentu, dan langkah berikutnya adalah menilai diri individu tersebut. Menurut Kornblum dalam buku Pengantar Sosiologi Kamanto, 2004:152, stereotip merupakan citra yang kaku mengenai suatu kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut. Stereotip mungkin ada benarnya, tetapi tidak seluruhnya benar. Menurut stereotip yang dipunyai orang Amerika mengenai keturunan Polandia, misalnya orang Polandia antara lain bodoh, kotor, tidak berpendidikan, tidak berbudaya. Menurut Kornblum, stereotip ini berasal dari abad ke 19, tatkala orang Polandia yang bermigrasi ke Amerika adalah petani yang tidak berpendidikan. Berbicara tentang stereotip, kita tidak akan lepas dari kata prasangka. Di mana stereotip merupakan konsep seseorang dalam bersikap, begitu juga prasangka. Prasangka tidak selamanya bersifat negatif, karena merupakan dugaan awal terhadap seseorang atau kelompok lain. Dapat juga bersifat positif yag disebut dengan prototype. Menurut Rogers dan Steinfatt dalam buku Menghargai Kultural Rahardjo: 2005:55-56 bahwa terdapat perbedaan sederhana antara prasangka dengan stereotip. Prasangka merupakan sikap yang kaku terhadap suatu kelompok yang didasarkan pada keyakinan atau pra konsepsi yang keliru, juga dapat dipahami sebagai penilaian yang tidak didasari oleh pengetahuan atau pengujian terhadap informasi yang tersedia. Sedangkan stereotip merupakan generalisasi tentang beberapa kelompok orang yang sangat menyederhanakan realitas. 22

2.7 Pengaruh Stereotip Dalam Interaksi Antarbudaya

Samovar dkk dalam Turnomo,2005:62 bahwa stereotip akan mempengaruhi interaksi antarbudaya dimana: 1. Stereotip dapat menjadi penyebab tidak berlangsungnya interaksi antarbudaya. Bila kita mempunyai stereotip, maka kita akan memilih untuk bertempat tinggal dan bekerja dalam latar yang meminimalkan kesempatan kontak dengan orang dari kelompok yang tidak disukai. 2. Stereotip cenderung menciptakan beberapa faktor negatif selama pertemuan antarbudaya yang secara serius akan mempengaruhi kualitas interaksi. 3. Bila stereotip sangat intensif, maka orang yang berstereotip akan terlibat dalam diskriminatif terhadap kelompok yang tidak disukai. Dan kondisi akan mudah mengarah pada konfrontasi dan konflik terbuka.

2.8 Defenisi Konsep