27
lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Bungin, 2007.
2. Data Sekunder yaitu data yang berkaitan dengan obyek penelitian namun bukan dari penelitian di lapangan. Data sekunder dalam penelitian
ini dapat diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari artikel, surat kabar, tabloid, buku, internet, ataupun sumber lainnya yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian.
3.5 Interpretasi Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik dari hasil wawancara, observasi maupun dari dokumentasi. Data tersebut
semua umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan. Oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang telah diperoleh dari studi
kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan
yang dapat dikelola, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil obsevasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian.
Akhir dari semua proses ini adalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan
kesimpulan-kesimpulan Faisal,2007:257.
28
3.6 Jadwal Pelaksanaan
No Kegiatan
Bulan Ke 1
2 3
4 5
6 7
8 9
1 Pra Obsevasi
X 2
ACC Judul X
3 Penyusunan Proposal Penelitian
X X 4
Seminar Proposal Penelitian X
5 Revisi Proposal Penelitian
X 6
Penelitian Ke Lapangan X X X X
7 BimbinganLaporan Akhir
X X X X 8
Sidang Meja Hijau X
3.7 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak keterbatasan penelitian baik karena faktor intern di mana peneliti memiliki keterbatasan ilmu
dan materi dan juga karena faktor eksternal seperti informan. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan
keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini hanya membahas tentang stereotip masyarakat lokal
terhadap masyarakat pendatang dan sebaliknya stereotip masyarakat pendatang terhadap masyarakat lokal dan interaksi yang terjadi antara
masyarakat seiring adanya stereotip di Gampong Keude
29
Matangglumpang Dua. Adapun stereotip stereotip antar masyarakat lokal dengan pendatang ini hanya di bahas secara singkat tanpa ada
melakukan penelitian tentang penyebab-penyebab adanya stereotip antar masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang tersebut. Namun
akan sangat menarik jika akan ada penelitian selanjutnya yang fokus membahas tentang penyebab-penyebab timbulnya
stereotip antar masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang.
2. Ruang dan waktu dalam penelitian juga cukup terbatas, sehingga
diharapkan penelitian ini sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lama agar data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam
lagi. 3.
Dalam melakukan wawancara, peneliti mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan informan yang berasal dari masyarakat
pendatang, karena peneliti sendiri yang merupakan orang lokal. Tetapi peneliti mengingat bahwa peneliti harus lah objektif, sehingga semua
dapat teratasi. Masyarakat pendatang yang terlihat tidak mau jujur dan takut juga menjadi salah satu keterbatasan bagi peneliti untuk
mengetahui lebih jauh dan mendalam lagi tentang stereotip mereka terhadap masyarakat lokal. Di tambah pengalaman buruk mereka
terhadap masa konflik yang mana masyarakat pendatang lah yang menjadi sasaran keganasan pada konflik saat itu. Itu juga lah yang
menjadikan mereka trauma dan takut untuk jujur kepada peneliti. 4.
Dalam melakukan penelitian ini jumlah masyarakat pendatang di Gampong Keude Matangglumpang Dua juga menjadi salah satu
30
keterbatasan bagi peneliti dimana jumlah mereka yang sangat sedikit, sehingga sulit bagi peneliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dalam hal stereotip masyarakat pendatang terhadap masyarakat lokal.
31
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Sejarah Gampong Keude Matangglumpang Dua