Budaya Kemiskinan dan Mengemis Pandangan Hukum Islam

menarik kemasl ahatan”. Diantara kaidah asasiyah ini dibantu oleh kaidah ghairu asasiyah yang jumlahnya diperdebatkan dikalangan fuqaha.

D. Budaya Kemiskinan dan Mengemis Pandangan Hukum Islam

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. 13 Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. 14 Kemiskinan merupakan fenomena dalam kehidupan bermasyarakat yang menjadi masalah bagi negara. Banyak cara yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengakhiri masalah kemiskinan, tetapi hal ini masih menjadi problem besar yang perlu perhatian khusus dalam menanganinya. Kemiskinan yang telah berjalan dalam ruang dan rentang waktu yang panjang memastikan, bahwa gejala tersebut tidak cukup diterangkan sebagai realitas ekonomi. Artinya kemiskinan tidak sekedar gejala keterbatasan lapangan kerja, pendapatan, pendidikan dan kesehatan masyarakat. Ini sudah menjadi realitas sistem atau struktur dan tata nilai kemasyarakatan. Ia juga memang suatu realitas budaya yang antara lain berbentuk sikap menyerah kepada keadaan. 15 13 Ahmad Sanusi, Agama di tengah Kemiskinan Refleksi atas Pandangan Islam dan Kristen dalam Perspektif Kerjasama Antar Umat Beragama Jakarta: Logos, 1999, h. 11. 14 Sajogyo Pudjiwati Sosiologi Pedesaan Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002, h. 23. 15 Adi Sasono , “Masalah Kemiskinan dan Fatalisme”, dalam Sri Edi Swasono, ed, Sekitar Kemiskinan dan Keadilan: Dari Cendiawan Kita tentang Islam Jakarta: UI Press, 1987, h. 38. Tata nilai dan stuktur sosial ekonomi serta perilaku dan kecenderungan aktual yang telah terbiasa dengan kemiskinan ini juga bukan saja menyebabkan mereka yang miskin untuk tetap miskin. Keadaan ini membuat keluarga masyarakat tersebut juga miskin terhadap arti kemiskinan itu tersendiri. 16 Kebudayaan kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah. Namun lebih cenderung untuk tumbuh dan berkembang di masyarakat yang mempunyai seperangkat kondisi-kondisi sebagai berikut: 1. Sistem ekonomi yang rendah, sistem produksi yang rendah. 2. Tingkat pengangguran tertinggi dan tenaga kerja yang tidak terampil. 3. Upah buruh yang rendah. 4. Kegagalan golongan berpenghasilan rendah dalam meningkatkan keadaan sosial ekonomi. 5. Tidak ada usaha untuk maju dan selalu beranggapan bahwa status ekonomi yang rendah sebagai hasil ketidaksanggupan mereka untuk meraih hidup lebih maju. Cara hidup sebagai kaum miskin yang berkembang dalam kondisi ini merupakan kebudayaan kemiskinan. Hal ini dapat ditelaah di wilayah perkotaan maupun pedesaan, dan dapat diuraikan dalam kerangka dan ciri-ciri sosial, ekonomi dan psikologis yang saling berkaitan. 16 Suparlan Pasudi, Kemiskinan di Perkotaan Studi Antropologi perkotaan, cet.III, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995, h. 7. Kemiskinaan merupakan suatu adaptasi, penyesuaian dan sekaligus juga merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka di dalam masyarakat yang berstrata kelas sangat individual, elastis, dan berisi kapitalisme. Kebudayaan tersebut mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa harapan yang merupakan wujud dari kesadaran bahwa mereka yang hidup dalam kemiskinan merasa mustahil dapat meraih sukses di dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas. 17 Masalah kemiskinan di Indonesia berdampak negatif terhadap peningkatan arus urbanisasi ke kota-kota besar, sehingga terjadi kepadatan penduduk dan daerah-daerah kubu yang jadi pemukiman para urban tersebut. Kesulitan dan keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia serta keterbatasan pengetahuan dan keterampilan menyebabkan mereka banyak yang mencari nafkah untuk mempertahankan hidup dengan terpaksa menjadi pengemis. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor munculnya budaya mengemis. Pada dasarnya pekerjaan mengemis merupakan pekerjaan yang sangat dibenci oleh Rasulullah SAW. نع بيعش نع ثْي لا نْب دعس لاق : تْع س دْبع ها نْب ر ع لْ قي : لاق لْ سر ها يَص ها ْي ع َس : ا لازي لجَرلا لأْسي يَّح يتْأي ْ ي ة ايقْلا سْيل يف ْج 17 Mulyanto Sumardi, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, cet,II Jakarta: CV Rajawali, 1982, h. 7. ْز ةع ْن ْحل ر يئاس لا 18 Artinya: “siapa saja di antara kamu yang senantiasa meminta-minta, maka ketika ia menjumpai Allah di hari kiamat nanti di wajahnya tidak ada sepotong daging pun. HR. an-Nasai. Dengan ancaman yang keras ini, Rasulullah menjaga kehormatan seorang muslim, membiasakan untuk bersikap iffah menahan diri dari ketergantungan kepada orang lain. Sebaliknya selalu bergantung pada diri sendiri dan menjauhkan diri dari meminta-minta kepada manusia. Rasulullah memberikan kelonggaran mengemis bagi seseorang dalam keadaan yang bersifat atau karena suatu kebutuhan yang mendesak. Maka, bagi siapa yang terpaksa meminta-minta karena dorongan kebutuhan yang mendesak dan meminta bantuan kepada pemerintah atau perorangan, maka tiada dosa baginya untuk meminta-minta. Islam memperbolehkan meminta-minta karena salah satu tiga perkara, yaitu: 19 a. Orang yang menanggung suatu tanggungan, sebelum dia hidup mampu dibolehkan baginya untuk meminta kepada orang lain hingga ia dapat menyelesaikan tanggungannya itu, jika tanggungannya telah selesai kemudian ia menahan diri dan tidak meminta lagi kepada orang lain. 18 An- Nasai’, Sunan an-Nasai’, Bairut: Dar Ihya at-Thuros al-Arabi, tth, hal. 348. 19 Yusuf Al-Qordhowi, Halal Haram Dalam Islam, h.170. b. Orang yang ditimpa suatu musibah yang menyebabkan kehilangan harta, dibolehkan baginya untuk meminta kepada orang lain hingga ia mendapatkan penopang hidupnya. c. Orang yang ditimpa bencana, yang menyebabkan kehilangan seluruh harta benda, seperti: bencana tsunami, gunung meletus, gempa bumi, dll . E. Pengemis dan Perilaku Mengemis Dalam kamus bahasa Indonesia, kata pengemis tidak mempunyai akar kata akan tetapi merupakan sinonim dari peminta-minta atau orang yang meminta-minta. Mengemis adalah sinonim dari kata meminta-minta sedekah. Akar kata meminta yaitu minta yang artinya bertindak supaya diberi atau mendapat sesuatu, memohon, mempersilahkan, memerlukan, menimbulkan. Kata al-sail dalam bahasa arab, 20 di samping artinya orang yang bertanya juga mempunyai arti pengemis, yang meminta. Akar katanya dari sa ’ila yang artinya meminta-minta, memohon, menanyakan, memberi pertanyaan atau bertanya. 21 Menurut Kementerian Sosial R.I pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari meminta-minta dimuka umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. 22 Sedangkan secara terminologi mengemis adalah meminta bantuan, derma, sumbangan baik kepada perorangan maupun lembaga. Pengemis 21 Ahmad Warson Munawwir, Al-munawwir: Kamus Arab Indoesia, Surabaya: Pustaka Progresif,1997, h. 692. 22 httpwww.Indonesia.ontime.com Kementrian kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran, diakses pada tanggal 1 April 2010. identik dengan sosok individu yang berpenampilan serba kumal, yang dijadikan sarana untuk mengungkapkan kebutuhan apa adanya dan juga bisa menggunakan cara-cara lain. Muthalib dan Sudjarwo dalam buku Ali Yafie memberikan tiga gambaran umum pengemis, yaitu: 23 1. Sekelompok orang miskin atau orang yang dimiskinkan oleh masyarakat, 2. Orang yang disingkirkan dari khalayak ramai, dan 3. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dari kemiskinan, Sangat disayangkan, budaya mengemis yang tumbuh dalam masyarakat Indonesia, bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang benar- benar menghadapi kesulitan hidup, namun dimanfaatkan pula oleh segelintir orang sebagai profesi untuk meraup kekayaan. Banyak cara yang dilakukan para pengemis dalam menjalankan profesinya, baik oleh pengemis yang benar-benar menghadapi kehidupan yang sulit sehingga ia terpaksa mengemis, dan pengemis palsu yang hanya berpura-pura miskin. Strategi atau cara-cara yang biasa dipakai para pengemis gadungan hanya berpura-pura. Dalam menjalankan pekerjaannya, mereka menggunakan trik-trik yang dapat menyakinkan orang lain untuk mencari belas kasihan dan memberikan uang. Trik-trik yang biasa dipakai adalah sebagai berikut: a. Menjual kemiskian Para pengemis biasa berpenampilan kumuh, kotor, dan berpakaian robek-robek atau compang camping. Tampilan seperti itu memberikan 23 Alie Yafie, Islam dan Problema Kemiskinan, Jakarta: pesantren P3M, 1986 , h. 3. kesan pada setiap orang yang melihatnya seakan-akan mereka sedang memikul beban berat yang perlu dibantu dan mendorong orang lain untuk memberi. b. Menampilkan wajah kesedihan Setiap sepanjang jalan di keramaian kota sering dijumpai pengemis dari anak kecil hingga orang tua yang duduk di pinggir jalan dan mengayunkan tangan dan mereka siap beraksi menampilkan wajah kesedihan yang mendalam, agar membuka hati darmawan untuk memberi. c. Komunitas pengemis Komunitas pengemis yaitu kumpulan sejumlah pengemis yang terkoordinasi oleh kordinator yang menempatkan para pengemis- pengemis di wilayah-wilayah tertentu, seperti di pusat kota dengan lokasi yang berpindah-pindah dan para pengemis diwajibkan menyetorkan uang hasil mengemis kepada kordinator pengemis yang biasa dikenal bos pengemis. d. Membawa anak Membawa anak kecil yang digendong merupakan salah satu trik yang dilakukan pengemis. Anak yang dibawa itu umumnya merupakan anak pinjaman atau sewaan, untuk lebih menarik rasa iba orang lain dengan harga sewaan mencapai Rp. 5000, - perharinya. 24 24 Wawancara pribadi dengan Wati, Senin 23 Agustus 2010 pukul 10:00 WIB Pengerahan anak di bawah umur, yang biasa digendong atau pengemis anak-anak memang dinilai efektif untuk menarik simpati belas kasih dari dermawan. Hal ini termasuk mengeksploitasi anak. Dengan wajah polos dan lugu, mereka menja di „boneka magnet’ bagi orang tua untuk mendapatkan uang. Menjadi pengemis memang bukan merupakan pilihan hidup untuk mendapatkan nafkah. Namun dengan melakukan hal ini setidaknya mereka mampu hidup berkecukupan. Hal ini diungkapkan diungkapkan Armasih, ibu berumur 39 tahun, yang mengerahkan kedua anaknya Sofyan, 14 tahun dan Rafi, 4 tahun. Keluarganya bisa membawa pulang Rp. 45.000,- setiap harinya. Jika dikalkulasikan dalam sebulan, maka warga Jalan Pulau Nangka, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara ini mampu meraup uang sebesar Rp. 1.350.000,- setiap bulan. 25

F. Faktor-Faktor yang Mendorong Orang Mengemis

Dokumen yang terkait

Ta`lim Al-Mufradat Bi Al-Al`ab (Al-Bithaqah) Lada Talamidz Madrasah Nur Ash-Shalihat Al-Ibtidaiyyah Al-Islamiyyah Serpong Tangerang

0 4 124

Isti'mal La'b Tarkib Al-kalimat stirred words fii ta'lim qawaid al-lughah al-arabiyyah lada talamidz ash-shof ats-tsani Mts. Pembangunan

0 11 74

Aisar kholfiyat attalamidz at tarbawiyah fu ddawaafiihim fit taa'aalum al lughoh al arobiyah fii madrasati daarul maarif al mutawasithoh al islamiyah jakarta

0 10 54

faa'liyah istikhdam thoriqoh al-istijabah al-jasadiyah al-kaamilah fii ta"lim al-qiro"ah lada talamidz as-shaf as-saadis "A" min madrosah soebono mantofani tangerang

1 29 119

Ta'lim al-istima' bi ath-thoriqoh as-sam'iyah asy-syafawiyah lada talamidz as-shofi ats-tsamin bi madrosah attaqwa al-mutawasithoh al-islamiyah 12 bekasi

0 13 78

Atsar istikhdam thariqah al-Qiraah al-mutakarrirah fȋ mahȃrah al-Kitȃbah Ladȃ Talȃmidz aș-Șaff as-Sȃdis bi Madrasah al-Husna al-Ibtidȃiyah al-Islȃmiyyah Lebak Bulus Jȃkarta al-Janȗbiyyah

0 6 67

ISTIKHDAM AL-ALA'B AL-LUGHAWIYAH FI TA'LIM AL-MUFRADAT LADA TALAMIDZ MADRASAH "HARAPAN IBU" AL-MUTAWASITHAH JAKARTA

0 3 100

Faaliyah istikhdaam wasiilah mondly fii ta`liimil lughoh al-arabiyah li tarqiyyati mahaaratil istima` lada thullabis shof as-samin fii Madrosti Muhammadiyati Al-khomisati Al-mutawassitoti Surabaya.

1 4 87

Faaliyah istikhdaam wasaail al ta'liim Learnbox fitarqiyah kafaati mufradaat li thullab al fashl as sabi` bi Madrasah al Mutawasithoh Taswirul Afkar Surabaya.

0 1 84

FA'ALIYAH ISTIKHDAM LU'BAH JEOPARDY LI TARQIYAH MAHARAH KALAM LADA AT TULAB FII AL FASHLI AS TSAMIN BI MADRASAH KESAMBEN AL MUTHAWASITHAH AL KHUKUMIYAH JOMBANG.

0 0 85