Perpustakaan Sekolah Pemanfaatan koleksi picture book (buku bacaan bergambar) di Taman Kanak-Kanak TK Tunas Mentari Tangerang Selatan.

menunjang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Menurut C Larasati Milburga dalam Membina Perpustakaan Sekolah 15 bahwa fungsi perpustakaan sekolah yaitu: a. Membantu para siswa melaksanakan penelitian dan membantu menemukan keterangan-keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang didapatnya di dalam kelas. b. Memupuk daya kritis para siswa. Dari sumber pengetahuan yang lebih bernuansa dan beraneka warna, siswa dapat mengetahui bahwa berbagai informasi ilmu pengetahuan dapat diberikan dengan cara yang berbeda-beda. c. Membantu memperkembangkan kegemaran dan hobi siswa. Buku-buku tentang kerajinan yang meningkatkan daya kreatifitas siswa. d. Tempat melestarikan kebudayaan, koleksi-koleksi karya sastra dan budaya banyak tersimpan di perpustakaan sekolah. Para siswa dapat menengok, mengerti serta menghayati kebudayaan dan kekayaan adat istiadat masa lampau. e. Sebagai tempat rekreasi. Bacaan-bacaan ringan, cerita- cerita lucu, cerita-cerita fiksi yang tersedia di perpustakaan dapat menjadi pelepas ketegangan setelah sekian jam menggeluti ilmu di dalam kelas. 15 Larasati Milburga, “Membina Perpustakaan Sekolah” Yogyakarta: Kanisius, 1991, hal. 61. Menurut Darmono dalam Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja 16 berpendapat bahwa salah satu fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai sumber belajar. Jika dikaitkan dengan pengertian sumber belajar, maka perpustakaan merupakan salah satu dari berbagai macam sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah. Dengan demikian perpustakaan sekolah bertujuan menyerap dan menghimpun informasi, mewujudkan suatu wadah pengetahuan yang terorganisasi, menumbuhkan kemampuan menikmati pengalaman imajinatif, membantu perkembangan kecakapan bahasa dan daya pikir, mendidik murid agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka secara efisien, serta memberikan dasar kearah studi mandiri. Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa fungsi perpustakaan sekolah yaitu sebagai sumber penelitian sederhana, sebagai sumber informasi, sebagai sumber kebudayaan, sebagai sumber rekreasi dan sebagai sumber belajar. 3. Tujuan Perpustakaan Sekolah Tujuan proses belajar mengajar disekolah antara lain memberikan manfaat yang tinggi pada prestasi belajar murid-murid, tetapi lebih jauh lagi agar murid-murid mampu mencari, menemukan, menyaring, dan menilai informasi. Murid-murid terbiasa belajar mandiri, berlatih ke arah tanggung jawab, selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 16 Darmono, “Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja” Jakarta: Grasindo, 2007, hal. 6-7. Tujuan perpustakaan di bagi menjadi 2, yaitu 17 : a. Tujuan Umum, Perpustakaan Sekolah bertujuan untuk memberikan kelengkapan sarana belajar mengajar yang berupa bahan tercetak dan bahan terekam untuk mencapai tujuan pendidikan. b. Tujuan Khusus perpustakaan diselenggarakan untuk : 1 Meletakkan dasar-dasar untuk belajar mandiri 2 Memupuk nikmat dan bakat pada umumnya, dan minat baca pada khususnya. 3 Mendidik siswa untuk memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan efisien 4 Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah atas usaha dan tanggung jawab sendiri 5 Mengembangkan penghargaan pada pengalaman imajinatif 6 Mengembangkan kemampuan siswa untuk mencari, menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, akan tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Perpustakaan secara umum bertujuan memberi layanan informasi literer kepada masyarakat. Tujuan khusus dibedakan oleh jenis perpustakaannya karena setiap jenis perpustakaan melayani kelompok masyarakat yang berbeda-beda satu sama lain. Perpustakaan sekolah 17 Modid Mudjito, “Pembinaan Minat Baca” Jakarta: Universitas Terbuka, 2001, hal. 21. dengan posisinya yang strategis merupakan jembatan antara proses belajar mengajar dan pengembangan pengetahuan secara berkesinambungan. 4. Sistem Layanan Perpustakaan Sekolah Menurut Darmono dalam Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja 18 . Bahwa secara umum sistem layanan perpustakaan ada dua macam yaitu, layanan yang bersifat tertutup dan layanan yang bersifat terbuka. Kedua sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk: a. Mengamankan koleksi perpustakaan serta menghindari terjadinya kehilangan koleksi perpustakaan. b. Mengetahui siapa peminjam koleksi perpustakaan. c. Mengetahui batas waktu pengembalian buku yang sedang dipinjam. Setiap sistem layanan memiliki beberapa kelebihan tetapi juga memiliki kekurangan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing sistem layanan: a. Sistem Layanan Tertutup Sistem layanan tertutup adalah sistem layanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka di perpustakaan. Begitu juga pengambilan bahan pustaka, pengembalian, pencarian harus melalui petugas perpustakaan. 18 Darmono, “Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja” Jakarta: Grasindo, 2007, h.167. b. Sistem Layanan Terbuka Sistem layanan terbuka adalah sistem layanan yang memungkinkan para pemakai secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki. 5. Koleksi Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah harus menyediakan bermacam-macam bahan pustaka, baik yang berupa buku maupun bukan berupa buku non book material, baik buku-buku fiksi maupun buku-buku non fiksi. Bahan- bahan pustaka yang harus diusahakan secara bertahap oleh guru adalah sebagai berikut 19 : a. Buku-buku Refrensi Buku-buku refrensi tersebut dapat berupa kamus, ensiklopedia, biografi, dan almanak. b. Buku-buku Ilmu Pengetahuan Buku-buku tersebut berhubungan dengan agama, kewarganegaraan, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, komunikasi, tekhnologi, lingkungan hidup dan lain-lain. c. Buku-buku Cerita Buku-buku tersebut dapat berupa tentang cerita rakyat, komik, dan buku bergambar. 19 Ibrahim Bafadal, “Pengelolaan Perpustakaan Sekolah”, Cet. Ke-3 Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001, hal. 28. Sedangkan menurut Darmono 20 beberapa jenis koleksi perpustakaan adalah sebagai sumber belajar yang mungkin dapat dijangkau perpustakaan seperti buku, koleksi refrensi, sumber geografi, jenis serial, bahan mikro dan bahan pandang dengar audio visual.

B. Taman Kanak-Kanak

1. Definisi dan Sejarah Taman Kanak-Kanak Menurut Slamet Suyanto dalam bukunya yang berjudul Dasar- Dasar Pendidikan Anak Usia Dini 21 , salah satu tokoh pendiri Taman Kanak-Kanak yang tenar pada abad ini ialah Friedrich Wilhelm Froebel 1782-1852. Froebel pernah belajar pada Pestalozzi meskipun ia tidak seide benar dengannya. Namun, banyak persamaan pemikiran diantara keduanya mengenai Taman Kanak-Kanak. Ia mendirikan Kindergarten Kinder= Anak dan Garten= Taman di Jerman pada tahun 1837. Yang menarik dari sekolah Froebel ini ialah, adanya Gift dan Occupation. Gift ialah benda-benda riil untuk sarana belajar anak seperti, kubus, prisma, bola krucut dan lain lain. Sedangkan Occupation ialah serentetan aktifitas yang urut contoh menata balok menjadi suatu bangunan, hal ini bertujuan agar anak dapat melakukan eksplorasi menggunakan indranya untuk mengenali ciri-ciri benda dan kegunannya. Kelak Taman Kanak-Kanak 20 Darmono, “Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja” Jakarta: Grasindo, 2007, h. 65. 21 Slamet Suyanto, “Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini” Yogyakarta: Hikayat, 2005, hal. 15. model Froebel terus memiliki pengaruh besar sampai awal tahun 1990 an, oleh karena itu Froebel sering disebut sebagai bapak Taman Kanak-Kanak. Salah satu bentuk satuan pendidikan prasekolah di jalur pendidikan sekolah adalah Taman Kanak-Kanak. Eksistensi dan esensi lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak ini dalam kerangka pembangunan pendidikan nasional secara resmi di akui di dalam Peraturan Pemerintah PP No. 27 Tahun 1990, “Penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak- Kanak dimaksudkan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya 22 . Menurut pendapat lain mengatakan bahwa, Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan sekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, jasmani dan rohani di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar 23 . Menurut Yuliani Nuraini Sujiono dalam bukunya yang berjudul “Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini” menyebutkan bahwa Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan bagi anak usia 22 Ibrahim Bafadal, “Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak” Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004, hal.1. 23 Yeni Rachmawati, “Strategi Perkembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak Kanak” Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hal.1. dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun 24 . Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan bentuk pendidikan prasekolah yang bertujuan untuk membantu meletakkan dasar perkembangan sikap, prilaku, pengetahuan dan keterampilan peserta didik di luar lingkungan keluarga. 2. Perkembangan Taman Kanak-Kanak di Indonesia Setelah Indonesia merdeka Taman Kanak-Kanak sedikit demi sedikit berkembang, dimulai di kota-kota besar. Ki Hajar Dewantara atau Dr. Suwardi Suryaningrat merupakan tokoh penting dalam perkembangan Taman Kanak-Kanak di Indonesia. Pemikirian beliau tentang PAUD dalam buku yang berjudul Karya Ki Hadjar Dewantara bagian pertama bab III melalui organisasi Taman Siswa beliau mendirikan Taman Indriya di kota Gede. Pada tanggal 3 Juli 1922 Taman Indriya memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berusia dibawah 7 tahun, menurut beliau pendidikan TK harus didesain sesuai dengan kodrat anak-anak. Salah satu kodrat anak adalah suka bermain permainan anak yang mendidik dan juga sangat sesuai untuk mendidik anak usia dini 25 . 24 Yuliani Nuraini Sujiono, “Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini” Jakarta: PT Indeks, 2009, hal. 22. 25 Slamet Suyanto, “Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini” Yogyakarta: Hikayat, 2005, hal. 23. 3. Sumber Belajar di Taman Kanak-Kanak