Kiprah Rahmah El Yunusiyah di Bidang Pergerakan Sosial, Keagamaan,

Pada zaman Jepang, selain menjalankan sekolahnya yang sudah maju, Bunda juga aktif dalam berbagai organisasi dan gerakan sosial maupun politik. Salah satunya melalui organisasi Anggota Daerah Ibu ADI yang bertujuan menetang Jepang menggunakan wanita-wanita Indonesia, khusunya Sumatra Tengah, sebagai penghibur untuk melayani tentara Jepang. ADI juga menuntut pemerintah militer Jepang menutup semua rumah kuning rumah bordil karena bertentangan dengan kebudayaan Indonesia dan agama yang dipeluk penduduknya. Gerakan ADI boleh dikatakan berhasil, sehingga Jepang terpaksa mendatangkan wanita- wanita penghibur dari Korea dan Singapura. 23 Waktu itu Bunda Rahmah juga pernah menjadi ketua Haha Nokai Organisasi Kaum Ibu di Padang Panjang dan menjadi pengurus organisasi yang sama untuk tingkat Sumatra Tengah. Menjelang akhir pendudukan Jepang, Bunda Rahmah juga menjadi anggota peninjau yang dipimpin Mohammad Sjafei. Di samping itu Etek juga menjadi anggota Mahkamah Syari’at Bukittinggi dan anggota Majelis Islam Tinggi Sumatra Tengah. 24 Karena Bunda orangnya aktif, nama Bunda Rahmah cepat dikenal secara luas dikalangan pergerakan di Jawa. Sampai-sampai setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno memasukkan nama Bunda sebagai Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP. Namun Bunda Rahmah batal pergi ke Jakarta karena tak bisa meninggalkan ibunya yang sedang sakit di Padang Panjang. 25 23 Hasil wawancara dengan Faridah Saleh Keponakan Rahmah El Yunusiyah. Sabtu 12 Maret 2011. 24 Ibid 25 ibid Bunda Rahmah juga tercatat sebagai salah seorang pendiri partai Masyumi di Minangkabau. Bunda juga akif mengembangkan Masyumi. Sampai-sampai pemilu tahun 1955, Bunda Rahmah dicalonkan partainya dan terpilih menjadi anggota Parlemen DPR mewakili Sumatra Tengah 1955-1958. 26 Walaupun aktivitas politik Bunda menonjol juga, tetapi nama Bunda Rahmah lebih diidentikkan dengan Perguruan Diniyyah Puteri. Kaharuman namanya sebagai tokoh pendidikan malampaui batas negaranya. Pada tahun 1955, Diniyyah Puteri mendapat kunjungan Rektor Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, yang amat mengagumi sistem pendidikan yang dikembangkan Bunda Rahmah. Bahkan kemudian menginspirasi Universitas Al-Azhar membuka pula fakultas khusus untuk wanita yang diberi nama Kuliyyatul Banat. 27 Pada tahun 1956 Universitas Al-Azhar mengundang Bunda Rahmah berkunjung ke Kairo. Dalam kunjungannya itu, oleh rapat Senat Guru Besar Universitas Al-Azhar, Bunda dianugrahi gelar Syeikhah. Menurut Buya Hamka, gelar yang diberikan kepada Bunda Rahmah ini adalah gelar tertinggi yang sebelumnya belum pernah diberikan kepada seorang wanita”. 28

D. Cita-Cita, Dasar, Tujuan dan Sistem Pendidikan Rahmah El Yunusiyah

dengan Diniyyah Puterinya 1. Cita-Cita Rahmah dengan Didirikan Diniyyah Puteri Rahmah adalah orang yang sangat idealist, cita-citanya tinggi, cakrawala pandangannya jauh ke depan. Beliau menginginkan kedudukan kaum wanita dalam masyarakat tidak hanya sebagai istri yang akan melahirkan anak-anak 26 ibid 27 Ibid 28 Ibid dan keturunan semata, akan tetapi lebih dari itu dia menginginkan terangkatnya derajat kaum wanita ke tempat yang lebih wajar dan pantas. Merekapun harus mengerti hak dan kewajibannya sebagai istri, sebagai ibu dan sebagai anggota masyarakat. Kaum wanita harus dapat menjalankan perananya sebagaimana yang telah digariskan oleh agama Islam. Semua yang harus diketahui oleh kaum wanita itu tidak bisa terjadi secara serta-merta. Semuanya harus melalui pendidikan dan pengajaran, dituntut dan dipelajari, serta harus dipahamkan dan dirasa-rasakan kepada kaum wanita itu. Selama mereka berselimutkan kebodohan dan kejahilan, maka nasib kaum wanita itu tidak akan berubah. Oleh karena itu Rahmah berpendapat bahwan wanita itu harus bersekolah, sebagaimana kaum pria bersekolah. Hak untuk mempunyai ilmu pengetahuan dan pendidikan antara pria dan wanita adalah sama. Bertahun-tahun perasaan seperti ini terpendam di dalam jiwa Rahmah, sejak ia mulai menjadi murid dari Diniyyah School yang didirikan abangnya Zainuddin Labay El Yunusy. Meskipun sekolah itu menerima pelajar puteri, namun Rahmah El Yunusiyah tidak puas dengan belajar secara ko-edukasi itu, sebab menurutnya banyak masalah-masalah kewanitaan yang tidak dapat dipecahkan dalam belajar secara bersama itu. Di dalam lubuk hatinya terpendam cita-cita ingin mendirikan sekolah sendiri khusus untuk anak-anak puteri, meskipun belum terpikirkan olehnya apakah sudah tepat waktu pada masa itu 1923. Sudah bersediakah mayarakat menerima himbauan agar mau menyekolahkan anaknya yang perempuan. Sudah maukah para orang tua melepaskan kungkungan anak-anak gadisnya dari pingitan untuk segera dikawinkan dalam usia yang muda ?. Apapun yang terjadi, hambatan apapun yang akan dihadapinya tampaknya tidak dapat menggeser dan tidak bisa menghambat munculnya cita-cita itu kepermukaan. Maka pada suatu hari beliau sampaikanlah niat dan cita-cita ini kepada abangnya Zainuddin Labay El Yunusy, yang ternyata mendapat tanggapan positif dan dorongan dari beliau, dan mendapat sambutan dan sokongan moril pula dari teman-teman puteri sesama pengurus dan anggota PMDS Persatuan Murid-Murid Dinyiyyah School, suatu organisasi pelajar yang didirikan pada tanggal 22 Februari 1922, dan beliau sendiri adalah ketua bagian puterinya. Dengan langkah pasti dan motivasi yang kuat seraya membaca Bismillahir Rahmanir Rahhim pada tanggal 1 November 1923 diremikanlah berdirinya sekolah puteri yang diidam-idamkan Rahmah dengan diberi nama : “Al madrasatut diniyyah”. Rahmah tidak menginginkan puteri-puteri Indonesia itu hanya mendapatkan pendidikan sekolah rendah saja, akan tetapi dia mengharapkan agar kaum wanita juga diberi kesempatan melanjutkan studinya ke tingkat yang lebih tinggi, semua dengan jenjang pendidikan yang ada. Oleh karena itulah dari tahun ke tahun Rahmah selalu memikirkan peningkatan dan penyempurnaan mutu Perguruannya. Bermula dari mendirikan pendidikan Al-qur’an, sekolah Diniyyah untuk anak-anak puteri, sekolah menyesal untuk ibu-ibu rumah tangga yang belum sempat mengenyam pendidikan sekolah, Freubel School taman kanak-