Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang sekaligus cucu Rahmah El Yunusiyah, aktivitas dakwah Rahmah
El Yunisiyah dapat dilihat dengan berdirinya Pondok Pesantren Modern Khusus Puteri Perguruan Diniyyah Puteri di Padang Panjang, Rahmah El Yunusiyah
berdakwah bukan hanya sekedar dari mimbar ke mimbar tetapi dengan mendirikan sebuah sekolah guna mencetak kader-kader wanita-wanita yang akan
manjadi calon ibu dan penerus generasi Islam anak yang akan dilahirkannya. Maka dari itu Rahmah El Yunusiyah mendirikan sekolah khusus puteri
berdasarkan Al-Qur`an dan hadist yang dapat berguna bagi dirinya, masyarakat, dan bangsanya.
19
Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang adalah lembaga pendidikan agama yang berdasarkan Islam yang berepedoman kepada Al-Qur`an dan Sunnah Nabi
Muhammad saw. Hal ini berarati bahwa segala kegiatan pendidikan yang dalam lingkungan pergurun ini seluruhnya didasarkan atas hikmah ajaran Islam yang
pokok-pokoknya telah termaktub dalam Al-Qur`an dan Sunnah. Kehidupan ini penuh dengan pendidikan, baik dalam arti sempit ampun dalam
arti luas. Manusia sejak dilahirkan telah mengalami pendidikan, bahkan lebih awal daripada itu yaitu sejak dari dalam perut ibunya, dengan pendidikan ibunya
sendiri. Demikian juga halnya dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan kepada umat
yang menyakini kebenarannya, bahwa ia dijadikan oleh Allah adalah untuk menyembah dan mengabdi kepdaNya. Manusia diciptakan Allah dimuka bumi ini
dengan tujuan tertentu. Kehadiran manusia dimuka bumi ini adalah sebagai
19
ibid
khalifah Allah yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dijadikan Allah. Manusia turun ke bumi ini adalah unttuk menunaikan amanah Allah, yaitu
berbuat kebajikan di dunia ini, mencari kesejahteraan lahir dan batin atas ridhaNya dan saling memberikan nasihat kepada sesamanya agar dapat kembali
dengan selamat kepada Allah yang menciptakannya. Pada masa penjajahan jepang, selain lebih menekuni kesempurnaan
pendidikan di sekolahnya, Rahmah El Yunusiyah sangat memperhatikan keadaan sosial dan kehidupan masyarakat yang dari hari ke hari semakin
menderita akibat dari peperangan dan tekanan penjajahan. Dalam suasana kritis seperti ini Rahmah El Yunusiyah tidak mau berdiam diri. Dari dapur keluarga
dan dapur asrama setiap memasak nasi harus dipisahkan beras genggaman yang seminggu sekali di kumpulkan. Begitu pula kepada masyarakat di daerah-daerah
dianjurakan agar menggalakkan pengumpulan beras jumputan untuk membantu fakir miskin yang setiap hari berdatangan ke rumah kediaman Rahmah El
Yunusiyah di kompleks Diniyyah Puteri.
20
Untuk membantu rakyat yang banyak tidak mempunyai pakaian lagi, bahkan sudah memakai baju goni dan kulit tarok, tanpa berpikir panjang Rahmah El
Yunusiyah lalu mengunting celana dan baju dari kain taplak meja makan asrama, kain-kain tutup rak buku dan dari layar belacu pelingkari kolam di
hadapan sekolah yang digunakan murid-murid sekali seminggu untuk berenang pagi hari. Murid-murid disuruh memotong baju mereka sepanjang sejengkal,
20
Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat
Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991h.60.
kemudian disambung-sambungkan dan digunting untuk dijadikan baju dan celana yang akan disumbangkan kepada fakir miskin yang membutuhkannya.
21
Rahmah El Yunusiyah juga seorang bidan. Dan beliau tidak jarang membantu proses persalinan secara cuma-cuma seperti yang terjadi pada seorang
laki-laki keturunan Cina datang kepada Rahmah El Yunusiyah meminta tolong dipinjami uang karena istrinya sedang sakit akan melahirkan, sedangkan biaya
persalinan dirumah sakit belum ada. Rahmah El Yunusiyah menawarkan jasa baiknya untuk menolong persalinan istrinya itu, dan soal biaya tidak usah
difikirkan. Orang itu mulanya kurang percaya kalau Rahmah Rahmah El Yunusiyah bisa menolong wanita yang akan melahirkan anak, tapi setelah
diyakinkan oleh Rahmah El Yunusiyah diapun pulang ke rumahnya. Setelah laki-laki itu pergi, Rahmah El Yunusiyahpun segera menyiapkan
alat-alat yang diperlukan guna menolong kelahiran bayi, lalu berangkatlah ke rumah keluarga tersebut. Pukul 11.00 siang itu lahirlah bayi dari perempuan
Cina itu dengan selamat, yaitu seorang anak laki-laki. Sejak masa kanak-kanak dia sudah mengetahui bahwa kelahirannya ke dunia ini ditolong oleh seorang ibu
berjiwa sosial, guru dan pemimpin dari sekolah Diniyah Puteri yang terkenal itu. Setelah dewasa dengan keinsyafan dan kesadarannya sendiri, dia tinggalkan
agama nenek moyangnya dan memilih Islam sebagai agamanya yang langsung dipelajarinya secara sungguh-sungguh, sehingga akhirnya di samping
pekerjaannya menjual obat-obatan untuk penghidupannya, dia selalu berdakwah dan bertabligh ke mana saja dia pergi di berbagai daerah di Sumatra Barat.
21
Ibid
Dalam dakwah itu selalu dia ceritakan, bahwa dia adalah seorang keturunan Cina dari Padang Panjang yang ketika lahirnya ke dunia telah disambut oleh
kedua tangan Ibu Rahmah El Yunusiyah, guru dan pemimpin agama Islam itu, sebagai bidannya. Terkesan oleh keadaan dan peristiwa kelahirannya itu, Allah
SWT telah memberi hidayah dan membukakan hatinya untuk menerima Islam sebagai agamanya yang dia anut bukan dengan paksaan siapapun.
22
Selain mengasuh Diniyyah Puteri, Rahmah juga aktif di bidang pergerakan sosial, keagamaan, dan politik yang pada tahun 1930-an tumbuh subur di
Padang Panjang. Ia ikut dalam pergerakan Permi Persatuan Muslimin Indosesia yang berdiri pada tahun 1930-an. Ia juga dekat dengan kalangan
Muhammadiyyah, serta bekerjasama dengan tokoh wanita Rasuna Said yang juga mengajar di Perguruannya.
Rahmah juga aktif dalam pergerakan menentang praktik-praktik penindasan ataupun pergerakan oleh penjajah Belanda. Hal itu ia lakukan
antara lain dengan mendirikan Perserikatan Guru-Guru Poetri Islam di Bukittinggi, menjadi ketua panitia penolakan Kawin Bercatat, dan ketua
Penolakan Organisasi Sekolah Liar. Pada tahun 1933 Rahmah memimpin rapat umum kaum ibu di Padang Panjang, hal ini menyababkan dia didenda
pemerintah Belanda 100 gulden karena dituduh membicarakan politik.
23
Dia juga menjadi anggota pergurus Serikat Kaum Ibu Sumatra GKIS Padang Panjang, organisasi yang berjuang menegakkan harkat kaum wanita
22
Panitia penerbitan buku Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri,Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri Padang Panjang ,Jakarta: CV Ghalia Indonesia,1978
h.249
23
Hasril Chaniago.101 Orang Minang di Pentas Sejarah,Padang:Citra Budaya Indonesia,2010 h.426.
dengan menerbitkan majalah bulanan. Aktivitasnya yang lain adalah mendirikan Khuttub Khannah taman bacaan untuk masyarakat.
Pada tahun 1935 Rahmah mewakili kaum ibu Sumatra Tengah ke kongres perempuan di Jakarta. Dalam kongres ini ia bersama Ratna Sari
memperjuangkan kaum wanita Indonesia memakai selendang. Sehabis kongres ia agak lama tinggal di Jakarta untuk mendirikan pendidikan untuk
kaum putri di Gang Nangka, Kwitang, Kebon Kacang, Tanah Abang, Jatinegara, dan jalan Johar di Rawasari.
24
Pada zaman Jepang, selain menjalankan sekolahnya yang sudah maju, ia juga aktif dalam berbagai organisasi dan gerakan sosial maupun politik. Salah
satunya melalui organisasi Anggota Daerah Ibu ADI yang bertujuan menetang Jepang menggunakan wanita-wanita Indonesia, khusunya Sumatra
Tengah, sebagai penghibur untuk melayani tentara Jepang. ADI juga menuntut pemerintah militer Jepang menutup semua rumah kuning rumah bordil
karena bertentangan dengan kebudayaan Indonesia dan agama yang dipeluk penduduknya. Gerakan ADI boleh dikatakan berhasil, sehingga Jepang
terpaksa mendatangkan wanita-wanita penghibur dari Korea dan Singapura.
25
Pada masa itu Rahmah El Yunusiyah juga menjadi ketua Haha Nokai Organisasi Kaum Ibu di Padang Panjang dan menjadi pengurus organisasi
yang sama untuk tingkat Sumatra Tengah. Menjelang akhir pendudukan Jepang, Rahmah juga menjadi anggota peninjau yang dipimpin Mohammad
24
ibid.h.247.
25
Ibid.h.427.
Sjafei. Di samping itu ia juga menjadi anggota Mahkamah Syari’at Bukittinggi dan anggota Majelis Islam Tinggi Sumatra Tengah.
26
Aktivitasnya yang beragam ini membuat nama Rahmah El Yunusiyah dikenal secara luas dikalangan pergerakan di Jawa. Sehingga setelah
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno memasukkan namanya sebagai Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP. Namun
Rahmah El Yunusiyah batal pergi ke Jakarta karena tak bisa meninggalkan ibunya yang sedang sakit di Padang Panjang.
27
Gagal menjadi anggota KNIP, Rahmah El Yunusiyah duduk sebagai anggota KNI daerah Sumatra Tengah dan memprakarsai pembentukan KNI
kota Padang Panjang. Ia juga menjadi salah seorang pelopor pembentukan BKR Badan Keamanan Rakyat di Padang Panjang, tanggal 2 Oktober 1945.
Dalam hal ini, sekolah Diniyyah Puteri yang dipimpin Rahmah El Yunusiyah mempunyai andil besar. Sebelum TKR mempunyai markas tetap, kesekolah
inilah para tentara Republik datang bergiliran untuk makan tiga kali sehari karena di sini Rahmah El Yunusiyah beserta para guru dan murid-muridnya
menyelenggrakan dapur umum.
28
Rahmah El Yunusiyah adalah orang pertama mengibarkan bendera merah putih di Kota Padang Panjang beberapa saat setelah kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan Soekarno-Hatta pada 17 agustus 1945.
29
Selama perang kemerdekaan, Rahmah El Yunusiyah juga ikut berjuang dalam arti fisik walau tidak memanggul senjata. Setelah kota Padang kembali
26
Ibid.h.427.
27
Ibid.h.428.
28
Ibid.h.428.
29
Koran Singgalang 28 April 2009 3 Jumadil Awal 1430 H. Dimbil dari Kumpulan Kliping Rahmah El Yunusiah Disusun Oleh Humas Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
diduduki Belanda, bayak para pemuda mengungsi ke Padang Panjang. Rahmah El Yunusiyah mengumpulkan mereka dan mambentuk pasukan yang
tujuannya melakukan penyusupan ke kota Padang sambil melakukan pengacauan dan mencari senjata.
Setelah kota Padang Panjang, diduduki Belanda pada agresi II Desember 1948, Rahmah El Yunusiyah memindahkan basis gerakannya ke lereng
Gunung Singgalang. Tapi sebelum itu ia mengubah sekolah Diniyyah menjadi Rumah Sakit. Tindakan itu selain bertujuan sosial juga bertujuan politik. Yaitu
agar komplek perguruan ini tidak diduduki tentara Belanda untuk dijadikan benteng ataupun tangsi militer.
30
Pada tanggal 7 Januari 1949 Rahmah El Yunusiyah ditangkap tentara Belanda di persembunyiannya di lereng Gunung Singgalang. Ia dibawa ke
Padang Panjang selanjutnya ditahan di Padang di rumah seorang penjabat polisi Belanda dengan penjagaan ketat dan dilarang menerima tamu. Selama
ditahan ia tidak pernah diintrogasi atau dibuat proses verbalnya. Tujuan penahanan Rahmah El Yunusiyah hanya untuk memisahkan dia dari kaum
pejuang karena diangap besar pengaruhnya.
31
Rahmah El Yunusiyah baru dibebaskan sembilan bulan kemudian, yakni bulan September 1949 dan diberikan izin mengikuti Konferensi Pendidikan di
Yogyakarta. Setelah konferensi, ia tinggal di Jakarta karena akan menggikuti pula Kongres Kaum Muslimin Indonesia. Ia baru kembali ke Padang Panjang
setelah penyerahan kedaulatan akhir tahun 1949.
32
30
Hasril Chaniago.101 Orang Minang di Pentas Sejarah,Padang:Citra Budaya Indonesia,2010 .h.428.
31
Ibid.h.428.
32
Ibid.h.429.
Rahmah El Yunusiyah juga tercatat sebagai salah seorang pendiri partai Masyumi di Minangkabau. Makanya, pulang dari Jakarta, di samping
membenahi kembali perguruannya, ia juga akif mengembangkan Masyumi. Pada pemilu 1955, Rahmah dicalonkan partainya dan terpilih menjadi anggota
Parlemen DPR mewakili Sumatra Tengah 1955-1958.
33
Meskipun aktivitas politiknya juga menonjol, tetapi nama Rahmah El Yunusiyah lebih diidentikkan dengan Perguruan Diniyyah Puteri. Kaharuman
namanya sebagai tokoh pendidikan malampaui batas negaranya. Pada tahun 1955, Diniyyah Puteri mendapat kunjungan Rektor Universitas Al-Azhar
Kairo, Mesir, yang amat mengagumi sistem pendidikan yang dikembangkan Rahmah El Yunusiyah. Bahkan kemudian menginspirasi Universitas Al-Azhar
membuka pula fakultas khusus untuk wanita yang diberi nama Kuliyyatul Banat.
34
Pada tahun 1956 Universitas Al-Azhar mengundang Rahmah El Yunusiyah berkunjung ke Kairo. Dalam kunjungannya itu, oleh rapat Senat
Guru Besar Universitas Al-Azhar, ia dianugrahi gelar Syeikhah. Menurut Buya Hamka, majalah Aneka Minang No.18 tahun 11972, gelar yang
diberikan kepada Rahmah El Yunusiyah ini adalah gelar tertinggi yang sebelumnya belum pernah diberikan kepada seorang wanita.
35
Penghargaan itu adalah buah bakti Rahmah El Yunusiyah bagi pendidikan. Dalam wawancara
dengan Pak Fauzan beliau menambahakan bahwa, “Keistimewaan Ibu Rahmah ini pertama, dia menggagas, merencanakan,
melaksanakan dan membina anak didiknya, dan dia merasa bahagia karena dia berhasil mendidik anak didiknya seperti dia. Dia melihat anak didiknya
33
Ibid.h.429.
34
Ibid.h.429.
35
Ibid.h.429.
menjadi mentri, dia menjadikan anak didiknya menjadi patnernya di DPR, MPR di waktu itu majelis konstituante. Anak-anak yang menjadi tokoh
sebelumnya dididik sekarang menjadi patnernya, sehingga dulu waktu dia menjadi anggota DPR konstituante, anak didiknya juga terpilih diwaktu itu
Syamsidar Yahya, Ratna Sari menjadi anggota konstituante sama-sama dengan dia. Jadi apa yang dia lakukan, dia tanam, dapat dia lihat, dan dia
tuai akhirnya semasa hidupnya. Kalau kita lihat RA. Kartini, dengan buku Habis Gelap Terbitlah Terang, tetapi waktu kemerdekaan beliau sudah tidak
ada lagi. Kalau Rahmah, berjuang dengan tiga masa, zaman Belanda, Jepang, Rahmah juga ikut berjuang di masa agresi malah beliau juga sempat masuk
penjara karena membagi-bagikan senjata kepada tentara untuk melawan Belanda terutama batalion merapi batalion pertama di Sumatra beliau ikut
mempersenjatainya, dan setelah kemerdekaan beliau pula yang pertama menegakkan bendera merah putih di Panjang Panjang, sebelum orang berani
beliau telah lebih hadulu menegakkan bendera, ini keistimewaan Rahmah, jadi dia dapat menikmati hasil jerih payahnya melihat anak didiknya menjadi
orang”.
36
Berdasarkan hal di atas, aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Rahmah El Yunusiyah menggunakan metode dakwah Bil Al-Hal. Bil Al-Hal merupakan
metode dakwah dengan mengunakan metode nyata. Menurut penulis aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiah, telah memberikan kontribusi yang cukup luar biasa
bagi agama, negara, dan bangsa.
36
Hasil wawancara dengan Prof.Dr. Fauzan M.A selaku menantu
Rahmah El Yunusiyah. Rabu, 12 Mei 2011.
86