Dulcolax Ambroxol Furosemide Spironolakton Prednison

4.1.2.7 Captopril

Penggunaan Captopril dimulai tanggal 27 Mei - 4 Juni 2010. Captopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I yang besifat inaktif. Angiotensin Converting Enzyme ACE, akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung. Penggunaan Captopril sudah tepat karena pasien mengalami peningkatan tekanan darah selama perawatan dan dapat menurunkan proteinuria sehingga menjadi pengobatan utama Corwin,2009.

4.1.2.8 Dulcolax

Pasien mengalami sembelit atau tidak buang air besar. Hal ini sudah diamai sejak 4 hari sebelum pemberian Dulcolax. Penggunaan Dulcolax pada tanggal 1 Juni 2010 bertujuan untuk mengatasi sembelit yang dialami oleh pasien. Dulcolax dengan zat aktif Bisakodil yang merupakan laksatif stimulan turunan difenilmetan. Sebagai laksatif perangsang, Dulcolax merangsang gerakan peristaltis usus besar setelah hidrolisis dalam usus besar, dan meningkatkan akumulasi air dan alektrolit dalam lumen usus besar. Pemberian Dulcolax pada kasus ini sudah tepat. Universitas Sumatera Utara

4.1.2.9 Ambroxol

Pasien mengalami batuk disertai lendir. Penggunaan Ambroxol pada tanggal 4 Juni 2010 bertujuan untuk mengatasi keluhan batuk yang disertai lendir yang dialami oleh pasien. Mekanisme kerjanya yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran pernafasan dan mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran lendir dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Pemberian Ambroxol pada kasus ini sudah tepat. 4.1.3 Pengkajian Tepat Obat

4.1.3.1. Furosemide

Furosemide merupakan diuretik kuat yang bertujuan untuk mengurangi edema pada tubuh pasien. Mekanisme kerjanya menghambat reabsorpsi elektrolit di ansa henle asendens bagian epitel tebal Sunaryo,1995. Pemberian Furosemide sudah tepat obat karena Furosemide merupakan diuretik kuat yang dapat mengurangi edema yang terjadi pada pasien.

4.1.3.2. Spironolakton

Spironolakton merupakan diuretik hemat kalium bersifat antagonis kompetitif terhadap aldosteron. Dalam kasus ini Spironolakton selain bertujuan untuk mengurangi udema dengan cara diuresis juga dapat mencegah deplesi kalium dalam serum yang diakibatkan oleh Furosemide Sunaryo,1995. Pemberian Spironolakton dalam kasus ini sudah tepat obat.

4.1.3.3. Prednison

Prednison merupakan kortikosteroid sintetik yang umum diberikan per oral yang mempunyai efek anti radang. Selain itu prednison digunakan untuk menghentikan kehilangan protein dalam darah yang keluar melalui urine. Pemberian Prednison dalam kasus ini sudah tepat obat. Universitas Sumatera Utara

4.1.3.4. Ceftriaxon