Kelompok Kerja Perencanaan dan Evaluasi

Petugas pencampuran masih sering keluar masuk area ruang pencampuran, sebaiknya kepatuhan petugas perlu ditingkatkan agar dapat mentaati prosedur pencampuran. Penyediaan obat kanker masih didistribusikan oleh depo farmasi, sehingga bila ada sisa obat pasien dari satuan dosis tertentu secara administrative akan terbuang. Oleh karena itu, disarankan agar obat kanker dikelola oleh petugas administrasi di ruang pencampuran. Sesuai dengan pedoman pencampuran obat kanker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP H. Adam Malik bahwa sterilisasi dilakukan 1 kali dalam 2 minggu. Kegiatan ini belum dilaksanakan secara rutin. 6 Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah PKOD Pemantauan kadar obat dalam darah sudah pernah dilakukan oleh pokja farmasi klinis, namun hanya untuk antibiotik gentamisin dan amikasin. Biaya pemantauan kadar obat dalam darah tidak dilakukan lagi karena unit cost yang mahal dan waktu Expire Date reagen juga singkat. Oleh karena itu, pemantauan kadar obat dalam darah tidak dilaksanakan lagi.

4.2.2. Kelompok Kerja Perencanaan dan Evaluasi

Berdasarkan hasil pengamatan, Pokja Perencanaan dan Evaluasi sudah melakukan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik dengan menggunakan metode kombinasi yaitu gabungan antara metode konsumtif dan epidemiologi. Data yang diperlukan untuk perencanaan diperoleh dari laporan yang diberikan oleh depo-depo farmasi, laporan bulanan pokja perbekalan serta rencana tahunan dari masing-masing depo farmasi. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga Universitas Sumatera Utara melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan. Untuk evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan pelaksanakan SIMRS belum dilaksanakan secara maksimal karena obat yang sudah habis masih ada yang tidak terdata karena terlambat diinput ke dalam komputer sehingga akan menyulitkan Pokja Perencanaan dan evaluasi untuk mengetahui obat - obat yang telah habis. Sejak status RSUP H. Adam Malik menjadi BLU, sistem pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan 2 cara yaitu, Pembelian langsung dan pembelian melalui tender. Pembelian perbekalan farmasi sampai dengan 200 juta sudah dapat ditangani langsung oleh Instalasi Farmasi melakui pokja perencanaan dan evaluasi, dan pembelian perbekalan di atas 200 juta ditangani oleh panitia pengadaan dengan sistem tender. Pelaksanaan pengadaan perbekalan farmasi mengacu pada persediaan perbekalan farmasi di gudang. Walaupun demikian Pokja Perencanaan dan Evaluasi masih sering mendapatkan kendala yaitu ketidaktersediaan perbekalan farmasi khususnya obat yang diperlukan untuk pelayanan pasien. Ketidaktersediaan obat ini dapat terjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal karena barang memang tidak tersedia dari distributor yang bersangkutan, faktor internal disebabkan karena adanya masalah administrasi pada direktorat keuangan sehingga sangat diperlukan koordinasi yang intensif antara Instalasi Farmasi Rumah Sakit, distributor, dan direktorat keuangan. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga perlu memberitahukan kekosongan barang kepada depo-depo farmasi, poli, dan ruang rawat sehingga dengan adanya komunikasi pelayanan pasien tidak terganggu.

4.2.3. Kelompok Kerja Perbekalan