Potret Manajemen Risiko Pembiayaaan di Koperasi Baytul Iktiar

64 Tabel 2.1 Skema Penghimpunan dan Penyaluran pada Koperasi Baitul Ikhtiar Sumber : Koperasi Baytul Ikhtiar

B. Potret Manajemen Risiko Pembiayaaan di Koperasi Baytul Iktiar

Dalam perkembanganya koperasi Baytul Ikhtiar masih menghadapi berbagai kendala dan risiko dalam menghadapi pemberiaan pembiayaan kepada anggotanya yang notabennya adalah masyarakat miskin yang berada di perkotaan dan pedesaan. Ini tercatat pada tahun 2009 kolektabilitas kurang lancar mencapai Rp 6.873.000,-, diragukan sebesar 1.196.000,-, dan macet sebesar 4.037.000,-, dengan outstanding sebesar Rp 2.018.886.800, di tahun SUMBER DANA ALOKASI DANA PEMBIAYAAN  Modal bergulir  Sewa Leasing  Jual Beli  Bagi Hasil PEMBIAYAAN MULTI GUNA Kebutuhan Rumah Tangga NON PROFIT LOAN Pinjaman Kebajikan Qardh Al-Hasan TABUNGAN  Tabungan sukarela DANA KERJASAMA PROGRAM  Hibah  Pinjaman DANA AMANAH  Zakat  Infaq  Shadaqah KOP. BAIK Kontribusi Anggota Anggota dan Masyarakat Sekitar Usaha mikro, Keluarga berpenghasilan rendah, Termiskin diantara yang miskin 65 2010 kolektabilitas kurang lancar mencapai Rp 15.260.492,-, diragukan sebesar 4.848.000,-, dan macet sebesar 1.555.333,-, dengan outstanding sebesar Rp 3.067.212.690,-, sedangkan di tahun 2011 kolektabilitas kurang lancar mencapai Rp 7.752.000,-, diragukan sebesar 1.324.000,-, dan macet sebesar 2.568.327,- ,dengan outstanding sebesar Rp 5.002.499.049. Yang menjadi problem adalah para anggota masih memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah serta kemampuan dalam mengelola keuangan yang belum mumpuni, kendala yang dihadapi dalam koperasi Baytul Ikhtiar itu sendiri adalah kredit macet dalam pengangsuran pembiayaan. investasi yang dijalankan melalui aktivitas pembiayaan adalah aktivitas yang selalu berkaitan denga risiko, persoalanya adalah bagaimana cara untuk mengelola agar pemberiaan pinjaman atau pembiayaan dapat diminimalisr risikonya, risiko pembiayaan dapat diminimalisir dengan melakukan manajemen risiko secara baik, manajemen risiko yang dilakukan oleh koperasi Baytul-Ikhtiar dilakukan atau di awali dengan penyaringan terhadap calon anggota dan kebutuhan pinjaman yang akan di gunakan oleh anggota. Secara umum terdapat 2 dua faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah 1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan manajemen yang ada di koperasi Baytul Ikhtiar, diantaranya adalah : a. Analisa pembiayaan yang kurang akurat 66 b. Lemahnya pengawasan terhadap anggota yang meminjam, disebabkan karena SDM pengurus koperasi Baytul-Ikhtiar yang kurang memadai. 2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berhubungan dengan Anggota koperasi yang diberikan pembiayaan, diantaranya adalah : a. Anggota menyalahgunakan pembiayaan yang di berikan side steaming. b. Kurang mampunya anggota dalam mengelola usahanya. c. Kondisi ekomini yang tidak kondusif dan fluktuatif. d. Tulang punggung anggota keluarga meninggal dunia. e. Cerai antara suami dan istri. f. Ada salah satu anggota keluarga yang sakit. g. Pengelolaan Ekonomi rumah tangga yang kurang baik. Dalam hal manajemen risiko koperasi Baytul Iktiar telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko dengan melakukan fungsi : identifikasi, pengukuran, pengelolaan, implementasi atau pengendalian, dan pemantauan terhadap risiko pembiayaan. 1. Mengenal potensi kerugian atau identifikasi risiko. Koperasi Baitul Ikhtiar dalam hal ini melakukan dengan baik seluruh identifikasi risiko yang ada pada setiap aktifitas pada jenis transaksi pembiayaan yang dijalankan, salah satu aspek penting dalam 67 indentifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin hal ini penting karena banyak sekali peristiwa didalam transaksi yang menyebabkan kerugian. Proses identifikasi merupakan proses yang sangat penting, karena koperasi Baytul Ikhtiar dapat melakukan tindakan preventif untuk menghindari, atau setidaknya mengendalikan risiko sehingga potensi kerugian financial dapat dikendalikan, dalam hal ini penetapanya dengan proses penetapan kriteria dan parameter risiko, pengidentifikasi peristiwa risiko yang terjadi, permasalahan yang menjadi penyebab terjadinya risiko yang muncul, faktor penyebabnya internal maupun eksternal, data- data ini diperoleh melalui wawancara, informasi historis, dan juga kelompok kerja. Wawancara dilakukan oleh TPL terhadap anggota, dengan cara menanyakan perihal pembiayaan yang di gunakan, apakah ada kendala didalam penggunannya,Informasi historis dilakukan oleh manajer koperasi beserta supervisor dengan bantuan TPL dengan melihat track record anggota koperasi didalam majlis, dengan melihat kepada angsuran pembiayaan sebelumnya apakah masuk kategori lancar atau tidak lancar, Kelompok kerja dilakukan oleh semua divisi dalam koperasi dengan mengadakan pertemuan, terkait masalah anggota koperasi yang terutama membahas masalah pembiayaan yang di salurkan, apakah 68 terealisasi dengan baik atau tidak, guna untuk meminimalisir risiko pembiayaan yang terjadi. 2. Pengukuran risiko Tahapan selanjutnya adalah mengukur risiko, pengukuran ini dilakukan oleh koperasi Baytul Ikhtiar dengan mengkuantifikasi risiko tertentu dan kemudian membandingkan dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan, karena pengukuran risiko yang baik dapat memberikan gambaran mengenai apakah koperasi Baytul Ikhtiar mengambil risiko terlalu besar, sedang, ataupun kecil. Pengukuran risiko yang dilakukan oleh koperasi Baytul Ikhtiar adalah Preventif artinya Koperasi BAIK harus mengantisipasi dari seluruh aspek berjenjang terhadap resiko yang akan muncul dari sebuah proses pembiayaan. 43 Dalam hal ini pihak koperasi Baytul Ikhtiar agak sulit untuk mengkategorikan risiko diawal dalam penyaluran pembiayaan apakah itu high, medium, atau low, karena koperasi Baytul Ikhtiar tidak akan membiarkan proses pembiayaan menjadi high karena secara kondisi anggota yang dilayani oleh Koperasi ini adalah kelompok masyarakat yang sangat rentan dan beresiko. Dengan contoh hari ini usahanya atau kerja suaminya bagus dan mungkin besok ada PHK atau penggusuran 43 Titin Prasetyawati, manajer Koperasi Baytul Ikhtiar BAIK, wawancara pribadi, Bogor, tanggal 5 juli 2011 69 maka otomatis yang tadinya termasuk low akan menjadi high karena sumber penghasilan keluarganya hilang. Yang pasti apabila semua tahapan proses pembiayaan dilalui dengan disiplin, analisa usaha dan ekonomi RT detail dan menyeluruh dan kualitas performa majlisnya kuat dan kompak maka risiko yang terjadi masuk kedalam kategori low atau dengan kata lain tidak termasuk kedalam risiko, dengan penjamin anggota berupa trust dan social collateral. 3. Pengelolaan risiko Pengelolan risiko yang di jalankan oleh koperasi Baytul Ikhtiar adalah berupa Risk Transfer, Yaitu memindahkan risiko pada pihak lain, dalam praktiknya proses pengelolaan risiko dipindahkan melalui asuransi jiwa terhadap kredit adalah upaya untuk penyelamatan kredit apabila anggota yang bersangkutan meninggal, dan juga menggunakan sistem tanggung renteng diantara para anggota dalam suatu majlis. 44 4. Implementasi manajemen risiko. Pengendalian risiko merupakan upaya dalam mengurangi dampak terjadinya risiko yang muncul, dalam hal ini manajer koperasi mengambil langkah-langkah atau kebijakan yang dipandang perlu guna mengendalikan tingkat risiko yang sudah teridentifikasi. 44 Titin Prasetyawati, manajer Koperasi Baytul Ikhtiar BAIK, wawancara pribadi, Bogor, tanggal 11 juli 2011. 70 Adapun Langkah – langkah atau strategi yang di ambil oleh koperasi Bayitul Ikhtiar dalam mengurangi dampak risiko sebagai wujud implementasi manajemen risiko yang akan muncul diantaranya : 45 a. Dengan cara seleksi anggota Untuk menjadi anggota koperasi Baytul ikhtiar dilakukan beberapa tahapan salah satunya adalah melalui CHI Check House Index dengan tujuan melihat layak atau tidaknya menjadi sasaran pengembangan program di wilayah tersebut, dengan berpedoman pada CHI Check House Index TPL mensosialisasikan mengenai pendaftaran dan setelah tahap itu barulah memasukan serta mengelompokan nama-nama calon yang sudah terdaftar sesuai dengan alamat dalam formdaftar hadir b. Proses UK Uji Kelayakan Uji kelayakan adalah proses seleksi bagi calon anggota yang berminat dan telah mendaftar untuk mengikuti program ikhtiar. Kegiatan yang dilakukan adalah penggalian data tentang kondisi secara umum seluruh anggota dengan cara wawancara, hal-hal yang digali adalah kondisi rumah tangga, asset keluarga, usaha serta kondisi rumah. c. LWK Latihan wajib Kelompok. 45 Panduan Simpan Pinjam UPK Ihktiar-Rekrutment, Yayasan PERAMU 71 Sebelum menjadi anggota koperasi, calon anggota haruslah mengikuti Latihan wajib kelompok yang diadakan selama tiga hari berturut turut dengan lama pertemuan maksimum 1 jam. Adapun materi yang diberikan dalam LWK adalah sebagai berikut : 1 Hari pertama berisi mengenai beberapa pengenalan program dengan menjelaskan latar belakang, maksud, dan tujuan program, kelembagaan, proses pembentukan kelompok , penentuan pola 2.2.1 dalam satu kelompok, serta penjelasan mengenai pentingnya pertemuan dan keharusan adanya pertemuan mingguan. 2 Hari kedua berisi penjelasan mengenai produk-produk Program Ikhtiar yang meliputi beberapa macam jenis tabungan atau simpanan dan pinjaman serta mekanismenya, pengenalan mengenai konsep tanggung renteng dan penjelasan ikrar untuk menjadi anggota koperasi 3 Hari ketiga adalah simulasi, bagaimana cara meminjam, cara menabung, latihan tanda tangan bagi yang belum terbiasa dan sebagainya. dan di akhir sesi latihan diadakan tanya jawab mengenai materi sebelumya untuk melihat sejauh mana pemahaman calon anggota mengenai koperasi. d. Skema tanggung renteng 72 Cara yang dilakukan oleh koperasi Baytul Ikhtiar bagi anggotanya yang bermasalah dalam pengembalian angsuran pembiayaan mingguan adalah dengan cara tanggung renteng, yaitu maka anggota lain didalam kelompok yang sama bertanggung jawab membayar anggsuran, apabila hal ini tidak dapat dilaksanakan maka seluruh anggota majlis wajib menghimpun dana untuk mengatasi tunggukan tersebut . Kehadiran anggota menjadi kunci utama meminimalisir pembiayaan bermasalah misalnya si anggota tidak memiliki uang maka dengan hadir di majlis akan memudahkan penyelesaian bersama di majlis dengan proses penalangan oleh majlis. Sistem tanggung renteng diambil dari tabungan anggota atau uang pribadi atau jika majlis sudah cukup kompak dan tertata mereka memiliki kas untuk penalangan tersebut. 46 Salah satu dasar dari program ini adalah solidaritas, hal ini perlu dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan sebuah lingkungan yang kondusif. Hal ini bahwa kelompok harus termotifasi untuk mengerti bahwa ini adalah untuk kebaikan mereka juga untuk menerima tanggung jawab bersama, untuk menjaga para anggota mereka dan memastikan satu sama lainya. Para anggota ini memilih sendiri anggota kelompoknya, mereka didorong untuk membantu bila 46 Titin Prasetyawati, manajer Koperasi Baytul Ikhtiar BAIK, wawancara pribadi, Bogor, tanggal 5 juli 2011 73 kesulitan melanda 47 . Walaupun Muhammad yunus telah menekankan bahwa grameen bank tidak meminta para anggota untuk menberikan sumbangan atas pembayaran para anggota lain, dan bukanlah persyaratan bagi kelangsungan akses terhadap layanan bank, sebagian besar program replica mensyaratkan adanya tanggung jawab bersama guna memastikan terpenuhinnya pembayaran cicilan pinjaman mingguan mereka kepada organisasi. Sebuah organisasi harus mampu membuat sebuah budaya tanggung jawab bersama serta identitas bersama, diantaranya adalah para anggotanya, jika di grameen bank terdapat konsep solidaritas, maka di koperasi baik terdapat konsep tanggung renteng. Manajemen tunggakan dalam Grameen Bank 1 Pertama-tama pihak peminjam harus didorong untuk mengemukaan situasi yang dihadapinya dan memberikan berbagai solusi yang ada. Ini adalah sangat penting untuk mendorong kehadiran terutama bagi anggota yang menghadapi masalah pihak kelompok kemudian diharapkan dapat membahas dan menyetujui jalan keluar yang diajukan, akhirnya ketua sentra menyetujui solusi yang diajukan atas nama sentra majlis, sangatlah penting bahwa proses 47 M. Nurul Alam dan Dr. mike getubig, Program Pendirian dan Pelaksanaan Program Kredit Mikro Dengan Metode Grameen : Berdasarkan Praktek Grameen Bank dan Pengalaman Grameen Trust dan Para Mitra ,Grameen Foundation, h. 101 74 ini berjalan dan kelompok yang memiliki masalah pembayaran kembali didorong dan diberdayakan untuk membuat jalan keluar yang mereka buat sendiri, lembaga akan hanya mempertimbangkan semua rekomendasi kecuali penghapusan hutang. 2 Peran manajer sentra untuk menjadi motivator dan fasilitator, ia dapat membimbing jalannya diskusi dan mendorong para anggota untuk menemukan jalan keluar terbaik atas masalah yang dihadapinya, jalan keluar harus datang dari para anggota tersebut, dan bukan dari manajer sentra, proses ini membutuhkan pelatihan dan motivasi guna keberhasilan mengendalikan dan mencegah timbulnya tunggakan pinjaman. 3 Dalam semua kasus, jalan keluar haruslah dalam bentuk tertulis dan ditandatangaini oleh anggota yang menghadapi masalah pembayaran, ketua kelompok, ketua sentra dan manajer sentra. Dokumen ini kemudian diserahkan kepada manajer cabang guna mendapatkan persetujuan , yang kemudian menyerahkan kepada atasannya untuk mendapatkan persetujuan dari atasan tersebut 4 Selama pertemuan sentra, sesudah memanggil nama anggota dan diskusi atas keberadaan para anggota yang yang tidak datang, ketua sentra wajib menanyakan kepada para ketua kelompok apakah 75 pembayaran pinjaman kelompoknya telah lengkap. Jika telah lengkap dan semua anggota yang mangkir telah terhitung, dan bila tidak ada masalah maka pengumpulan dapat dimulai, tetapi jika jika ternyata ada satu kelompok atau lebih yang tidak lengkap, maka ketua sentra dan manajer sentra wajib menerapkan budaya disiplin kredit, program tidak akan menerima pembayaran yang tidak lengkap dari sebuah kelompok tanpa adanya diskudi mengenai pembayaran yang tertungak, sebaiknya ketua sentra ikut terlibat dalam menfasilitasi diskusi dengan kelompok yang telah mengalami kesulitan dan juga dengan anggota sentra lainnya agar masalah ini dapat terselesaikan. Segera sesudah pertemuan berlangsung manajer sentra bersama-sama dengan para anggota kelompok yang memiliki masalah pembayaran dan ketua kelompok, mengatur waktu untuk mengunjungi tempat tinggal atau lokasi kerja dari anggota yang menungak, maka jika anggota kelompok dan ketua sentra sebaiknya meminta ketua kelompok lain untuk menemani mereka , kelompok yang diperluas ini akan memiliki kehadiran yang lebih kuat dan memberikan dukungan moral yang diperlukan bagi anggota lainya. 48 48 Ibid 103-106 76 e. Analisis pembiayaan dari manajer koperasi, komite pembiayaan TPL supervisi, dan ADMp Manajer koperasi dalam hal ini melihat bagaimana tingkat kehadiran anggota, prestasi angsuran, dan dinamika tabungan. Setiap anggota yang ingin mengajukan pembiayaan harus mengisi dan melengkapi form permohonan pembiayaan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi manajer koperasi, diantaranya adalah : 1 Jumlah pendapatan perpekan gaji dan usaha 2 Jumlah Tanggungan keluarga 3 Pengeluaran perpekan risiko dapur, Rekening listrik, PDAM, dan telepon, biaya pendidikan anak 4 Asset rumah tangga yang dimiliki 5 Profil usaha yang dibiayai jenis usaha, lama usaha, lokasi usaha, jenis komoditi, omset, total biaya usaha biaya usaha 6 Profil majlis atau kelompok prestasi anggota, kondisi majlis 5. Monitoring atau Pemantauan risiko Pemantauan terhadap implementasi manajemen risiko dilaksanakan oleh semua lini di dalam koperasi Baytul Ikhtiar, yang terdiri dari manajer, TPL, supervisor termasuk anggota didalam suatu majlis dengan melihat kepada data-data historis. berdasarkan data-data yang diperoleh 77 dilapangan, maka diambilah langkah-langkah untuk dilakukanya perbaikan guna meminimalisir risiko pembiayaan yang terjadi. Koperasi Baytul Ikhtiar melakukan analisis manajemen risiko dengan cara kualitatif , yaitu analisis yang didasarkan pada suatu pengalaman sehingga data yang dilakukan tidak dalam bentuk terukur, melainkan suatu pernyataan atau suatu gambaran , tingkat risiko ditentukan oleh manajer koperasi setelah melakukan kajian terhadap data-data historis yang menunjukan terjadinya risiko. Setiap lembaga memiliki kebijakan dalam hal operasional kerja. Begitu juga dengan kebijakan pinjaman dan pembiayaan bagi anggota. Dengan tujuan untuk meminimalkan risiko terjadi dalam penyaluran pembiayaan yang dilakukan koperasi terhadap anggotanya, adapun kebijakan pinjaman dan pembiayaan anggota yaitu : a. Yang berhak mendapat pelayanan pinjamanpembiayaan adalah anggota majlis ikhtiar yang telah lulus UK uji kelayakan dan LWK latihan wajib kelompok b. Untuk pinjaman pertama harus sesuai dengan kelompok limaan yang urutanya telah disepakati bersama oleh anggota majlis. c. Plafond untuk pinjaman Rp 300.000,- tiga ratus ribu rupiah dan plafond selanjutnya akan ditentukan melalui rapat komite dengan pertimbangan : 1 Tingkat kehadiran anggota. 78 2 Tingkat kelancaran angsuran pinjaman sebelumnya. 3 Saldo rata-rata tabungan sukarela. d. Untuk pinjaman pertama semua dengan akad qardul-hasan dan untuk pinjaman selanjutnya akan dihitung sesuai dengan kelayakan usaha. Pengajuan dilakukan dihadapan anggota majelis sesuai persyaratan sebagai berikut : 1 Seluruh anggota majlis harus hadir lengkap. 2 Tidak sedang mempunyai pinjaman atau kewajiban. 3 Tidak ada anggota didalam kelompok tersebut yang terlambat mengangsur menunggak, kecuali dengan alasan yang bisa diterima musibah,sakit,dsb 4 Anggota bersedia untuk tanggung renteng minimal kelompok yang ke-5 5 Pengajuan ke-2 : umur pertemuan minimal 25 kali, pengajuan ke-3 minimal 50 kali. 6 Apabila pengguna bukan anggota majlis secara langsung maka pengguna dana hanya diperbolehkan untuk usaha suami dan anak yang belum berkeluarga. Untuk kriteria anggota majlis yang boleh untuk mengajukan pinjaman atau pembiayaan, yaitu: a Kehadiran selama masa angsur minimal 25 kali. 79 b Pelunasan angsuran terakhir maksimal 3 kali angsuran. c Masa angsuran minimal 25 kali. Terdapat batasan plafond maksimum dam minimum untuk setiap pinjaman dan pembiayaan bagi anggota majlis. Adapun kebijakan plafond yang diberikan, yaitu: a Plafond maksimum Rp 1.000.000,- diatas satu juta rupiah berlaku analisis dari Account Officer b Maksimum plafond pinjaman pertama Rp 300.000,- Sedangkan alokasi dan droping yang diperbolehkan, diantaranya : a Modal usaha. b Pendidikan. c Kesehatan. d Perumahan. Anggota koperasi Baytul-Ikhtiar terdiri dari masyarakat miskin kota dan desa, dan kebanyakan anggota koperasi Baytul Ikhtiar yang berada diwilayah kota pekerjaanya bergerak di bidang jasa,atau dengan kata lain bekerja untuk orang lain, sedangkan anggota koperasi yang berada di desa berprofesi sebagai petani dan berdagang, potret kepedulian sesama anggota majlis yang berdomisili di wilayah kota terasa kurang bila dibandingkan dengan wilayah desa, ini bisa dilihat dari kekompakan didalam majlis, masyarakat kota lebih cepat mengerti dan paham bila 80 dibandingkan dengan masyarakat desa didalam LWK latihan wajib kelompok, adapun frekwensi kehadiran masyarakat kota di dalam majlis lebih sedikit dibandingkan dengan masyarakat desa, ini dikarenakan oleh kekompakan yang kurang terjalin diantara anggota yang berada di kota. Kendala yang dihadapi untuk anggota yang berada di kota adalah sistem tanggung renteng yang dijalankan dalam suatu majlis agak lebih sulit dibandingkan dengan anggota yang berada didesa, ini disebabkan karena kurangnya solidaritas yang dipupuk dalam suatu majlis. Untuk anggota yang tinggal di wilayah kota, Dalam tahap awal dilakukan proses menabung dengan nominal yang tidak ditentukan ,dengan tujuan agar para anggota sadar akan pentingnya kebersamaan dan juga kesanggupan memenuhi peraturan yang berlaku dalam koperasi. Dalam hal Pengajuan pembiayaan ada beberapa perbedaan diantara anggota yang berdomosili diwilayah kota dan desa, diantaranya adalah baru diperbolehkan pengajuan pembiayaan setelah rentan waktu 4 minggu sampai 8 minggu untuk meminimalisir risiko yang terjadi, berbeda dengan wilayah desa yang hanya 1 minggu setelah menjadi anggota koperasi diperbolehkan mengajukan pembiayaan. Pinjaman yang diajukan oleh anggota yang berada di wilayah kota tidaklah terlalu besar, karena mereka kebanyakan bekerja di sektor jasa bekerja pada orang lain, pinjaman yang digunakan adalah relatif untuk 81 keperluan pendidikan dan kebutuhan rumah tangga, dengan tujuan utama koperasi anggota yang berada dikota adalah saving untuk pengelolaan ekonomi rumah tangga yang lebih baik. Tabel . Tingkat keterlambatan angsuran pembiayaan . Wilayah Tingkat Keterlambatan Perbulan Juni 2011 Wilayah Kota Bogor kota 1,14 Wilayah Taman sari desa 0,07 Wilayah Dramaga desa 0,00 Wilayah Rumpin desa 0,05 Wilayah Cicurug desa 0,00 Sumber : Koperasi BAIK Tingkat keterlambatan angsuran pembiayaan untuk wilayah kota adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah desa, ini bisa dilihat dari presentase yang menunjukan bahwa tingkat keterlambatan di wilayah kota lebih dari 1 , sedangkan di wilayah desa kurang dari 1. Tabel. kolektabilitas pembiayaan tahun 2009-2011 Katagori 2009 2010 2011 Lancar 2.006.780.800 3.045.548.865 4.990.854.722 Kurang Lancar 6.873.000 15.260.492 7.752.000 Diragukan 1.196.000 4.848.000 1.324.000 Macet 4.037.000 1.555.333 2.568.327 outstanding 2.018.886.800 3.067.212.690 5.002.499.049 Sumber : Koperasi Baytul Ikhtiar Meski termasuk katagori macet bukan berarti tidak tertagih tetapi ada keterlambatan pembayaranpelunasan oleh anggota koperasi. 82

C. Analisis