64
Tabel 2.1 Skema Penghimpunan dan Penyaluran pada Koperasi Baitul Ikhtiar
Sumber : Koperasi Baytul Ikhtiar
B. Potret Manajemen Risiko Pembiayaaan di Koperasi Baytul Iktiar
Dalam perkembanganya koperasi Baytul Ikhtiar masih menghadapi berbagai kendala dan risiko dalam menghadapi pemberiaan pembiayaan kepada
anggotanya yang notabennya adalah masyarakat miskin yang berada di perkotaan dan pedesaan. Ini tercatat pada tahun 2009 kolektabilitas kurang
lancar mencapai Rp 6.873.000,-, diragukan sebesar 1.196.000,-, dan macet sebesar 4.037.000,-, dengan outstanding sebesar Rp 2.018.886.800, di tahun
SUMBER DANA ALOKASI DANA
PEMBIAYAAN
Modal bergulir Sewa Leasing
Jual Beli Bagi Hasil
PEMBIAYAAN MULTI GUNA
Kebutuhan Rumah Tangga
NON PROFIT LOAN Pinjaman Kebajikan
Qardh Al-Hasan
TABUNGAN Tabungan
sukarela
DANA KERJASAMA PROGRAM
Hibah Pinjaman
DANA AMANAH Zakat
Infaq Shadaqah
KOP. BAIK
Kontribusi Anggota
Anggota dan Masyarakat Sekitar
Usaha mikro, Keluarga berpenghasilan rendah, Termiskin diantara yang miskin
65
2010 kolektabilitas kurang lancar mencapai Rp 15.260.492,-, diragukan sebesar 4.848.000,-, dan macet sebesar 1.555.333,-, dengan outstanding sebesar
Rp 3.067.212.690,-, sedangkan di tahun 2011 kolektabilitas kurang lancar mencapai Rp 7.752.000,-, diragukan sebesar 1.324.000,-, dan macet sebesar
2.568.327,- ,dengan outstanding sebesar Rp 5.002.499.049. Yang menjadi problem adalah para anggota masih memiliki tingkat pendidikan yang masih
rendah serta kemampuan dalam mengelola keuangan yang belum mumpuni, kendala yang dihadapi dalam koperasi Baytul Ikhtiar itu sendiri adalah kredit
macet dalam pengangsuran pembiayaan. investasi yang dijalankan melalui aktivitas pembiayaan adalah aktivitas yang selalu berkaitan denga risiko,
persoalanya adalah bagaimana cara untuk mengelola agar pemberiaan pinjaman atau pembiayaan dapat diminimalisr risikonya, risiko pembiayaan dapat
diminimalisir dengan melakukan manajemen risiko secara baik, manajemen risiko yang dilakukan oleh koperasi Baytul-Ikhtiar dilakukan atau di awali
dengan penyaringan terhadap calon anggota dan kebutuhan pinjaman yang akan di gunakan oleh anggota.
Secara umum terdapat 2 dua faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan manajemen yang
ada di koperasi Baytul Ikhtiar, diantaranya adalah : a.
Analisa pembiayaan yang kurang akurat
66
b. Lemahnya pengawasan terhadap anggota yang meminjam,
disebabkan karena SDM pengurus koperasi Baytul-Ikhtiar yang kurang memadai.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berhubungan dengan Anggota
koperasi yang diberikan pembiayaan, diantaranya adalah : a.
Anggota menyalahgunakan pembiayaan yang di berikan side steaming.
b. Kurang mampunya anggota dalam mengelola usahanya.
c. Kondisi ekomini yang tidak kondusif dan fluktuatif.
d. Tulang punggung anggota keluarga meninggal dunia.
e. Cerai antara suami dan istri.
f. Ada salah satu anggota keluarga yang sakit.
g. Pengelolaan Ekonomi rumah tangga yang kurang baik.
Dalam hal manajemen risiko koperasi Baytul Iktiar telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko dengan melakukan fungsi : identifikasi,
pengukuran, pengelolaan, implementasi atau pengendalian, dan pemantauan terhadap risiko pembiayaan.
1. Mengenal potensi kerugian atau identifikasi risiko.
Koperasi Baitul Ikhtiar dalam hal ini melakukan dengan baik seluruh identifikasi risiko yang ada pada setiap aktifitas pada jenis
transaksi pembiayaan yang dijalankan, salah satu aspek penting dalam
67
indentifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin hal ini penting karena banyak sekali peristiwa didalam
transaksi yang menyebabkan kerugian. Proses identifikasi merupakan proses yang sangat penting, karena
koperasi Baytul Ikhtiar dapat melakukan tindakan preventif untuk menghindari, atau setidaknya mengendalikan risiko sehingga potensi
kerugian financial dapat dikendalikan, dalam hal ini penetapanya dengan proses penetapan kriteria dan parameter risiko, pengidentifikasi peristiwa
risiko yang terjadi, permasalahan yang menjadi penyebab terjadinya risiko yang muncul, faktor penyebabnya internal maupun eksternal,
data- data ini diperoleh melalui wawancara, informasi historis, dan juga kelompok kerja. Wawancara dilakukan oleh TPL terhadap anggota,
dengan cara menanyakan perihal pembiayaan yang di gunakan, apakah ada kendala didalam penggunannya,Informasi historis dilakukan oleh
manajer koperasi beserta supervisor dengan bantuan TPL dengan melihat track record anggota koperasi didalam majlis, dengan melihat kepada
angsuran pembiayaan sebelumnya apakah masuk kategori lancar atau tidak lancar, Kelompok kerja dilakukan oleh semua divisi dalam koperasi
dengan mengadakan pertemuan, terkait masalah anggota koperasi yang terutama membahas masalah pembiayaan yang di salurkan, apakah
68
terealisasi dengan baik atau tidak, guna untuk meminimalisir risiko pembiayaan yang terjadi.
2. Pengukuran risiko
Tahapan selanjutnya adalah mengukur risiko, pengukuran ini dilakukan oleh koperasi Baytul Ikhtiar dengan mengkuantifikasi risiko
tertentu dan kemudian membandingkan dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan, karena pengukuran risiko yang baik dapat memberikan
gambaran mengenai apakah koperasi Baytul Ikhtiar mengambil risiko terlalu besar, sedang, ataupun kecil. Pengukuran risiko yang dilakukan
oleh koperasi Baytul Ikhtiar adalah Preventif artinya Koperasi BAIK harus mengantisipasi dari seluruh aspek berjenjang terhadap resiko yang
akan muncul dari sebuah proses pembiayaan.
43
Dalam hal ini pihak koperasi Baytul Ikhtiar agak sulit untuk mengkategorikan risiko diawal dalam penyaluran pembiayaan apakah itu
high, medium, atau low, karena koperasi Baytul Ikhtiar tidak akan membiarkan proses pembiayaan menjadi high karena secara kondisi
anggota yang dilayani oleh Koperasi ini adalah kelompok masyarakat yang sangat rentan dan beresiko. Dengan contoh hari ini usahanya atau
kerja suaminya bagus dan mungkin besok ada PHK atau penggusuran
43
Titin Prasetyawati, manajer Koperasi Baytul Ikhtiar BAIK, wawancara pribadi, Bogor, tanggal 5 juli 2011
69
maka otomatis yang tadinya termasuk low akan menjadi high karena sumber penghasilan keluarganya hilang.
Yang pasti apabila semua tahapan proses pembiayaan dilalui dengan disiplin, analisa usaha dan ekonomi RT detail dan menyeluruh
dan kualitas performa majlisnya kuat dan kompak maka risiko yang terjadi masuk kedalam kategori low atau dengan kata lain tidak termasuk
kedalam risiko, dengan penjamin anggota berupa trust dan social collateral.
3. Pengelolaan risiko
Pengelolan risiko yang di jalankan oleh koperasi Baytul Ikhtiar adalah berupa Risk Transfer, Yaitu memindahkan risiko pada pihak lain,
dalam praktiknya proses pengelolaan risiko dipindahkan melalui asuransi jiwa terhadap kredit adalah upaya untuk penyelamatan kredit apabila
anggota yang bersangkutan meninggal, dan juga menggunakan sistem tanggung renteng diantara para anggota dalam suatu majlis.
44
4. Implementasi manajemen risiko.
Pengendalian risiko merupakan upaya dalam mengurangi dampak terjadinya risiko yang muncul, dalam hal ini manajer koperasi mengambil
langkah-langkah atau
kebijakan yang
dipandang perlu
guna mengendalikan tingkat risiko yang sudah teridentifikasi.
44
Titin Prasetyawati, manajer Koperasi Baytul Ikhtiar BAIK, wawancara pribadi, Bogor, tanggal 11 juli 2011.
70
Adapun Langkah – langkah atau strategi yang di ambil oleh
koperasi Bayitul Ikhtiar dalam mengurangi dampak risiko sebagai wujud implementasi manajemen risiko yang akan muncul diantaranya :
45
a. Dengan cara seleksi anggota
Untuk menjadi anggota koperasi Baytul ikhtiar dilakukan beberapa tahapan salah satunya adalah melalui CHI Check House
Index dengan tujuan melihat layak atau tidaknya menjadi sasaran pengembangan program di wilayah tersebut, dengan berpedoman
pada CHI Check House Index TPL mensosialisasikan mengenai pendaftaran dan setelah tahap itu barulah memasukan serta
mengelompokan nama-nama calon yang sudah terdaftar sesuai dengan alamat dalam formdaftar hadir
b. Proses UK Uji Kelayakan
Uji kelayakan adalah proses seleksi bagi calon anggota yang berminat dan telah mendaftar untuk mengikuti program ikhtiar.
Kegiatan yang dilakukan adalah penggalian data tentang kondisi secara umum seluruh anggota dengan cara wawancara, hal-hal yang
digali adalah kondisi rumah tangga, asset keluarga, usaha serta kondisi rumah.
c. LWK Latihan wajib Kelompok.
45
Panduan Simpan Pinjam UPK Ihktiar-Rekrutment, Yayasan PERAMU
71
Sebelum menjadi anggota koperasi, calon anggota haruslah mengikuti Latihan wajib kelompok yang diadakan selama tiga hari
berturut turut dengan lama pertemuan maksimum 1 jam. Adapun materi yang diberikan dalam LWK adalah sebagai berikut :
1 Hari pertama berisi mengenai beberapa pengenalan program
dengan menjelaskan latar belakang, maksud, dan tujuan program, kelembagaan, proses pembentukan kelompok ,
penentuan pola 2.2.1 dalam satu kelompok, serta penjelasan mengenai pentingnya pertemuan dan keharusan adanya
pertemuan mingguan. 2
Hari kedua berisi penjelasan mengenai produk-produk Program Ikhtiar yang meliputi beberapa macam jenis
tabungan atau simpanan dan pinjaman serta mekanismenya, pengenalan mengenai konsep tanggung renteng dan
penjelasan ikrar untuk menjadi anggota koperasi 3
Hari ketiga adalah simulasi, bagaimana cara meminjam, cara menabung, latihan tanda tangan bagi yang belum terbiasa dan
sebagainya. dan di akhir sesi latihan diadakan tanya jawab mengenai materi sebelumya untuk melihat sejauh mana
pemahaman calon anggota mengenai koperasi. d.
Skema tanggung renteng
72
Cara yang dilakukan oleh koperasi Baytul Ikhtiar bagi anggotanya yang bermasalah dalam pengembalian angsuran pembiayaan
mingguan adalah dengan cara tanggung renteng, yaitu maka anggota lain didalam kelompok yang sama bertanggung jawab
membayar anggsuran, apabila hal ini tidak dapat dilaksanakan maka seluruh anggota majlis wajib menghimpun dana untuk mengatasi
tunggukan tersebut .
Kehadiran anggota menjadi kunci utama meminimalisir pembiayaan bermasalah misalnya si anggota tidak
memiliki uang maka dengan hadir di majlis akan memudahkan penyelesaian bersama di majlis dengan proses penalangan oleh
majlis. Sistem tanggung renteng diambil dari tabungan anggota atau
uang pribadi atau jika majlis sudah cukup kompak dan tertata mereka memiliki kas untuk penalangan tersebut.
46
Salah satu dasar dari program ini adalah solidaritas, hal ini perlu dilakukan untuk
menciptakan dan mempertahankan sebuah lingkungan yang kondusif. Hal ini bahwa kelompok harus termotifasi untuk mengerti
bahwa ini adalah untuk kebaikan mereka juga untuk menerima tanggung jawab bersama, untuk menjaga para anggota mereka dan
memastikan satu sama lainya. Para anggota ini memilih sendiri anggota kelompoknya, mereka didorong untuk membantu bila
46
Titin Prasetyawati, manajer Koperasi Baytul Ikhtiar BAIK, wawancara pribadi, Bogor, tanggal 5 juli 2011
73
kesulitan melanda
47
. Walaupun
Muhammad yunus
telah menekankan bahwa grameen bank tidak meminta para anggota
untuk menberikan sumbangan atas pembayaran para anggota lain, dan bukanlah persyaratan bagi kelangsungan akses terhadap
layanan bank, sebagian besar program replica mensyaratkan adanya tanggung jawab bersama guna memastikan terpenuhinnya
pembayaran cicilan pinjaman mingguan mereka kepada organisasi. Sebuah organisasi harus mampu membuat sebuah budaya tanggung
jawab bersama serta identitas bersama, diantaranya adalah para anggotanya, jika di grameen bank terdapat konsep solidaritas, maka
di koperasi baik terdapat konsep tanggung renteng. Manajemen tunggakan dalam Grameen Bank
1 Pertama-tama pihak peminjam harus didorong untuk mengemukaan
situasi yang dihadapinya dan memberikan berbagai solusi yang ada. Ini adalah sangat penting untuk mendorong kehadiran
terutama bagi anggota yang menghadapi masalah pihak kelompok kemudian diharapkan dapat membahas dan menyetujui jalan keluar
yang diajukan, akhirnya ketua sentra menyetujui solusi yang diajukan atas nama sentra majlis, sangatlah penting bahwa proses
47
M. Nurul Alam dan Dr. mike getubig, Program Pendirian dan Pelaksanaan Program Kredit Mikro Dengan Metode Grameen : Berdasarkan Praktek Grameen Bank dan Pengalaman
Grameen Trust dan Para Mitra ,Grameen Foundation, h. 101
74
ini berjalan dan kelompok yang memiliki masalah pembayaran kembali didorong dan diberdayakan untuk membuat jalan keluar
yang mereka buat sendiri, lembaga akan hanya mempertimbangkan semua rekomendasi kecuali penghapusan hutang.
2 Peran manajer sentra untuk menjadi motivator dan fasilitator, ia
dapat membimbing jalannya diskusi dan mendorong para anggota untuk menemukan jalan keluar terbaik atas masalah yang
dihadapinya, jalan keluar harus datang dari para anggota tersebut, dan bukan dari manajer sentra, proses ini membutuhkan pelatihan
dan motivasi guna keberhasilan mengendalikan dan mencegah timbulnya tunggakan pinjaman.
3 Dalam semua kasus, jalan keluar haruslah dalam bentuk tertulis dan
ditandatangaini oleh
anggota yang
menghadapi masalah
pembayaran, ketua kelompok, ketua sentra dan manajer sentra. Dokumen ini kemudian diserahkan kepada manajer cabang guna
mendapatkan persetujuan , yang kemudian menyerahkan kepada atasannya untuk mendapatkan persetujuan dari atasan tersebut
4 Selama pertemuan sentra, sesudah memanggil nama anggota dan
diskusi atas keberadaan para anggota yang yang tidak datang, ketua sentra wajib menanyakan kepada para ketua kelompok apakah
75
pembayaran pinjaman kelompoknya telah lengkap. Jika telah lengkap dan semua anggota yang mangkir telah terhitung, dan bila
tidak ada masalah maka pengumpulan dapat dimulai, tetapi jika jika ternyata ada satu kelompok atau lebih yang tidak lengkap, maka
ketua sentra dan manajer sentra wajib menerapkan budaya disiplin kredit, program tidak akan menerima pembayaran yang tidak
lengkap dari sebuah kelompok tanpa adanya diskudi mengenai pembayaran yang tertungak, sebaiknya ketua sentra ikut terlibat
dalam menfasilitasi diskusi dengan kelompok yang telah mengalami kesulitan dan juga dengan anggota sentra lainnya agar
masalah ini dapat terselesaikan. Segera sesudah pertemuan berlangsung manajer sentra
bersama-sama dengan para anggota kelompok yang memiliki masalah pembayaran dan ketua kelompok, mengatur waktu untuk
mengunjungi tempat tinggal atau lokasi kerja dari anggota yang menungak, maka jika anggota kelompok dan ketua sentra sebaiknya
meminta ketua kelompok lain untuk menemani mereka , kelompok yang diperluas ini akan memiliki kehadiran yang lebih kuat dan
memberikan dukungan moral yang diperlukan bagi anggota lainya.
48
48
Ibid 103-106
76
e. Analisis pembiayaan dari manajer koperasi, komite pembiayaan
TPL supervisi, dan ADMp Manajer koperasi dalam hal ini melihat bagaimana tingkat
kehadiran anggota, prestasi angsuran, dan dinamika tabungan. Setiap anggota yang ingin mengajukan pembiayaan harus
mengisi dan melengkapi form permohonan pembiayaan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi manajer koperasi, diantaranya
adalah : 1
Jumlah pendapatan perpekan gaji dan usaha 2
Jumlah Tanggungan keluarga 3
Pengeluaran perpekan risiko dapur, Rekening listrik, PDAM, dan telepon, biaya pendidikan anak
4 Asset rumah tangga yang dimiliki
5 Profil usaha yang dibiayai jenis usaha, lama usaha, lokasi
usaha, jenis komoditi, omset, total biaya usaha biaya usaha 6
Profil majlis atau kelompok prestasi anggota, kondisi majlis 5.
Monitoring atau Pemantauan risiko Pemantauan terhadap implementasi manajemen risiko dilaksanakan
oleh semua lini di dalam koperasi Baytul Ikhtiar, yang terdiri dari manajer, TPL, supervisor termasuk anggota didalam suatu majlis dengan
melihat kepada data-data historis. berdasarkan data-data yang diperoleh
77
dilapangan, maka diambilah langkah-langkah untuk dilakukanya perbaikan guna meminimalisir risiko pembiayaan yang terjadi.
Koperasi Baytul Ikhtiar melakukan analisis manajemen risiko dengan
cara kualitatif , yaitu analisis yang didasarkan pada suatu pengalaman sehingga
data yang dilakukan tidak dalam bentuk terukur, melainkan suatu pernyataan atau suatu gambaran , tingkat risiko ditentukan oleh manajer koperasi setelah
melakukan kajian terhadap data-data historis yang menunjukan terjadinya risiko.
Setiap lembaga memiliki kebijakan dalam hal operasional kerja. Begitu juga dengan kebijakan pinjaman dan pembiayaan bagi anggota. Dengan tujuan
untuk meminimalkan risiko terjadi dalam penyaluran pembiayaan yang dilakukan koperasi terhadap anggotanya, adapun kebijakan pinjaman dan
pembiayaan anggota yaitu : a.
Yang berhak mendapat pelayanan pinjamanpembiayaan adalah anggota majlis ikhtiar yang telah lulus UK uji kelayakan dan LWK latihan
wajib kelompok b.
Untuk pinjaman pertama harus sesuai dengan kelompok limaan yang urutanya telah disepakati bersama oleh anggota majlis.
c. Plafond untuk pinjaman Rp 300.000,- tiga ratus ribu rupiah dan plafond
selanjutnya akan ditentukan melalui rapat komite dengan pertimbangan : 1
Tingkat kehadiran anggota.
78
2 Tingkat kelancaran angsuran pinjaman sebelumnya.
3 Saldo rata-rata tabungan sukarela.
d. Untuk pinjaman pertama semua dengan akad qardul-hasan dan untuk
pinjaman selanjutnya akan dihitung sesuai dengan kelayakan usaha. Pengajuan dilakukan dihadapan anggota majelis sesuai persyaratan
sebagai berikut : 1
Seluruh anggota majlis harus hadir lengkap. 2
Tidak sedang mempunyai pinjaman atau kewajiban. 3
Tidak ada anggota didalam kelompok tersebut yang terlambat mengangsur menunggak, kecuali dengan alasan yang bisa
diterima musibah,sakit,dsb 4
Anggota bersedia untuk tanggung renteng minimal kelompok yang ke-5
5 Pengajuan ke-2 : umur pertemuan minimal 25 kali, pengajuan ke-3
minimal 50 kali. 6
Apabila pengguna bukan anggota majlis secara langsung maka pengguna dana hanya diperbolehkan untuk usaha suami dan anak
yang belum berkeluarga. Untuk kriteria anggota majlis yang boleh untuk mengajukan
pinjaman atau pembiayaan, yaitu: a
Kehadiran selama masa angsur minimal 25 kali.
79
b Pelunasan angsuran terakhir maksimal 3 kali angsuran.
c Masa angsuran minimal 25 kali.
Terdapat batasan plafond maksimum dam minimum untuk setiap pinjaman dan pembiayaan bagi anggota majlis. Adapun kebijakan
plafond yang diberikan, yaitu: a
Plafond maksimum Rp 1.000.000,- diatas satu juta rupiah berlaku analisis dari Account Officer
b Maksimum plafond pinjaman pertama Rp 300.000,-
Sedangkan alokasi dan droping yang diperbolehkan, diantaranya : a
Modal usaha. b
Pendidikan. c
Kesehatan. d
Perumahan. Anggota koperasi Baytul-Ikhtiar terdiri dari masyarakat miskin kota
dan desa, dan kebanyakan anggota koperasi Baytul Ikhtiar yang berada diwilayah kota pekerjaanya bergerak di bidang jasa,atau dengan kata lain
bekerja untuk orang lain, sedangkan anggota koperasi yang berada di desa berprofesi sebagai petani dan berdagang, potret kepedulian sesama
anggota majlis yang berdomisili di wilayah kota terasa kurang bila dibandingkan dengan wilayah desa, ini bisa dilihat dari kekompakan
didalam majlis, masyarakat kota lebih cepat mengerti dan paham bila
80
dibandingkan dengan masyarakat desa didalam LWK latihan wajib kelompok, adapun frekwensi kehadiran masyarakat kota di dalam majlis
lebih sedikit dibandingkan dengan masyarakat desa, ini dikarenakan oleh kekompakan yang kurang terjalin diantara anggota yang berada di kota.
Kendala yang dihadapi untuk anggota yang berada di kota adalah sistem tanggung renteng yang dijalankan dalam suatu majlis agak lebih
sulit dibandingkan dengan anggota yang berada didesa, ini disebabkan karena kurangnya solidaritas yang dipupuk dalam suatu majlis.
Untuk anggota yang tinggal di wilayah kota, Dalam tahap awal dilakukan proses menabung dengan nominal yang tidak ditentukan
,dengan tujuan agar para anggota sadar akan pentingnya kebersamaan dan juga kesanggupan memenuhi peraturan yang berlaku dalam koperasi.
Dalam hal Pengajuan pembiayaan ada beberapa perbedaan diantara anggota yang berdomosili diwilayah kota dan desa, diantaranya adalah
baru diperbolehkan pengajuan pembiayaan setelah rentan waktu 4 minggu sampai 8 minggu untuk meminimalisir risiko yang terjadi, berbeda
dengan wilayah desa yang hanya 1 minggu setelah menjadi anggota koperasi diperbolehkan mengajukan pembiayaan.
Pinjaman yang diajukan oleh anggota yang berada di wilayah kota tidaklah terlalu besar, karena mereka kebanyakan bekerja di sektor jasa
bekerja pada orang lain, pinjaman yang digunakan adalah relatif untuk
81
keperluan pendidikan dan kebutuhan rumah tangga, dengan tujuan utama koperasi anggota yang berada dikota adalah saving untuk pengelolaan
ekonomi rumah tangga yang lebih baik.
Tabel . Tingkat keterlambatan angsuran pembiayaan .
Wilayah Tingkat Keterlambatan Perbulan Juni 2011
Wilayah Kota Bogor kota 1,14
Wilayah Taman sari desa 0,07
Wilayah Dramaga desa 0,00
Wilayah Rumpin desa 0,05
Wilayah Cicurug desa 0,00
Sumber : Koperasi BAIK Tingkat keterlambatan angsuran pembiayaan untuk wilayah kota
adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah desa, ini bisa dilihat dari presentase yang menunjukan bahwa tingkat keterlambatan di wilayah
kota lebih dari 1 , sedangkan di wilayah desa kurang dari 1. Tabel. kolektabilitas pembiayaan tahun 2009-2011
Katagori 2009
2010 2011
Lancar 2.006.780.800
3.045.548.865 4.990.854.722 Kurang Lancar
6.873.000 15.260.492
7.752.000 Diragukan
1.196.000 4.848.000
1.324.000 Macet
4.037.000 1.555.333
2.568.327 outstanding
2.018.886.800 3.067.212.690 5.002.499.049
Sumber : Koperasi Baytul Ikhtiar Meski termasuk katagori macet bukan berarti tidak tertagih tetapi
ada keterlambatan pembayaranpelunasan oleh anggota koperasi.
82
C. Analisis