Pola grameen syariah untuk perbedayaan ekonomi masyarakat berbasis rumah tangga: studi terhadap program pendampingan kelompok pembiayaan bagi perempuan miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor

(1)

(Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)

Oleh:

RATIH RATNASARI

NIM : 103046128239

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(2)

(Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)

Oleh :

RATIH RATNASARI

NIM. 103046128239

Pembimbing

DR. EUIS AMALIA, M. AG

NIP. 197107011998032002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Skripsi berjudul Pola Grameen Syariah Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Rumah Tangga (Studi Terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan Bagi Perempuan Miskin Oleh Koperasi Baitul Ikhtiar) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 02 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 16 September 2010 Dekan,

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

   

Ketua : Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (...) NIP. 195505051982031012

Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001

Pembimbing : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002

Penguji I : Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan (...) NIP. 150185438

Penguji II : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag. M.Si (...) NIP. 197412132003121002


(4)

oleh pemerintah tetapi menjadi tanggungjawab bersama baik pemerintah, swasta, lembaga profesi, perguruan tinggi maupun masyarakat itu sendiri. Untuk itu, diperlukan alternatif-alternatif baru yang dapat menjamin agar seluruh anggota masyarakat menikmati manfaat dari pertumbuhan ekonomi berdasarkan pendekatan holistik pada setiap aspek pembangunan yang berupa pemberdayaan. Pemberdayaan itu sendiri merupakan upaya untuk membangun daya dengan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berusaha untuk mengembangkannya.

Metode Grameen Bank merupakan program penyaluran kredit mikro yang ditujukan bagi golongan masyarakat miskin (terutama perempuan miskin) di pedesaan. Sejak diluncurkan pertama kali di Bangladesh, telah banyak memberikan dampak positif bagi pemanfaatnya, sehingga mengundang banyak negara untuk mengadopsi program ini termasuk Indonesia. Saat ini upaya penanggulangan kemiskinan telah banyak dilakukan baik oleh lembaga yang dibentuk pemerintah maupun swasta dengan cara memberikan pelayanan dalam bentuk bantuan kredit kepada golongan masyarakat miskin khususnya di pedesaan. Upaya pengentasan kemiskinan tidak akan berjalan optimal bila tidak disertai usaha penghapusan diskriminasi gender. Karena ada kecenderungan pembangunan selama ini terfokus pada laki-laki dan perempuan, tetapi jarang sekali yang melibatkan keduanya sekaligus.

Sebagai lembaga keuangan mikro, Koperasi Baitul Ikhtiar dalam kegiatannya menerapkan metode Grameen Bank dalam menyalurkan bantuan kredit modal usaha kepada masyarakat kecil dan sektor informal, dengan menerapkan prinsip syariah dengan nama Grameen Syariah. Atas dasar hal tersebut penelitian ini memfokuskan permasalahan pada tiga hal yaitu; (1)Bagaimana pola Grameen Syariah pada Koperasi Baitul Ikhtiar, (2)Bagaimana dampak pola Grameen Syari’ah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin terutama kelompok perempuan.

Dalam penelitian ini menggunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif merupakan studi eksplorasi untuk mencari kejelasan terhadap subjek langsung. Sedangkan data akan diolah dengan membuat dan memasukan data ke dalam tabel frekuensi. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi relatif untuk setiap kategori dengan langsung membuat presentase, sehingga akan langsung diketahui jumlahnya (sesuai proporsi jawaban sampel) dengan rumus: P = F/N x 100%. Wawancara dilakukan secara mendalam terhadap informan penelitian yang terdiri dari pihak Koperasi Baitul Ikhtiar sebagai pelaksana program, masyarakat sebagai peserta program (anggota majlis). Selain itu untuk lebih memperkuat informasi yang didapatkan dilakukan juga pengamatan terhadap proses pelaksanaan metode Grameen


(5)

Koperasi Baitul Ikhtiar, pada dasarnya sama dengan apa yang ada pada Grameen Bank, namun yang membedakan adalah prinsip yang mendasarinya yaitu pelarangan riba dan pengembangan transaksi syariah. Dalam hal ini instrumen bunga yang dikembangkan dalam ekonomi konvensional sebagai satu-satunya parameter dalam sistem keuangannya merupakan hal yang bertolak belakang dengan sistem ekonomi Islam. Penerapan metode Grameen Syariah oleh kopersai Baitul Ikhtiar juga telah mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, baik manfaat secara ekonomi yakni adanya peningkatan usaha dan pendapatan anggota, maupun manfaat bagi kehidupan sosial masyarakat seperti adanya perubahan sikap para anggota khususnya dalam bentuk solidaritas antar sesama dan munculnya kebiasaan menabung di kalangan anggota, meningkatnya harga diri dan kepercayaan diri serta kemampuan dalam melakukan interaksi sosial

Koperasi Baitul Ikhtiar perlu menambah materi pendampingan tentang kewirausahaan agar para anggota memiliki pemikiran yang kreatif dan inovatif. Dari sisi produk juga perlu ditingkatkan, tidak hanya simpan, pinjam dan pembiayaan, tetapi ditambah dengan adanya simpanan berjangka untuk melatih anggota agar dapat mengukur dan merencanakan kebutuhan keuangan untuk masa depan.


(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya, atau merupakan hasil jiplakkan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, September 2010


(7)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh gelar sarjana pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mengingat keterbatasan dan kekurangan, penulis menyadari yang penulis

sajikan dengan judul : POLA GRAMEEN SYARIAH UNTUK

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS RUMAH TANGGA (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor) mungkin masih jauh dari sempurna, tetapi penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dari pengetahuan yang penulis miliki.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M. Ag selaku Ketua Jurusan Muamalat Perbakan Syariah Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

vii 


(8)

skripsi ini.

4. Ibu Titin Prasetyawati selaku manajer Koperasi Baitul Ikhtiar yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian.

5. Rekan-rekan Koperasi BAIK yang telah membantu memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna penyusunan skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Mahfud Hamdani & Ibu Titin Suhartini yang tak henti-hentinya berdoa dan memberikan kasih sayang dengan tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Suamiku R. Yudhi Kurnia Hidayat & Putraku tersayang Muhammad Wijdan Firdaus yang selalu menghadirkan semangat di kala penat mulai menghampiri.

8. Untuk seluruh keluargaku, kakak-kakakku A Darwis, Teh Ira, Teh Melva, Teh Maria, dan adik-adikku Soni, Indah, R. Yan serta keponakan-keponakanku yang lucu-lucu (Aa Rizal, Teh Naila, Neng Elsa, Aa Arkan, Ghinal, Nanda, Dwi, De Ibnu). Serta Mama (mertua), terimakasih atas doa dan pengertiannya untuk selalu menjaga Wijdan saat penulis disibukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar KBMT Khidmatul Ummah tempat penulis bekerja. Kepada Bapak Ir. Dudin Fahrudin (Manajer) dan Mba Erna Indriastuti,SE (Ka Oprs)

viii 


(9)

ix 

 

10.Untuk teman-teman PS A angkatan 2003, terima kasih atas dukungan dan doa dari tema-teman semua.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta membalas segala amal kebaikannya yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi materi maupun sistematikanya yang jauh dari sempurna yang disebabkan oleh pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Ciputat, September 2010


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

G. Review Kajian Terdahulu ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KERANGKA TEORI ... 18

A. Pemberdayaan Ekonomi... 18

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi ... 18

2. Paradigma dan Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin ... 20

3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 24

4. Kemiskinan dan Klasifikasinya... 29


(11)

B. Perempuan dalam Pemberdayaan Ekonomi ... 33

C. Kelompok Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ... 35

1. Pengertian Kelompok ... 36

2. Manfaat Kelompok Bagi Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ... 36

BAB III GAMBARAN UMUM ... 40

A. Gambaran Umum Grameen Bank ... 40

1. Sejarah Singkat Lahirnya Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin ‘Gramen Bank’ ... 40

2. Pola Pinjaman Kelompok dalam Program Grameen Bank .... 45

3. Produk daan Layanan Keuangan Grameen Bank ... 50

B. Gambaran Umum Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) ... 55

1. Profil Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) ... 56

2. Laporan Kinerja Keuangan Koperasi Baitul Ikhtiar ... 68

3. Laporan Tingkat Pengembalian Pembiayaan pada Anggota Koperasi BAIK / Kolektabilitas / PAR ... 70

C. Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syariah yang dijalankan Koperasi BAIK ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75

A. Deskripsi Data Responden ... 75


(12)

xii

1. Tingkat Pendidikan Responden ... 75

2. Pendapatan Rumah Tangga ... 76

B. Pola Grameen Syariah sebagai Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin ... 77

1. Rekrutment Anggota ... 77

a. Assement Wilayah ... 77

b. Uji Kelayakan (UK) ... 79

c. Latihan Wajib Kelompok (LWK) ... 79

2. Pendampingan Kelompok ... 81

3. Konsep Tanggung Renteng ... 85

C. Dampak Pendampingan bagi Anggota Koperasi Baitul Ikhtiar .... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

1. Data-Data Penelitian Tentang Grameen Bank ... 15 2. Tabel 3.1 Suku Bunga Grameen Bank ... 45

Tabel 1.1

tem Generalisasi ... 51 abel

Tabel 3.4 rian Doping ... 66

abel ... 72

7. abel 4.1

Tabel 4.2 endapatan Rumah Tangga Responden ... 77

ngan Usaha ... 87 abel

Pendapatan ... 88 abel

Tabel 4.6 Menabung dalam setiap Pertemuan Mingguan ... 91 abel

Tabel 4.8 Pendampingan terhadap Peningkatan Pengetahuan ... 93

abel n

3. Tabel 3.2 Gambaran atas Produk Pinjaman dalam Sistem Klasik Versus Sis

4. T 3.3 Tinjauan atas Produk Tabungan dalam Sistem klasik

Versus Sistem Generalisasi ... 54

5. Pengatego

6. T 3.5 Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syariah ....

T Tingkat Pendidikan Responden ... 76

8. Tingkat P

9. Tabel 4.3 Pengaruh Pembiayaan yang didapat terhadap Perkemba

10.T 4.4 Pengaruh Pembiayaan yang di dapat terhadap Peningkatan

11.T 4.5 Peningkatan Pendapatan Anggota ... 88

12. Insensitas

13.T 4.7 Besar Tabungan Anggota Perminggu ... 92

14. Pengaruh

15.T 4.9 Pengaruh Pendampingan Terhadap Peningkata


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat miskin selama ini belum terjangkau oleh lembaga keuangan formal. Padahal, banyak usaha produktif pada usaha mikro yang digeluti oleh orang-orang miskin yang potensial untuk dibiayai. Kalau usaha-usaha tersebut mendapatkan pembiayaan sekaligus bantuan teknis berupa pendampingan, tentu akan terbuka peluang untuk lebih berkembang, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang akhirnya lepas dari jeratan kemiskinan.

Secara nasional pemerintah berupaya melakukan berbagai tindakan dalam menanggulangi masalah kemiskinan di antaranya melalui program jaring pengaman sosial (JPS) atau social safety net (SSN) dan program kompensasi (CP) yang dipadu dengan Program Penanggulangan Kemiskinan atau Poverty Allevation (PA), Program Modal Awal dan Padanan (MAP) bagi UKMK serta P2KP dalam hal ini kaum miskin di perkotaan yang mempunyai usaha produktif, diberikan bantuan pembiayaan berupa dana bergulir, sekaligus diberikan pendampingan agar dana tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan usahanya.1

1 Agus Hidayat, Program Dana Berguli, diakses pada tanggal 22 Juni 2008 dari http://www.sentrakukm.com


(15)

Pada upaya penanganan masalah kemiskinan di tahun 2009, pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) telah menjangkau 3.362 KK dengan guliran dana sebesar Rp 500.000,-/ KK atau meningkat 1.112 KK dari jumlah penerima di tahun 2008 sebanyak 2.150 KK. Total dana guliran pun meningkat sebesar Rp506.000.000,00 dari Rp1.075.000.000,00 di tahun 2008 menjadi Rp1.681.000.000,00 di tahun 2009. Pelaksanaan KUBE pun telah berjalan relatif baik karena tingkat pengembalian dana guliran hampir mencapai 100 %. Selain itu, juga telah diselenggarakan serangkaian pelatihan bagi gakin yang menjadi sasaran program dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan, seperti potong rambut, sablon, menjahit, budi daya sayuran, dan pasca panen sayuran. Penyaluran beras gakin yang di tahun 2009 telah mencapai 7.936.785 kg atau sekitar 99 % dari target sebesar 8.017.200 kg dan telah disalurkan kepada 44.540 KK miskin yang terdiri dari 42.328 KK layak dan 2.212 KK tambahan.2

Pada urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah (KUKM), ada beberapa indikator positif yang di antaranya tergambar dari peningkatan rata-rata omset KUKM sebesar 160,9% atau Rp 226.427.662,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp 140.871.525,00. Begitu pun dengan jumlah UKM yang

2Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari

http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5644&Itemid=62&limit= 1&limitstart=0


(16)

mencapai 32.256 unit, atau sekitar 139 % dari target jumlah UKM sebanyak 25.326 unit.3

Pada saat yang sama, jumlah koperasi di tahun 2009 telah memenuhi target yaitu sebesar 100,01% atau 758 unit koperasi dari 757 koperasi yang ditargetkan. Namun dari jumlah tersebut, koperasi yang aktif hanya mencapai 32 % atau sekitar 243 koperasi.4

Sedangkan dalam upaya pemberdayaan Koperasi Pembiayaan Ekonomi Kelurahan (KPEK) telah dilakukan diberikan bantuan permodalan kepada 9 KPEK sebesar Rp10.000.000,00 per KPEK. Jadi, sampai dengan tahun 2009, jumlah KPEK yang telah menerima bantuan sampai dengan tahun 2009, ada sebanyak 35 KPEK dari 68 KPEK se-Kota Bogor.5

Keberhasilan Muhamad Yunus – seorang dosen Ekonomi di Universitas Chittagong, Banglades – melalui proyek percontohan Grameen Bank ’bank pemberdayaan kaum miskin’ memberikan banyak inspirasi bagi para pelaku ekonomi mikro serta lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat miskin di berbagai belahan dunia untuk mengadopsi program tersebut sebagai alternatif baru dalam pengembangan serta pemberdayaan keuangan mikro masyarakat

3 Ibid.,

4Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari

http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5644&Itemid=62&limit= 1&limitstart=0


(17)

miskin untuk mengeluarkannya dari garis kemiskinan serta meningkatkan kualitas hidupnya.

Menarik bahwa fokus ataupun objek yang menjadi sasaran dalam program ini adalah para perempuan-perempuan yang sebelumnya dianggap inferior dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang pada akhirnya mendapat kesempatan untuk turut berkiprah secara mandiri.

Kaum perempuan pun masih menghadapi masalah dengan properti yang dapat dijadikan jaminan mendapatkan dana bagi usaha mereka. Pada umumnya properti yang dapat diterima bank sebagai jaminan adalah tanah, rumah, dan kendaraan yang terdaftar atas nama suami. Sehingga pihak istri tidak memiliki akses atas bukti kepemilikan properti tersebut. Persyaratan ini sungguh tidak menguntungkan perempuan karena mereka dengan sendirinya tidak mempunyai posisi tawar yang baik dalam keluarga, apalagi bila dia sudah hidup terpisah dari suami.

Namun lain halnya di Grameen Bank, sebagaimana dikatakan Yunus bahwa dalam perbincangannya dengan manajer kantor cabang Janata Bank “Orang paling miskin diantara kaum miskin bekerja dua belas jam sehari. Mereka perlu menjual sesuatu guna memperoleh penghasilan buat dimakan. Mereka sangat punya alasan untuk membayar kembali, yakni untuk mendapat pinjman lagi dan bisa melanjutkan hidup esok harinya. Itu jaminan terbaik yang bisa anda


(18)

dapatkan: nyawa mereka”.6 Pembayaran kembali pinjaman oleh para peminjam tanpa agunan ini terbukti jauh lebih baik ketimbang mereka yang pinjamannya dijamin oleh asset. Lebih dari 98 % pinjaman dilunasi. Kaum miskin tahu bahwa ini adalah satu-satunya peluang mereka untuk keluar dari kemiskinan.7

Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya telah berhasil membuktikan bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa berjalan. Salah satu ciri unik Grameen Bank adalah pola pemberian kreditnya yang disandarkan pada pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu kelompok terdiri dari lima orang yang saling bantu dan mengawasi dalam proses income generating ini.8

Filsafat manusia yang menopang Grameen Bank cukup menarik yaitu bahwa kemiskinan menurut filosofi itu bukan disebabkan absennya keterampilan (skill), karena keterampilan tidak berbanding lurus dengan kualitas hidup seseorang. Dengan kata lain, keterampilan bukan ukuran posisi sosio-ekonomi seseorang. Filosof Rawls menyebutnya sebagai hasil lotre alam. Keterampilan pun memerlukan dana untuk menatanya. Sementara orang miskin tidak memiliki cukup dana untuk itu. Kalaupun ada, dana itu berupa sumbangan yang tidak menuntut pertanggungjawaban, bahkan menciptakan ketergantungan. Padahal,

6 Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, (Tangerang: Marjin Kiri, 2007) h. 53

7

Ibid., h. 57

8Dono Widiatmoko”Nobel untuk Muhammad Yunus dan Grameen Bank” diakses pada 22 Juni 2008 dari http://donowidiatmoko.wordpress.com/2006/10/13/


(19)

menurut filosofi Grameen Bank, keluarnya seseorang dari kemiskinan menuntut inisiatif dan kreativitas.9

Hal tersebut sejalan dengan firman Allah :

ﺪﻋﺮ ا

:

Artinya :

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

(Q.S. Ar-Ra’d : 11)

Keberhasilan Grameen Bank di Bangladesh ini selayaknya menjadi bahan pembelajaran bagi kita. Selama ini yang menjadi fokus pembangunan adalah bagaimana menarik modal asing dan seakan melupakan potensi ekonomi kaum miskin pedesaan di Indonesia. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mereka tidak selayaknya menjadi kelompok yang dilupakan dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia. Sudah lama mereka dilupakan dan sudah saatnya mereka dibantu untuk bangun.

Namun Islam sebagai suatu sistem hidup yang komprehersip dan kaffah mewajibkan para pemeluknya untuk menjadikannya sebagai sumber pedoman dan referensi utama dalam setiap aspek kehidupan dari mulai urusan Aqidah, Syariah, Sosial dan Ekonomi. Wahyu ilahi yang terwujud dalam al-Quran dan Sunnah menjadi sumber kajian ekonomi Islam yang syarat dengan nilai-nilai dan


(20)

ةﺪﺋﺎ ا

:

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(Al-Maidah: 8)

Dari uraian tersebut maka penelitian ini ingin mengambarkan pola pemberdayaan masyarakat miskin serta dampaknya bagi kaum miskin dengan mengaplikasikan program ”Grameen Bank” bank pemberdayaan kaum miskin di Bangladesh namun dalam prakteknya tetap berada dalam jalur nilai-nilai dan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan tidak melanggar syariat.


(21)

Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk membahas permasalahan tersebut ke dalam suatu penelitian sebagai karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul ”POLA GRAMEEN SYARIAH UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS RUMAH TANGGA (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)”.

B. Identifikasi Masalah

Sebelum dapat dirumuskan masalah penelitian perlu dibuat identifikasi masalah. Berikut ini dikemukakan masalah-masalah yang ada pada objek yang diteliti antara lain:

1. Banyak LKM / LKMS yang tidak dapat menjangkau dan melanyani lebih banyak orang miskin.

2. Bank tidak memberikan kredit maupun pembiayaan bagi mereka yang tidak memiliki agunan (collateral).

3. Keterbatasan akses masyarakat miskin untuk menjangkau lembaga keuangan.

4. Kultur ketergantungan yang masih menjadi habitus masyarakat yang menghalangi tertanamnya karakter kemandirian (self-reliance) dalam benak sosial masyarakat.

5. Semakin tinggi tingkat kebutuhan hidup dengan penghasilan yang masih belum bisa mencukupi, mengharuskan para perempuan untuk membantu


(22)

para suami untuk mencari sumber kehidupan / nafkah untuk membantu menunjang penghasilan para suami.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah maka penelitian ini dibatasi menjadi:

1. Gambaran pola Grameen Syariah melalui pendampingan kelompok pembiayaan bagi perempuan miskin pada Koperasi Baitul Ikhtiar.

2. Dampak pola Grameen Syariah melalui pendampingan kelompok terhadap kualitas hidup perempuan dalam rumah tangga.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Agar penelitian lebih terarah maka diperlukan rumusan masalah untuk memperoleh jawaban terhadap masalah tersebut. Perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pola Grameen Syariah pada Koperasi Baitul Ikhtiar?

2. Bagaimana dampak pola Grameen Syari’ah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin terutama kelompok perempuan?


(23)

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan yang ingin dicapai adalah agar hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam upaya memberdayaan masyarakat miskin sesuai nilai-nilai ekonomi Islam serta meningkatkan penghargaan terhadap posisi kaum perempuan dalam kehidupan rumah tangga dan kehidupan lingkungan sosial ekonomi sehingga tercipta rumah tangga yang sakinah, mawahdah, warahmah.

Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis, yaitu sebagai tambahan pengetahuan tentang pendekatan program-program untuk pemberdayaan dengan pendekatan keuangan mikro syariah/Grameen Syari’ah.

2. Manfaat praktis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tambahan tentang program-progran pengembangan serta pemberdayaan masyarakat miskin melalui pendekatan Grameen Syari’ah. Lebih jauh, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan dalam strategi pemberdayaan ekonomi perempuan bagi institusi pemerintah.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif merupakan studi eksplorasi untuk mencari kejelasan terhadap subjek langsung.


(24)

Penelitian ini dilakukan di Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) yang beralamat di Jalan Gagak Blok EE Komplek Taman Pagelaran Ciomas Bogor.

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument peneliti sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Adapun intrumen lain yang dapat digunakan untuk melengkapi operasional penelitian yaitu buku catatan, alat perekam, dan camera.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, yaitu anggota yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri dari enam majlis di wilayah Ciaruteun. Informan yang dipilih merupakan anggota yang sudah mendapat


(25)

fasilitas pembiayaan dari koperasi BAIK sebanyak tiga kali (tiga tahun) dengan Jatuh tempo pada semester pertama di tahun 2010.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data dan informasi dalam penelitian ini adalah data primer sebagian data utama dan data-data sekunder sebagai data penunjang. Data primer tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

a. Observasi

Dengan cara melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematis terhadap semua yang dibutuhkan nantinya dalam membahas dan mengolah data. Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi proses rekrutmen anggota (CHI, LWK, UK), kegiatan pertemuan mingguan, meliputi aktivitas yang dilakukan dalam peretemuan mingguan dan isi dari kegiatan pendampingan. Termasuk di dalamnya penelitian terhadap dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan maksud dan tujuan penelitian berupa data awal anggota kelompok (mencakup informasi tentang profil keluarga dan keuangan rumah tangga anggota). Observasi yang digunakan yaitu observasi nonpartisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya


(26)

mengamati dengan mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan dari aktivitas orang-orang yang sedang diamati.10

b. Wawancara (Interview)

Yaitu mengadakan wawancara dengan pihak yang berperan dalam lembaga yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara terstruktur, berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Teknik wawancara terstruktur digunakan pada informan yang menjadi objek penelitian.Sedangkan wawancara tidak terstruktur diberikan kepada praktisi atau pihak lembaga.

c. Studi Dokumentasi

Mengadakan studi kepustakaan melalui pengkajian buku, majalah, surat kabar, jurnal dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

5. Teknik Analisis Data

Selanjutnya adalah analisa data yang merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap

10 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitratif dan R & D, (Bandung: Alfabeta 2008), h. 145


(27)

bahan tersebut agar dapat dipresentasikan kepada orang lain. Dalam penelitian kualitatif ini, analisis dilakukan sebelum di lapangan, selama di lapangan, saat pengumpulan data, dan setelah selesai pengumpulan data.

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis statistik Deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi kemudian ditarik kesimpulan. Data akan diolah dengan membuat dan memasukan data ke dalam tabel frekuensi. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi relatif untuk setiap kategori dengan langsung membuat presentase, sehingga akan langsung diketahui jumlahnya (sesuai proporsi jawaban sampel) dengan rumus:

P = F/N x 100 %

Dimana : P = Presentase

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya N = Number of case (banyaknya sampel)

G. Review Kajian Terdahulu

Kajian penelitian tentang Grameen Bank telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian dengan judul ”Grameen Bank Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah, kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi)”11. Dalam penelitian yang ditulis oleh Rahman Nidi Burhan, objek yang

11 Rahman Nidi Burhan. ” Grameen Bank Sebagai Upaya Penanggulanga Kemiskinan (Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah,


(28)

di teliti lebih kepada bagaimana penerapan methode Grameen Bank serta manfaat yang dirasakan oleh para anggotanya. Lebih jauh, penelitian yang dilakukan di desa cibarusah ini dilengkapi dengan kendala-kendala yang dihadapinya.

Tabel 1.1

Data-Data Penelitian Tentang Grameen Bank

No Judul Penelitian Penulis

1

Grameen Bank Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah, kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi

Rahman Nidi Burhan

2

Analisa pemanfaatan dana proyek pola grameen bank terhadap masyarakat miskin di pedesaan (Di Desa Bangoan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulung Agung)

Endah Purwanti/2002

Pada dasarnya penelitian tersebut hampir sama dengan kajian yang penulis angkat. Adapun yang membedakan yaitu bagaimana penerapan nilai-nilai ekonomi Islam pada methode Grameen Bank.

Endah Purwanti, “Analisa pemanfaatan dana proyek pola Grameen Bank terhadap masyarakat miskin di pedesaan”.12 Penelitian yang dilakukan Endah Purwanti merupakan penerapan dari jenis penelitian survei melalui observasi yang dilakukan pada P2KP Pola Grameen Bank. Adapun tujuan yang ingin dicapai

kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi)” diakses pada 22 Juni 2008 dari http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/abstrak.jsp?id=80030&lokasi=lokal

12 Endah Purwanti, “Analisa Pemanfaatan dana proyek pola Grameen Gank terhadap masyarakat miskin di pedesaan” diakses tanggal 29 Oktober 2008 dari


(29)

pada penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan pada objek penelitian, ditinjau dari faktor: permodalan dan faktor rentabilitas. Sedangkan untuk mengetahui perubahan pendapatan anggota binaan (nasabah) P2KP Pola Grameen Bank, teknik yang digunakan adalah wawancara dan quisioner pada responden. Alat analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik analisa statistik Uji-t untuk didapat kesimpulan apakah menerima hipotesis atau menolak hipotesis.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skipsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007. Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan isi penulisan dalam penelitian ini, penyusun menguraikan secara singkat sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan antara lain latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, tinjauan kajian terdahulu dan sistematika penulisan.


(30)

Pada bab ini diuraikan definisi pemberdayaan ekonomi, perempuan dalam pemberdayaan ekonomi serta kelompok sebagai upaya pemberdayaan ekonomi perempuan.

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini mengemukakan gambaran umum Grameen Bank dan Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) dengan praktek Grameen Syariahnya serta Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syari’ah yang dijalankan Koperasi BAIK.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan deskripsi data responden, pola Grameen Syariah sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, dampak pendampingan bagi anggota Koperasi Baitul Ikhtiar.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini mengemukakan tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran yang dikemukakan dari pembahasan.


(31)

BAB II KERANGKA TEORI

A. Pemberdayaan Ekonomi

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.13

Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat, untuk memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.14

13 Lili Bariadi, Muhamad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, Cet 1 Jakarta: CED, 2005, h.53


(32)

Kata pemberdayaan (empowerment) mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh atau kuat. Menurut Rappaport (1985), praktek dan kegiatan yang berbasiskan pemberdayaan adalah bahasa pertolongan yang diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut kemudian mengkomunikasikan kekuatan yang tangguh untuk mengubah hal-hal yang terkandung dalam diri kita (inner space), orang-orang lain yang kita anggap penting, serta masyarakat yang di sekitar kita. Elaborasi dari pemikiran tersebut, secara keseluruhan, akan dapat memperkaya dan menjiwai pemahaman global mengenai pemberdayaan sehingga akan membawa dampak yang sangat luas baik terhadap kecenderungan primer maupun sekunder dari makna pemberdayaan.15

Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yaitu kecenderungan primer dan kecenderungan sekunder. 16

a. Kecenderungan primer; merupakan proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya (survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun asset

15 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat,(Bandung : Humaniora Utama Press), Cet. Kedua, h.43.


(33)

material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi (Oakley dan Marsden, 1984).

b. Kecenderungan sekunder; menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog sesungguhnya di antara kedua proses tersebut.

Jadi pemberdayaan ekonomi masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu proses yang dinamis, artinya perubahan yang terjadi menuntut adanya dinamika masyarakat dalam meningkatkan income per capita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dan mempersiapkan kondisi ekonomi di masa mendatang.

2. Paradigma dan Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin

Menurut Departemen Sosial RI, terdapat perbedaan paradigma pemberdayaan fakir miskin masa lalu dan masa kini, di antaranya sebagai berikut.17

a. Pembangunan menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan yang memposisikan fakir miskin sebagai pelaku aktif dan memberikan apresiasi yang layak terhadap potensi dan sumber yang dimilikinya. Paradigma

17 Departemen Sosial RI, Panduan Umum Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Departemen Sosial RI, 2005), hal 34-36.


(34)

pembangunan pada masa lalu menempatkan fakir miskin sebagai objek pembangunan yang memposisikan fakir miskin sebagai penerima bantuan sosial yang pasif dan diberikan atas dasar belas kasihan (charity).

b. Hasil pembangunan selayaknya dinikmati oleh seluruh masyarakat sehingga rakyat miskin mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk dapat akses terhadap sumber daya pembangunan. Paradigma pembangunan pada masa lalu, hasil-hasil pembangunan lebih dinikmati oleh sebagian kecil kelompok masyarakat yang mampu.

c. Pembangunan mengaktualisasikan potensi dan budaya lokal sehingga nilai-nilai sosial budaya, seperti kesetiakawanan sosial dan gotong royong, dioptimalkan sebagai modal dasar dalam menciptakan tanggung jawab sosial. Paradigma pembangunan pada masa lalu cenderung menyeragamkan model pembangunan dan mengabaikan potensi dan budaya lokal, sehingga beresiko ketergantungan fakir miskin terhadap bantuan-bantuan yang datang dari luar dan pengabaian potensi sosial ekonomi yang dimiliki.

d. Pelayanan sosial dasar disediakan untuk semua warga negara sehingga aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar seharusnya terbuka bagi semua pihak (universal approach), termasuk fakir miskin yang selama ini termarginalkan. Paradigma pembangunan pada masa lalu, pelayanan sosial dasar relatif hanya bisa dijangkau oleh masyarakat yang mampu atau masyarakat miskin yang terseleksi (narrow targeting approach).


(35)

e. Pemberdayaan fakir miskin menjadi komitmen bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, maka kebijakan, strategi dan program pemberdayaan fakir miskin menjadi kewenangan bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, serta adanya pembagian peran yang jelas. Paradigma pembangunan pada masa lalu, terutama pada masa sentralistik, penanganan kemiskinan menjadi kewenangan pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah cenderung sebagai pelaksana.

f. Pendekatan pemberdayaan fakir miskin dilakukan secara individual, keluarga, kelompok, dan komunitas secara terpadu dengan variasi fasilitas yang diberikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan fakir miskin, termasuk memberikan akses pada sumber modal usaha dalam wujud uang. Paradigma pembangunan pada masa lalu, penanganan fakir miskin lebih ditekankan pada pendekatan kelompok. Jenis bantuannya seragam dan berwujud barang/peralatan.

Dalam melaksanakan pemberdayaan tentu banyak konsep dan cara dengan berbagai bentuk pendekatan yang dilakukan. Korten Carner (1993) menyatakan: “ konsep pembangunan berpusat pada rakyat memandang inisiatif, kreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang paling


(36)

utama dan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan”.18

Oleh karena itu menurut Erik Syehabudin, dalam konsep pemberdayaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.19

a. Kepercayaan (trust) dari masyarakat diyakini secara benar (objektif) dan tidak bersifat semu (kamuplase) pada pelaku-pelaku pemberdayaan. Sehingga terbentuk suatu image positif dalam setiap tindakan atau aktivitas yang dilakukan.

b. Substansi program atau kegiatan selalu mengedepankan kebutuhan masyarakat dengan cara bottom-up (usulan dari bawah) dengan realisasi kegiatan bertahap sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki.

c. Koordinasi sektor dan lintas sektor artinya bahwa suatu program yang akan dilaksanakan idealnya dapat diterima oleh semua pihak dan adanya rasa memiliki yang utuh dan tidak ada lagi istilah egosektoral yang hanya melakukan koordinasi dengan pihak-pihak tertentu yang dianggap lebih menguntungkan (profit oriented) secara sepihak. Secara harfiah koordinasi lebih luas daripada kebersamaan dan tidak setiap kebersamaan adalah koordinasi.

18 Erik Syehabudin, “Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan”, Artikel diakses pada 29 oktober 2008 dari http://www.radarbanten.com


(37)

d. Penilaian awal dan akhir kegiatan, maksudnya di awal (pra kegiatan) harus dapat mempersiapkan dengan matang segala hal yang dibutuhkan, sedangkan di akhir kegiatan yakni melaksanakan evaluasi secara menyeluruh perihal tepat-tidaknya kegiatan tersebut pada sasaran yang direncanakan.

e. Pembinaan lanjutan (pasca kegiatan) dengan selalu dilakukan jadwal pembinaan rutin. Sehingga pekerjaan tersebut dapat diukur tingkat keberhasilannya serta efektivitas capaian kegiatan tidak sekedar melakasanakan kegiatan saja.

3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Secara umum, pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dibagi menjadi empat strategi, yaitu sebagai berikut.20

a. The Growth Strategy: Penerapan strategi pertumbuhan ekonomi masyarakat pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan pendapatan yang cepat dalam nilai ekonomis melalui peningkatan pendapatan per kapita penduduk, produktivitas, sektor pertanian, permodalan dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan kemampuan konsumsi masyarakat, terutama di pedesaan. Pada awalnya strategi itu di anggap efektif. Tetapi karena economic oriented sementara kaidah-kaidah


(38)

b. The welfare strategy: Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Tetapi karena tidak dibarengi dengan pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam diri masyarakat, maka yang terjadi adalah tingginya sikap ketergantungan masyarakat kepada pemerintah.

c. The responsive strategy: Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan. Namun, hal itu tidak diimbangi dengan kesiapan masyarakat dalam menerima dan mengfungsikan teknologi itu sendiri, akibatnya teknologi yang dipakai dalam penerapan strategi ini menjadi disfungsional.

d. The Integrated or Holistic Strategy: Dalam strategi ini, terdapat tiga prinsip dasar sebagai konsep kombinasi dari unsur-unsur pokok ketiga strategis di atas, yaitu :

1) Persamaan, keadilan, pemerataan dan partisipasi merupakan bantuan yang secara eksplisit harus ada dari strategi menyeluruh, maka badan publik yang ditugasi untuk melaksanakan harus;

a) Memahami dinamika sosial masyarakat sebagai intervensinya. b) Intervensi dilakukan untuk memperkokoh kemampuan masyarakat


(39)

mengambil langkah-langkah instrumental yang membutuhkan kemampuan aparatur untuk melakukan intervensi sosial.

2) Memerlukan perubahan-perubahan mendasar, baik dalam komitmen maupun dalam gaya dan cara bekerja, maka badan publik yang belum memiliki kemampuan intervensi sosial akan memerlukan pemimpin yang kuat komitmen pribadinya terhadap tercapainya tujuan dari strategi holistik tersebut yakni untuk:

a) Menentukan arah nilai organisasi, energi dan proses menuju strategi.

b) Memelihara integritas organisasi yang didukung oleh institusional leadership.

3) Keterlibatan badan publik dan organisasi sosial secara terpadu, maka memerlukan suatu pedoman untuk memfungsikan organisasi yang bertugas antara lain:

a) Membangun dan memelihara perspektif menyeluruh

b) Melaksanakan rekrutmen dan pengembangan pimpinan kelembagaan, dan

c) Membuat mekanisme kontrol untuk mengatur saling keterkaitan (interdependensi) antara organisasi formal dan informal melalui system management strategis.


(40)

Sedangkan pendekatan yang digunakan Islam dalam pemberdayaan masyarakat miskin secara garis besar ada tiga, yaitu sebagai berikut.21

a. Pendekatan parsial kontinu, yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat miskin yang dilakukan secara langsung hal ini diberikan terutama kepada yang tak sanggup untuk bekerja sendiri misalnya orang cacat abadi, lansia, orang buta dan lain-lain.

b. Pendekatan struktural yaitu pemberian pertolongan secara kontinu agar masyarakat dapat mengatasi kelemahannya. Bahkan dari yang dibantu diharapkan dapat turut membantu. Terutama diberikan kepada mereka status melalui perwujudan dan komitmen kemitraan yang memiliki potensi skill untuk dikembangkan.

Pendekatan pertama dan kedua ini baru berada pada tahap inisial. Dimana diharapkan akan melahirkan perubahan sikap masyarakat yang sadar dan bersemangat memacu diri untuk tidak terbenam dalam kondisi kemiskinannya dan adanya perubahan tingkah laku melalui pendidikan ketrampilan, stimulan, informasi, pengetahuan, dan keteladanan.

c. Mengupayakan perubahan dan suntikan dana (zakat, infak dan shadaqah) secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan terampil dalam megembangkan usaha baik skala kecil dan menengah. Pemberdayaan pada level ini telah mencapai tahap partisipasipatoris.

21 Ibid., h. 62.


(41)

Kemudian ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat menghantarkan pada tahap emansipatif yaitu menjadi muslim yang berkualitas dan penyantun sesama.

Adapun pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut.22

a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai. b. Mempunyai wadah kegiatan yang teroganisir.

c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.

d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait. e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap

pemberdayaan.

f. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi khususnya dalam wirausaha.

g. Ada keharusan membantu seluruh lapisan khususnya masyakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit dicapai.

h. Akan lebih efektif jika program pengembangan masyarakat pada awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu sumber-sumber dari organisasi sukarela non-pemerintah harus dimanfaatkan.

22 Ibid., h.55


(42)

4. Kemiskinan dan Klasifikasinya

Departemen Sosial RI membagi kemiskinan dalam dua kategori, yaitu: a. Kemiskinan kronis (chronic poverty) adalah kemiskinan yang telah

berlangsung dalam jangka waktu yang lama, turun temurun, atau disebut juga sebagai kemiskinan struktural.

b. Kemiskinan sementara (transient poverty) adalah kemiskinan yang ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan anggota masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis, bencana alam dan bencana sosial, seperti korban konflik sosial, korban gempa bumi, korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kemiskinan sementara jika tidak ditangani serius dapat menjadi kemiskinan kronis.

Menurut para pemerhati kemiskinan, kemiskinan dapat dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu:23

a. Kemiskinan absolut yaitu tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum (pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan); b. Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada

posisi di atas garis kemiskinan, jika dibandingkan dengan pendapatan masyarakat sekitarnya. Seseorang yang tergolong miskin relatif


(43)

sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya;

c. Kemiskinan struktural adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan;

d. Kemiskinan kultural adalah mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang selalu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.24

Selain itu kemiskinan perempuan disebabkan banyak faktor yang cukup komplek. Tetapi ia dapat ditelaah dalam dua hal. Pertama, perspektif

24 Dave Akhbarshah Fikarno, “Memahami Kemiskinan” diakses pada tanggal 29 Oktober 2008 dari http://daveakbarshahfikarno.wordpress.com/2009/01/27/memahami-kemiskinan/


(44)

ekonomi. Secara gamblang kemiskinan dan pemiskinan perempuan ini terlihat dalam sektor ekonomi. Seorang perempuan yang ikut mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari kelompok miskin, lebih miskin dari laki-laki dari kategori yang sama. Perempuan yang tidak memiliki penghasilan, jauh lebih buruk situasinya dibanding perempuan yang mempunyai penghasilan dalam keluarga dengan tingkat ekonomi subsisten.25

Namun ketika perempuan ikut mencari peghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sebagian penghasilannya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan lebih meningkatkan kebutuhan dasar keluarganya dibanding laki-laki.26

Kedua, perspektif politik. Dalam dimensi ini, perempuan tidak terwakili secara proporsional diantara kelompok miskin dan tidak punya kekuasaan. Kemiskinan perempuan ini antara lain kerentanan hidup (vulnerability), kesempatan dan suara (voicelessnessa and powerlessness), serta didukung pemerintah yang sangat bias gender (male-biased governance system). Dimensi kemiskinan gender, bias gender juga mudah ditemui dalam kebijakan struktural, perbedaan efek kebijakan dan dana yang tidak memadai

25 Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan (Poperty has a Women Face)”,

Jurnal Perempuan, no. 42 (Juli 2005): h. 11 26 Ibid., h. 12


(45)

untuk mendukung kebijakan yang memihak kaum perempuan. Jadi, diskriminasi terhadap perempuan sangat kental.27

Menurut Marguiret Robinson, pinjaman dalam bentuk micro kredit merupakan salah satu upaya ampuh dalam mengatasi kemiskinan. Hal tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin, sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi diantara mereka, yang mencakup: pertama, masyarakat sangat miskin (the extrim poor), yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan produktif. Kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin tetapi memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor). Ketiga, masyarakat berpenghasilan rendah (lower income), yakni mereka yang memiliki pengahsilan meskipun tidak banyak. Pendekatan yang dipakai dalam rangka pengentasan kemiskinan tentu berbeda-beda untuk ketiga kelompok masyarakat tersebut. Kelompok pertama akan lebih tepat jika digunakan pendekatan langsung berupa program pangan, subsidi, atau penciptaan lapangan kerja sedangkan bagi kelompok kedua dan ketiga, lebih efektif jika digunakan pendekatan tidak langsung, misalnya penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan UKM, pengembangan berbagai jenis pinjaman mikro atau mensinergikan UKM dengan para pelaku usaha menengah maupun besar.28

27 Ibid., h. 13

28 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h.53


(46)

Namun menurut Muhammad Yunus dalam bukunya Bank Kaum Miskin ”kemiskinan tidak diciptakan oleh kaum miskin. Kemiskinan diciptakan oleh struktur masyarakat dan kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh masyarakat”. Pengalaman Grameen menunjukan bahwa sekecil apapun dukungan modal keuangan yang diberikan, kaum miskin sepenuhnya mampu meningkatkan kehidupan mereka.29

B. Perempuan dalam Pemberdayaan Ekonomi

Program pendampingan yang mengarah pada penanggulangan kemiskinan yang dilakukan Grameen Bank mengutamakan kelompok kaum perempuan (dalam keluarga) miskin sebagai “kelompok sasaran” (target grup). Hal ini sesuai kenyataan bahwa:30

1. Dari segi ketenaga-kerjaan, umumnya perempuan dipandang bukan sebagai produktif, sehingga dengan bantuan kredit dan tabungan, mereka dapat melakukan usaha produktif di sela-sela kegiatan mengurus rumah tangga sehari-hari, sebagai ibu rumah tangga.

2. Secara kultural, perempuan telah terbiasa mengurus rumah tangga, karena merekalah yang secara langsung bertanggungjawab terhadap konsumsi keluarga.

29 Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, (Tangerang: Marjin Kiri, 2007) h. 198

30 M. Amin Azis, Ibnu Supanta, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pokusma & BMT,


(47)

3. Secara emosional, dalam praktek kehidupan perempuan (ibu) lebih dekat dengan anak-anak. Oleh karena itu, perempuan menjadi kunci penentu terhadap pembentukan kualitas Sumber Daya Insani anak-anak bangsa sebagai sumber pertumbuhan ekonomi di masa depan, baik dalam hal perbaikan nutrisi, kesehatan maupun pendidikan. Maka tidak berlebihan jika perempuan perlu di berdayakan, dengan perbaikan kualitas anak-anaknya pun secara langsung dapat ditingkatkan.

4. Akses kredit untuk kaum perempuan merupakan jembatan emas menuju kesetaraan hak-hak (perbaikan ketimpangan Gender).

Sasaran kepada kelompok kaum perempuan yang merupakan golongan masyarakat paling menderita sebagai akibat dari kejamnya keadaan kemiskinan, terutama ketika terjadi kerawanan ekonomi dalam keluarga.

Kemiskinan dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan keluarga dapat menjadi salah satu cara laki-laki melepaskan tanggungjawab atas keluarganya dan menceraikan istrinya. Dalam berbagai kasus perceraian, perempuan cendenrung mengambil beban terbesar dalam untuk membesarkan anak-anak, dengan atau tanpa sumbangan mantan suami.31 Dalam keadaan ini seorang ibu akan berjuang hingga detik terakhir untuk mempertahankan kelangsungan hidup dirinya dan demi mempertahankan hidup anak-anaknya.

31 Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan (Poperty has a Women Face)”,


(48)

Seperti dikatakan oleh Muhammad Yunus dalam bukunya “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan” bahwa meminjamkan uang kepada perempuan bermanfaat lebih banyak kepada keluarga ketimbang lelaki. Bila uang dipinjamkan kepada lelaki, mereka cenderung menggunakan untuk diri sendiri. Namun, bila dipinjamkan kepada perempuan, uang itu diinvestasikan untuk membuat usaha yang bermanfaat bagi seluruh keluarga. Dengan begitu, meminjamkan kepada perempuan menciptakan efek air terjun (cascading effect) yang bermanfaat bagi seluruh keluarga dan akhirnya kepada seluruh komunitas.32

C. Kelompok Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Sebagai makhluk sosial, seseorang mustahil dapat berkembang menjadi pribadi yang berbudaya jika hidup sendiri. Sejak lahir, seseorang disayangi, dididik dan dikembangkan dalam (kelompok) keluarga. Kemudian, dilanjutkan dalam (kelompok) sekolah, (kelompok) pergaulan dan (kelompok) pekerjaan. Sepanjang hidupnya seseorang tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan akan hubungan antarmanusia dalam lingkungan keluarga, masyarakat, pekerjaan atau organisasi.

32 Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan: Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 60-61.


(49)

1. Pengertian kelompok

Tidak semua kumpulan orang disebut kelompok. Sekumpulan orang disebut kelompok jika;33

1. Saling kenal dan memiliki ikatan batin satu sama lain; 2. Memiliki tujuan yang ingin dicapai bersama;

3. Keanggotaannya relatif stabil untuk jangka waktu yang lama: 4. Ada batas jelas yang membedakan anggota dengan bukan anggota;

5. Ada struktur, yaitu pembagian kewenangan, fungsi, peranan dan tugas yang jelas di antara anggotanya;

6. Ada aturan kelompok yang disepakati dan ditaati oleh para anggotanya; 7. Ada kegiatan yang dilakukan secara teratur untuk tujuan kelompok.

2. Manfaat kelompok bagi pemberdayaan ekonomi perempuan

Kelompok yang sudah ada maupun yang dibentuk baru diantara pengusaha mikro/petani dan memenuhi sebagian besar persyaratan sebagai kelompok, memberikan banyak manfaat dalam rangka perluasan pasar usaha UPK maupun efisiensi pelayanan kepada peminjam pengusaha mikro/petani. Adapun manfaat berkelompok bagi pemberdayaan ekonomi

perempuan di antaranya:34

1. Kelompok adalah wahana belajar bagi pengusaha mikro,

33 Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin, (T.tp.,t.t.,: 2002), h.15


(50)

2. Dasar untuk tindakan kearah perubahan, 3. Fondasi bagi organisasi yang besar,

4. Kelompok mengendalikan sikap dan perilaku anggotanya, 5. Kelompok mengefisienkan pekerjaan UPK,

6. Kelompok mempromosikan dan membangun citra UPK.

Untuk itu, pemberdayaan wanita di bidang ekonomi mutlak dilakukan. Kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas dan kualitas wanita di bidang ekonomi dapat dilakukan dengan melaksanakan program yang menekankan pada 5 aspek, yaitu:35

1. Pengembangan Kapasitas dan Karakter

Dalam program ini dilakukan kegiatan-kegiatan pelatihan wirausaha secara komprehensif, mulai dari motivasi berusaha, manajemen usaha, dan hal lainnya seputar kewirausahaan untuk wanita.

2. Konsultasi dan Pendampingan

Setelah face pelatihan, para wanita kemudian mendapatkan konsultasi dan pendampingan usaha untuk bisa menguatkan dan meng-upgrade kapasitas serta kualitas usahanya di masa depan.

3. Organisasi

Sebagai individu ataupun kelompok usaha, wanita sangat membutuhkan

35 Rommy Haryanto, ”Pemberdayaan Wanita untuk Perkembangan Ekonomi” diakses pada tanggal 2 Juni 2010 dari http://www.wrp-diet.com/pemberdayaan-wanita-untuk-perkembangan-ekonomi/


(51)

penguatan di bidang organisasi bisnisnya. Di tahapan ini diharapkan para wanita yang berwirausaha mampu menjalankan bisnisnya dengan aturan yang berlaku dan memiliki visi yang jelas.

4. Pasar

Wanita mendapatkan pengetahuan mengenai upaya membuka dan membangun pasar untuk produk-produk yang telah dimiliki.

5. Jejaring

Diharapkan wanita dan kelompok usaha wanita mampu menemukan, membuat, dan menguatkan jaringan sosial untuk usahanya.

Selain 5 aspek penguatan yang telah dibahas diatas, ada hal pada diri wanita yang harus dibangun agar pemberdayaan ekonomi wanita bisa berhasil, yaitu mental positif. Perlu dibangun terus menerus mental positif wanita untuk mau dan mampu berwirausaha, bahwa mereka bisa dan mampu memainkan peran-peran ekonomi, serta berkontribusi bagi keluarga dan pembangunan sekitarnya.

Pemberdayaan perempuan pada dasarnya dapat dibagi dalam dua tahapan, yaitu: (1). Pemberdayaan personal dengan memberikan informasi akan hak-hak, kesetaraan dan sebagainya, dimana bertujuan untuk menanamkan nilai internal terhadap diri masing-masing individu. (2). Pemberian daya kuasa berupa sistem nilai


(52)

dan organisasi sehingga target memiliki otoritas, kekuasaan dan peluang dalam mengelola organisasi atau kelompoknya.36

Konsep pemberdayaan yang tersusun secara sistematis dan sebagai strategi dalam pembangunan masih relatif baru, semakin relevan untuk dibincangkan dalam era reformasi dan otonomi daerah yang merupakan kata kunci dari pemberdayaan. Istilah pemberdayaan itu sendiri merupakan upaya untuk membangun daya dengan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berusaha untuk mengembangkannya.

36 GAPRI (Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indonesia), ”Perempuan Sangat Rentan Terhadap Kemiskinan”, diakses pada tanggal 2 juni 2010 dari


(53)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Grameen Bank

1. Sejarah Singkat Lahirnya Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin ‘Grameen Bank’

Grameen berasal dari kata gram atau “desa”. Bentuk adjektifnya Grameen berarti “pedesaan”, atau “ berasal dari desa”.37 Grameen Bank adalah sebuah bank di Bangladesh yang melaksanakan pemberian kredit kepada keluarga termiskin dalam masyarakat yang tidak mempunyai jaminan kebendaan atau jaminan orang.38

Proyek percontohan Grameen Bank lahir di desa Jobra, Bangladesh pada tahun 1976, dimana Yunus berhasil memperoleh pinjaman sebesar 10.000 taka (AS$300) dari Janata Bank setelah melalui 6 bulan surat-menyurat untuk memperoleh persetujuan pinjaman. Selama tahun 1977 Yunuslah yang menandatangani setiap permohonan pinjaman.

Bulan November 1982, keanggotaan Grameen Bank tumbuh mencapai 28.000 hampir separuhnya perempuan. Ini adalah lompatan yang sangat

37 Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, h. 90.

38 Yayasan Mitra Usaha (YMU), Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia.(Jakarta: YMU, 1996), hal.4.


(54)

pantastis sejak tahun 1979 dimana keanggotaannya hanya 500 anggota di Jobra.

Pada Bulan Oktober 1983, Grameen Bank (GB) berdiri sebagai institusi keuangan independent dengan menggelar upacara pembukaan di sebuah lapangan terbuka yang luas di desa Jamurki, Tangail.39

Tahun 2001 Grameen meluncurkan program untuk mengkonversi metode operasinya ke versi baru bernama Grameen Generalised System (GGS) atau Grameen Bank II. Dan mereka menyebut Grameen sebelumnya sebagai Grameen Classic System atau GCS. Program GGS mulai dirancang pada April 2000 dengan partisipasi aktif dari seluruh 12.000 anggota staf di semua tahap pengembangan produk ini.40

Perpindahan dari GCS ke GGS di 41.000 desa dilakukan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan kekagetan luar bisa bagi ratusan ribu peminjam yang buta huruf dan tanpa mengacaukan rekening di 1.175 cabang. Perpindahan dilaksanakannya bulan Maret 2001 secara bartahap. April 2002, dua tahun setelah dimulai, Grameen Bank II berjalan. Cabang terakhir Grameen Bank yang beralih ke Grameen II terjadi 7 Agustus 2002.41 Kini

39 Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin. h.119. 40 Ibid., h.227.


(55)

Grameen II yang baru sudah berfungsi nyata sebagai sebuah lembaga dengan peralatan yang lebih lengkap dibanding versi terdahulu.

a. Filosofi Grameen Bank

Adapun yang menjadi filosofi dari Grameen Bank adalah:42

1) Orang tidak datang ke bank, tetapi bank yang mendatangi mereka; 2) Memperluas fasilitas perbankan bagi pria dan wanita miskin, tanpa

adanya jaminan;

3) Menghilangkan explorasi bagi masyarakat miskin oleh para lintah darat;

4) Menciptakan kesempatan bagi pekerja mandiri diantara banyak pengangguran yang banyak jumlahnya di wilayah pedesaan Bangladesh

5) Membawa para pihak yang dirugikan, sebagian besar wanita dari rumah tangga termiskin kedalam format organisasi yang mereka mengerti dan

6) laksanakan; dan

7) Membalikan lingkaran jahat yang telah berlangsung lama mengenai ”pendapatan rendah, nilai tabungan rendah, nilai investasi rendah,

42 A. S. M. Mohiuddin “Grameen Bank’s Microcredit Outreach and Its Potential Extension in Indonesi Reaching MDGs” International Seminar On The Microfinance Institution, Jakarta, 1 Desember 2005 h. 31.


(56)

penghasilan rendah”, Menjadi sebuah sistem progresif dan lebih tentang ”penghasilan, kredit dan investasi rendah, penghasilan lebih banyak, tabungan dan investasi lebih besar, penghasilan lebih besar”.

b. Prinsip-Prinsip Grameen Bank

Adapun prinsip-prinsip dari program perkreditan Grameen Bank adalah sebagai berikut:43

1) Hanya orang-orang yang sangat miskin yang memenuhi tolok ukur yang ditetapkan oleh bank dapat menjadi anggota/nasabah dan memperoleh pinjaman dari bank.

2) Pinjaman diberikan tanpa agunan ataupun penjamin. 3) Prosedur pinjaman dibuat sederhana.

4) Pinjaman digunakan untuk kegiatan produktif.

5) Pinjaman yang diberikan adalah relative kecil dengan angsuran mingguan selama satu tahun.

6) Pinjaman diorganisasikan dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang.

7) Pinjaman diberikan secara berurutan, yaitu mula-mula 2 orang anggota paling membutuhkan diberi prioritas pertama untuk menerima pinjaman, kemudian menyusul dua anggota lainnya

43 Yayasan Mitra Usaha (YMU), Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia., h. 7.


(57)

menerima pinjamannya dan yang terakhir menerima pinjaman anggota kelima. Penentuannya ditetapkan sendiri oleh kelompok. 8) Pengawasan dilakukan dalam penggunaan pinjaman

9) Peminjam diberi kemungkinan meminjam kembali setelah pinjamannya lunas.

10) Setiap peminjam dipotong 5% untuk Dana Tabungan Kelompok, dan setiap minggu anggota menabung 1 Taka (kira-kira Rp. 50,- tahun 1996) yang dimasukan kedalam Dana Tab Kelompok.

11) Setiap anggota membayar sejumlah uang sebesar 25% dari bunga yang dibayar untuk disetor kedalam Dana Darurat. Pada dasarnya dana ini merupakan dana untuk asuransi terhadap kemacetan peminjam, kematian, cacat tubuh dan kecelakaan.

12) Bunga pinjaman ditarik menjelang akhir masa pinjaman sebagai dua angsuran terakhir.

13) Sejumlah kelompok di desa yang sama terdiri dari 6 sampai 8 kelompok mengadakan rapat mingguan bersama. Pertemuan atau rapat ini dikenal sebagai rapat pusat atau “centre”.

14) Semua transaksi Grameen Bank dengan anggota kelompok dilaksanakan pada waktu rapat mingguan dari pusat. Petugas Grameen Bank menghadiri rapat tersebut untuk menerima angsuran pinjaman dan menghimpun Dana Tabungan Kelompok


(58)

dan Dana Darurat untuk disimpan di bank. Semua urusan pinjaman dibahas dengan petugas dalam rapat tersebut.

c. Suku Bunga Grameen Bank

Grameen Bank menawarkan bunga yang sangat menarik untuk deposito. Bunga minimun yang ditawarkan adalah 8.5%. Bunga maksimum sebesar 12%. Bunga pinjaman bervariasi dari 0 persen hingga 10 persen, dengan perhitungan bunga tetap (Flat).44

Tabel 3.1

Suku Bunga Grameen Bank

Loan Savings

Income Generating Loans: Flat rate-10% Housing Loans: 8%

Higher Education Loan: On Study – 0%

After Study – 5%

For Stuggling Members (Beggars): 0% Center House Construction: 0%

Savings: 8.5%

Fixed Deposit: 8.45-9.50% Double in Seven Years: 10.40%

Fixed Deposit (5 years) with mounthly income: 10.04%

Fixed Deposit (10 years) with mounthly income: 10.67%

Grameen Pension Savings (five Years): 10% Grameen Pension Savings (Ten Years): 12%

2. Pola Pinjaman Kelompok dalam program Grameen Bank / Cara Kerja Grameen Bank

Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya telah berhasil membuktikan bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa berjalan. Salah satu ciri unik Grameen Bank adalah

44 A. S. M. Mohiuddin “Grameen Bank’s Microcredit Outreach and Its Potential Extension in Indonesian Reaching MDGs” International Seminar On The Microfinance Institution, Jakarta, 1 Desember 2005, h.37.


(59)

pola pemberian kreditnya yang disandarkan pada pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu kelompok terdiri dari lima orang yang saling bantu dan mengawasi dalam proses income generating ini. Hanya dua orang dari mereka yang diperkenankan meminta kredit dari bank, dan jika mereka tidak bermasalah dalam pengembalian kreditnya, dua orang lainnya dalam kelompok boleh ikut meminjam, dan jika semua sukses si orang kelima bisa mengajukan kredit pada bank. Untuk melihat cara kerja Grameen Bank, dapat dilihat uraian berikut ini:

a. Sebelum memulai pekerjaannya, Grameen Bank mengirim calon pimpinan cabang disertai seorang pembantunya ke daerah tertentu untuk mempelajari dan mencatat segala sesuatu mengenai daerah itu. Mereka membuat peta wilayah yang akan diliput oleh kantor cabang yang akan didirikan, menulis laporan mengenai sejarah, kebudayaan, perekonomian dan keadaan kemiskinan daerah itu.

b. Kemudian diadakan rapat umum. Dalam rapat itu diundang setiap warga daerah itu terutama tokoh masyarakat dan agama, para guru, pejabat-pejabat pemerintahan daerah dan lain-lain.

Beberapa pejabat tinggi dari Grameen Bank berbicara dalam rapat itu dan menjelaskan secara rinci mengenai kegiatan usaha dari bank.

c. Para petugas cabang Grameen Bank yang baru dibentuk mencari calon-calon anggota/nasabah yang terdiri dari orang-orang termiskin didesanya, dengan cara mengadakan uji kelayakan terhadap para calon


(60)

yang bersangkutan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa mereka betul-betul memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan tolok ukur mengenai kemiskinan dari Grameen Bank.

d. Para calon yang memenuhi syarat dan dianggap layak untuk diberi pinjaman harus membentuk kelompok dengan 4 calon lainnya yang juga memenuhi persyaratan. Mereka harus bertempat tinggal berdekatan satu dengan lainnya dan kira-kira seumur serta keadaan ekonomi, jenis kelamin dan latar belakang pendidikan yang sama. Didalam kelompok itu tidak diperkenankan adanya anggota yang mempunyai ikatan kekeluargaan yang dekat seperti: ayah, ibu, kakak, adik, ipar, mertua dan sebagainya.

e. Beberapa kelompok (2 sampai 8 kelompok) membentuk satu pusat untuk memimpin pusat tersebut dipilih seorang ketua dan seorang wakil ketua pusat.

Kelompok-kelompok yang tergabung dalam pusat itu mengadakan rapat bersama seminggu sekali, yang tempat dan waktunya mereka tentukan sendiri.

f. Kelompok yang baru terbentuk harus mengikuti Latihan Wajib Kelompok (LWK). Dalam LWK itu diajarkan mengenai falsafah dan prinsip-prinsif dari Grameen Bank, cara permohonan pinjaman dan cara pembayaran kembali pinjaman tersebut. Kepada mereka yang buta huruf diajarkan untuk tanda tangan. Demikian pula ditanamkan


(61)

rasa solidaritas antara anggota kelompok dan disiplin, serta memotifasi mereka untuk bekerja keras.

g. Pada akhir LWK diadakan ujian pengesahan kelompok. Apabila mereka lulus dalam ujian itu, maka mereka disahkan sebagai anggota Grameen Bank dan berhak mengajukan permohonan pinjaman.

h. Seminggu kemudian dua orang anggota di dalam kelompok menerima pinjaman. Apabila mereka telah mengangsur pinjamannya selama satu atau dua bulan, maka dua anggota lagi menerima pinjaman. Selanjutnya setelah keempat anggota tersebut mengangsur pinjaman dengan teratur selama satu atau dua bulan, maka anggota yang kelima dalam kelompok menerima pinjamannya.45

a. Mekanisme Pembayaran

Untuk membantu peminjam yang tidak berpengalaman, Grameen Bank selalu menyederhanakan mekanisme pemberian kredit. Dan mekanisme pembayaran kembali dibuat sebagai berikut:46

1) Masa pinjaman satu tahun. 2) Cicilian dibayar setiap minggu.

45 Yayasan Mitra Usaha (YMU), Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia., h. 8.


(62)

3) Pembayaran kembali dimulai satu minggu setelah pinjaman dikucurkan.

4) Tingkat suku bunga 20 persen.

5) Besar cicilan sebanyak 2% dari total pinjaman per minggu selama 50 minggu.

6) Pembayaran bunga sebesar 2 taka per minggu untuk setiap pinjaman 1000 taka.

b. Konsep Solidaritas

Salah satu aspek dasar dari program ini adalah soilidaritas, hal ini perlu dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan sebuah lingkungan yang kondusif untuk berfungsi rasa solidaritas. Hal ini bahwa kelompok harus termotifasi untuk mengerti bahwa ini adalah untuk kebaikan mereka juga untuk menerima tanggungjawab bersama, dalam kelompok sentra, untuk menjaga para anggota mereka dan memastikan kemajuan satu sama lain. Para anggota ini memilik sendiri anggota kelompoknya; mereka didorong untuk dapat membantu bila kesulitan melanda.47

47 M. Nurul Alam dan Dr. Mike Getubig, Program Pendirian dan Pelaksanaaan Program Kredit Mikro dengan Metode Grameen : Berdasarkan praktek Grameen Bank dan Pengalaman Grameen Trust dan Para Mitra Grameen Foundation, h. 101


(63)

Walaupun Profesor Yunus telah menekankan bahwa Grameen Bank tidak meminta para anggota untuk memberikan sumbangan atas pembayaran para anggota lain, dan bukanlah merupakan persyaratan bagi kelangsungan akses terhadap layanan Bank, sebagaian besar program replikasi mensyaratkan adanya tanggung jawab bersama guna memastikan terpenuhinya pembayaran cicilan pinjaman mingguan mereka kepada organisasi. Beberapa organisasi telah melaksanakan kebajikan ini karena mereka (dengan keliru) percaya bahwa ini merupakan karakteristik kunci dari metodologi Grameen. Para pihak lain dalam praktek mereka sendiri telah melihat bahwa hal ini meningkatkan tekanan dari sesama rekan yang pada akhirnya membantu dalam menghadapi para anggota yang tidak bertanggungjawab yang memiliki kemampuan untuk membayar pinjamannya, tetapi memilih untuk melakukannya.

3. Produk dan Layanan Keuangan Grameen Bank

a. Produk pinjaman dalam Sistem Klasik Grameen versus Sistem Generalisasi

Berikut merupakan gambaran yang menjelaskan berbagai perbedaan kunci dalam berbagai produk pinjaman yang ditawarkan berdasarkan Sistem Klasik Grameen (GB-I) dan Sistem Generalisasi


(64)

Grameen (GB II), yang merupakan evolusi dari sistem Klasik dan mulai diimplementasikan pada pertengahan tahun 2000.48

Tabel 3.2

Gambaran atas Produk Pinjaman

dalam Sistem Klasik Grameen versus Sistem Generalisasi

Sistem Grameen Klasik – GB I Sistem Generalisasi Grameen – GB II

1. Berbagai jenis produk pinjaman. 1. Satu buah produk pinjaman utama – pinjaman dasar. 2. Sebagian pinjaman untuk satu tahun – dengan

beberapa pengecualian.

2. Jangka waktu pinjaman bervariasi dari tiga bulan hingga tiga tahun.

3. Besarnya cicilan pinjaman bersifat tetap. 3. Besarnya cicilan bervaroasi selama waktu pinjaman dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan para peminjam.

4. Pembayaran sekaligus dan pembayaran satu kali tidak diperkenankan.

4. Pembayaran kembali harus didiskusikan terlebih dahulu antara staf san peminjam setiap waktu, walaupun jumlah pembayaran minimum tergantung pada jangka waku pinjaman

5. Pembagian pinjaman secara bergiliran dengan dua orang anggota menerima pinjaman terlebih dahulu, kemudian diikiuti oleh dua orang lagi sesudah tiga minggu, dan akhirnya (sebagian besar) ketua kelompok menerimabagian pinjamannya dua minggu sesudahnya.

5. Para anggota dapat menerima pinjaman kapan saja terlepas dari apa pun yang dilakukan oleh anggota lain.

6. Tidak diperkenankan mengambil pinjaman baru hingga pinjaman sebelumnya lunas.

6. Para anggota dapat meminjam sejumlah yang telah dibayarkan dalam waktu enam bulan pertama tanpa harus melunasi terlebih dahulu pinjaman yang ada saat ini.

7. Pencairan pinjaman dilakukan langsung dalam satu paket.

7. Pencairan pinjaman dapat dilakukan dalam bentuk tahapan.

8. Batas atas pinjamanjaman normal diberlakukan pada semua cabang.

8. Para peminjam masing-masing memiliki limit pinjaman, dan berdasarkan atas tabungan dan kinerja kelompok mereka, Setra dan Cabang, maka jumlah ini dapat ditambah.

9. Tidak ada peraturan yang kaku mengenai pengurangan batas atas pinjaman.

9. Batas atas pinjaman dapat diturunkan berdasarkan atas kinerja peminjam (misalnya: absen pada pertemuan Sentra atau pembayaran cicilan).

10. Bagian dari pinjaman (5 %) diwajibkan untuk disetorkan ke dalam rekening tabungan wajib (Dana Kelompok) yang diatur oleh kelompok.

10. Tidak ada potongan dari pijaman mulai tahun 2007.

11. Keluarga bertanggunga jawab atas pinjaman dari peminjam yang meninggal dunia dan peminjam wanita bertanggung jawab atas pinjaman yang tersisa jika terjadi kematian pasanagan.

11. Dengan memberikan kontribusi pada rekening tabungan khusus memberikan kesempatan pada para peminjam untuk memastikan bahwa pinjaman yang tersisa akan dilunasi setelah kematian mereka, dan tambahan kontribusi akan memungkinkan para peminjam wanita untuk membayar pinjaman yang tersisa jika terjadi kematian peminjam.

12. Peminjam menjadi penunggak jika ia tidak dapat melunasi pinjaman dalam waktu 52 minggu.

12. Peminjam menjadi penunggak jika tidak mampu membayar cicilan pinjaman yang telah disepakati dalam waktu enam bulan bagi pinjaman dasar. 13. Peminjam tidak akan menjadi penunggak jika gagal

dalam melakukan setoran tepat waktu ke dalam rekening tabungan.

13. Peminjam yang gagal melakukan empat kali pembayaran secara berturut-turut terhadap setoran bulanan GPS akan dianggap sebagai penunggak. 14. Peminjam tidak mampu meminjam dengan 14. Peminjam bebas untuk melakukan pinjaman

48 Ibid.,h. 109-113


(65)

menggunakan tabungan sebagai jaminan. berdasarkan atas tabungan.

15. Penunggak dapat meminjam dari dana kelompok. 15. Penunggak tidak dapat meminjam dari rekening tabungan hingga semua tunggakan telah terlunasi. 16. Tidak ada program khusus bagi kaum hardcore poor

(pengemis)

16. Program khusus dengan pesyaratan pinjaman yang lebih mudah dan fleksibel, persyaratan tabungan dan persyaratan pembayaran bagi para pengemis. 17. Dana pencairan bagi cabang bank yang baru

dipinjam dari kantor pusat dengan tingkat suku bunga 12%

17. Berbagai cabang baru dapat membiayai diri sendiri sari permulaan dengan mengumpulkan tabungan dari para nggota dan non-anggota sebelum melakukan pencairan kredit.

1) Pinjaman Dasar

Tujuan dari pinjaman dasar ini adalah untuk membiayai kegiatan usaha.49

2) Pinjaman dasar dan pinjaman flaksibel

Pinjaman Fleksibel atau Pinjaman Fleksi yang memberikan kesempatan bagi peminjam untuk mengurangi kecepatan dengan mengurangi besar jumlah cicilan sesuai kemampuanya, dengan cara memperpanjang preriode pinjaman jika peminjam mengalami masalah dan kesulitan dalam membayar cicilan.50

3) Pinjaman perumahan

Pinjaman perumahan merupakan implementasi dari 16 keputusan Grameen poin ketiga yang bebunyi ”kami tidak akan tinggal di dalam rumah rusak berat. Kami akan memperbaikinya. Kami akan segera membangun rumah baru bagi kami.” Pinjaman perumahan diberikan guna membiayai pembangunan sebuah rumah

49 Ibid., h. 109


(1)

98

pihak lembaga dengan materi-materi yang disesuaikan dengan anggota membawa dampak terhadap perluasan pengetahuan bagi para anggota. Pada umumnya orang yang memiliki banyak pengetahuan akan lebih pede dibanding yang tidak. Sehingga lebih jauh akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri mereka. Sehingga perempuan tidak lagi dianggap inferior, karena perempuan telah memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang penulis dapat sampaikan pada koperasi Baitul Ikhtiar adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis, bahwa pendampingan berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan. Selama ini materi yang disajikan oleh pihak lembaga sudah baik dan cukup memberikan kontribusi. Untuk menambah pengetahuan terutama tentang usaha, maka penulis menyarankan untuk menambah materi pendampingan berupa materi tentang wirausaha. Karena inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif. Dengan adanya materi kewirausahaan diharapkan anggota mendapat tambahan pengetahuan yang luas tentang usaha sehingga dapat menciptakan hal baru melalui pemikiran kreatif dan inovatif.


(2)

99

2. Akad merupakan hal yang esensial dalam menentukan sahnya suatu transaksi. Untuk itu pembacaan akad perlu dilakukan dengan lebih hidmat. Dan upayakan ketika pembacaan akad, beri pemahaman agar anggota tidak hanya memahami dalam konteks “pinjam uang” saja, tetapi memahami esensi dari akad tersebut.

3. Dari sisi produk yang ditawarkan Koperasi Baitul Ikhtiar, hendaknya ditingkatkan untuk pengembangan produk, tidak hanya simpan pinjam dan pembiayaan, tetapi dikembangkan dengan produk simpanan berjangka atau Deposito. Seperti halnya simpanan (menabung), produk deposito juga merupakan latihan bagi anggota untuk dapat mengatur keuangan mereka. Dengan adanya tabungan berjangka, anggota dilatih untuk dapat mengukur dan merencanakan kebutuhan keuangan untuk masa depan (seperti saat anak masuk sekolah, untuk pembayaran ujian sekolah, dll). Untuk menarik minat anggota, selayaknya produk ini di beri bagi hasil (akad bukan Wadiah, tetapi dikembangkan menjadi Mudharabah).


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, M. Nurul dan Getubig, Mike. Pedoman pendirian dan pelaksanaan program Kredit Mikro dengan methode Grameen. Grameen Trust, Grameen Foundation, 2009.

Akhbarshah Fikarno, Dave, “Memahami Kemiskinan” Artikel diakses pada tanggal 29 Oktober 2008 dari http://daveakbarshahfikarno.wordpress.com/2009/01/27/ memahami-kemiskinan/

Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers,2009

Azis, M. Amin dan Supanta, Ibnu. Penanggulangan Kemiskinan melalui Pokusma dan BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, Cet. Ke-1.

Burhan, Rahman Nidi. Grameen Bank Sebagai Upaya Penanggulanga Kemiskinan: Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah, kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi. (Tesis S2 Faculty_of_Social_and_Political_Sciences, Universitas Indonesia) diakses pada 22 Juni 2008 dari

http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/abstrak.jsp?id=80030&lokasi=lo kal

Cochran, William G. Teknik Penarikan Sampel. Jakarta: UI-Press, 2005, Edisi ke-3. Cahyono, Imam. “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan (Poperty has a women


(4)

Departemen Sosial RI. Panduan Umum Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Departemen Sosial RI, 2005

Gahral Adian,Donny. “Grameen Bank, Bank Kaum Miskin“. artikel.

GAPRI (Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indonesia). ”Perempuan Sangat Rentan terhadap Kemiskinan”, diakses pada tanggal 2 Juni 2010 dari http://www.gapri.org/page.php?lang=id&menu=news view&news_id=124

Hidayat, Agus. “Program Dana Bergulir“. diakses tanggal 15 Okt 2008 dari

http://www.sentrakukm.com

Hikmat, Harry. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press, 2004, Cet. Ke-2

Haryanto, Rommy. ”Pemberdayaan Wanita untuk Perkembangan Ekonomi”. diakses pada tanggal 2 Juni 2010 dari http://www.wrp-diet.com/pemberdayaan-wanita-untuk-perkembangan-ekonomi/

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari http://www.kotabogor.go.id/index.php?option= comcontent&task=view&id=5644&Itemid=62&limit=1&limitstart=0

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997, Edisi ke-3.

Mohiudin, A.S.M. Grameen Bank’s Microcredit Outreach and Its Potential Extension in Indonesia For Reachieng MDGs (Paper presented at ‘International Seminar On The Microfinance Institution’ organized by National BWT Congress, Indonesia held on Des 1-5, 2005 at the Bidakara Hotel, jalan Gatot subroto, South Jakarta, Indonesia)


(5)

Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, Cet Ke-5. Purwanti, Endah. “Analisa Pemanfaatan Dana Proyek Pola Grameen Bank Terhadap

Masyarakat Miskin di Pedesaan: di Desa Bangoan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulung Agung“. (Tesis S2 Dept. of Economic and Development Studies Universitas Indonesia) diakses pada 29 Oktober 2008 dari http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-endah-8779-grameen_ba&q=Desa

Pambudy, Ninuk Mardiana, ”Belajar dari Grameen Bank dan Perempuan”, diakses pada tanggal 28 oktober 2008 dari http://www.mail-archive.com/ jamaah@arroyyan.com/msg05586.html

Permataatmadja, Karnaen, Antobio, Muhamad Syafi’i, Apa & Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1999, Cet. Ke-3.

Sigiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2008.

Syahatah, Husein. Ekonomi Rumah Tangga Muslim. Jakarta : Gema Insani, 2004, Cet. Ke-4.

Syehabudin, Erik. “Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan”. Artikel diakses pada 29 oktober 2008 dari http://www.radarbanten.com

Suma, Muhammad Amin. ”Qardhan Hasanan, Utang (Piutang) yang baik” diakses

pada tanggal 31 Mei 2010 dari http://www.fsh-uinjkt.net/index. php?option=com_content&task=view&id=61&Itemid=64


(6)

Sudarwati, Lina, “Wanita dan Struktur Sosial (Suatu Analis tentang Suatu Peran Ganda Wanita Indonesia)” diakses pada tanggal 10 maret 2010 dari situs http://liblary.usu.ac.id/downloadfisip/fisip-lina20%sudarwati/pdf

Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin, ---: 2002

Tim Peneliti PSW IAIN Jakarta, Kesadaran Gender di Kalangan Aparat Kelurahan dan Muballigh/Muballighat Se-DKI Jakarta, (Jakarta:Pusat Studi Wanita IAIN Syarif Hidayatullah dengan Biro Bina Sosial Pemerintahan DKI Jakarta: 2000)

Yayasan Mitra Usaha (YMU). Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia. Jakarta: YMU, 1996.

Yunus, Muhammad dan Alan Jolis. Bank Kaum Miskin. Tangerang: Marjin Kiri, 2007, Cet. Ke-1.

Yunus, Muhammad. Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Widiatmoko, Dono. ”Nobel untuk Muhammad Yunus dan Grameen Bank” artikel diakses pada 22 Juni 2008 dari Error! Hyperlink reference not valid.nobel-untuk-muhammad-yunus-dan-grameen-bank/