35
Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku. 9.
Risiko Suku Bunga pada Buku Bank. Risiko suku bunga pada bunga bank merupakan risiko yang
disebabkan oleh perubahan dari suku bunga pada struktur yang mendasari yaitu pinjaman dan simpanan.
32
10. Risiko Konsentrasi Kredit
Risiko ketika penempatan aktiva produktif bank terkonsentrasi pada satu sektor atau kelompok tertentu, apabila terjadi masalah pada sektor
atau kelompok tersebut, maka aktiva produktif yang ditempatkan berada dalam bahaya.
33
E. Penerapan Mekanisme Manajemen Risiko.
Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait didalam organisasi. Tindakan berkesinambungan yang dilakukan sejalan
dengan definisi manajemen risiko yang telah dikemukakan, yaitu identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor
dan pelaporan risiko.
34
32
Idroes,Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di
Indonesia,Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2008,h. 23.
33
Ibid., h.23
34
Idroes,Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di
Indonesia,Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2008,h.7
36
1. Identifikasi dan pemetaan risiko
a. Menetapkan kerangka kerja untuk implementasi strategi risiko
secara keseluruhan. b.
Menentukan definisi kerugian. c.
Menyusun dan melakukan implementasi mekanisme pengumpulan data.
d. Membuat pemetaan kerugian kedalam kategori risiko yang dapat
diterima dan tidak dapat diterima. 2.
Kuantifikasimenilaimelakukan peringkat risiko. a.
Aplikasi teknik permodelan dalam mengukur risiko. b.
Perluasan dengan memanfaatkan tolak ukur, permodelan, dan peramalan yang berasal dari luar organisasi atau ekternal.
3. Menegaskan profil risiko dan rencana manajemen risiko.
a. Identifikasi selera risiko organisasi, apakah manajemen secara
umum terdiri dari : penghindar risiko, penerima risiko sewajarnya, atau sebagai pencari risiko.
b. Identifikasi visi stratejik dari organisasi, apakah organisasi berada
dalam visi : agresif yang terobsesi untuk peningkatan volume usaha serta keuntungan sebesar-besarnya untuk mendukung
pertumbuhan, atau konservatif yang ingin menjaga kelangsungan
37
usaha pada situasi aman dengan volume usaha dan keuntungan yang stabil.
4. Solusi risiko atau implementasi tindakan terhadap risiko
a. Hindari avoidance : keputusan yang diambil adalah tidak
melakukan aktivitas yang dimaksud. b.
Alihkan Transfer: membagi risiko dengan pihak lain. Konsekuensinya terdapat biaya yang harus dikeluarkan atau barbagi
keuntungan yang diperoleh. c.
Mitigasi risiko Mitigate Risk: menerima risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan tindakan untuk mitigasi risiko melalui
peningkatan kontrol, kualitas proses, serta aturan yang jelas terhadap aktivitas pelaksanaan aktivitas dan risikonya.
d. Menahan risiko residual retention of residual risk : menerima
risiko yang mungkin timbul dari aktivitas yang dilakukan.
35
5. Pemantauan dan pengkinian atau kaji ulang risiko dan kontrol.
a. Seluruh entitas organisasi harus yakin bahwa strategi manajemen
risiko telah diimplementasikan dan berjalan dengan baik. b.
Melakukan pengkinian dengan mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risko
yang terintegrasi ke dalam strategi risiko keseluruhan.
36
35
Ibid,. h.9
38
Untuk menyusun program manajemen risiko yang efektif, manajer risiko harus mengambil langkah-langkah tertentu. Ada lima langkah didalam proses
manajemen risiko, yaitu :
37
1. Mengenal pasti potensi kerugian.
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam satu aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet
sangatlah vital dalam manajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam indentifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi
sebanyak mungkin. Indentifikasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang menyebabkan
kerugian bank.
38
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:
a. Brainstorming.
b. Survei.
c. Wawancara.
d. Informasi historis.
e. Kelompok Kerja.
2. Pengukuran Risiko.
36
Idroes,Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan
Basel II
Terkait Aplikasi
Regulasi dan
Pelaksanaanya di
Indonesia,Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2008,h.10
37
Hinsa Siahaan , Manajemen Risiko: kasus Konsep dan Implementasi,Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2007 h.317
38
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006,h. 806
39
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya risiko
tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko
memang mudah untuk diukur, namun sangat sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada
tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi
perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi
statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu.Selain itu, mengevaluasi dampak severity kerusakan seringkali cukup sulit untuk
asset immateriil. Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan
suatu risiko.
Dampak Biaya
Waktu Kualitas
Sangat rendah Dana mencukupi
Agak menyimpang dari
target Agak berkurang
namun masih dapat
digunakan
Rendah Membutuhkan dana
tambahan Agak
menyimpang dari target
Gagal untuk memenuhi janji
pada stakeholder
Sedang Membutuhkan dana
tambahan Berdampak pada
stakeholder Beberap fungsi
tidak dapat
40 dimanfaatkan
Tinggi Membutuhkan dana
tambahan yang signifikan Gagal memenuhi
deadline Gagal untuk
memenuhi kebutuhan
banyak stakeholder
Sangat tinggi Membutuhkan dana
tambahan yang substansial Penundaan
merusak proyek Proyek tidak
efektif dan tidak berguna
Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu risiko, maka dapatlah mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko
dapat menggunakan skala 1-5 sebagai berikut :
No Skala
Probabilitas Dampak
1 Sangat rendah
Hampir tidak mungkin terjadi Dampak kecil
2 Rendah
Kadang terjadi Dampak
kecil pada
biaya, waktu
dan kualitas
3 Sedang
Mungkin tidak terjadi Dampak sedang pada
waktu, biaya
dan kualitas
4 Tinggi
Sangat mungkin terjadi Dampak subtansial pada
waktu, biaya
dan kualitas
5 Sangat tinggi
Hampir pasti tejadi Mengancam kesuksesan
proyek
3. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko: a.
Risk avodaince Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang
mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukan, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan
potensi kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
41
b. Risk reduction
Atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko. c.
Risk transfer Yaitu memindahkan risiko pada pihak lain, umumnya melalui
suatu kontrak asuransi. d.
Risk deferral Dampak risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi
menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
e. Risk retention.
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko
haruslah tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas. 4.
Implementasi Manajemen Risiko. Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani
risiko, maka saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan tersebut.
5. Monitoring Risiko.
42
Mengidentifikasi, menganalisa, dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun,
manajemen risiko tidaklah berhenti sampai disini saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan
dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk memonitor proses dari awal mulai dari
identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang
baru maupun berubah, sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
39
Pemantauan risiko dilaksanakan dengan melakukan:
40
a. Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber datta
dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko. b.
Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi,
dan sistem informasi manajemen risiko yang bersifat material
39
s2informatics.files.wordpress.com2007...proses_manajemen_risiko.pdf, diakses pada 12 mei 2011, pukul 08.35 WIB
40
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 260.
43
BAB III OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Koperasi Baytul Ikhtiar.
1. Sejarah Berdirinya Koperasi Baytul Ikhtiar BAIK
Koperasi BAIK Baytul Ikhtiar merupakan suatu lembaga keuangan mikro dimana fokus layanannya adalah masyarakat miskin
yang miskin akses terhadap lembaga keuangan seperti bank, bahkan sekelas BMT sekalipun.
Peramu melakukan upaya pemberdayaan masyarakat sejak 1994, Program Iktiar mulai digulirkan Peramu pada tahun 1999, bekerjasama
dengan Baytul Maal Bogor dan para pihak yang perduli. Koperasi Baytul Ikhtiar membantu para anggota majlis ikhtiar
dengan memberikan pelayanan community based syariah micro-finence. ciri Holistik dan besinambungan tercermin melalui pendekatan
metodologi dan upaya pemberdayaan pada program ikhtiar pemberian stimulasi bagi bertambahnya pendapatan keluarga di sertai upaya untuk
meningkatkan kemampuan mengelola asset ekonomi rumah tangga. Melalui cara ini diharapkan dapat terakumulasi surplus untuk
memperkuat survival mereka. Melalui pendidikan dan penguatan