1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang melanda masih dirasakan dampaknya oleh seluruh rakyat Indonesia hingga saat ini. Kondisi hidup yang amat berat terlebih
dirasakan oleh kelompok masyarakat miskin dan tertinggal yang
berpenghasilan rendah. Meningkatnya harga-harga bahan kebutuhan pokok akibat naiknya harga BBM semakin memperburuk tingkat kesejahteraan
kelompok masyarakat tersebut baik yang terdapat di kota maupun di desa. Rendahnya tingkat kualitas hidup akibat minimnya fasilitas dasar,
buruknya mutu sumber daya manusia, etos kerja yang lemah dan sulit berkembang, terbatasnya kemampuan mencari pekerjaan yang layak, rendahnya
kemampuan menabung, sulitnya mengakses sumber-sumber permodalan, adalah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat
miskin dan tertinggal. Sehingga, apabila ingin ada sebuah perubahan ke arah yang lebih baik maka diperlukan peran dari pihak eksternal untuk memecah
lingkaran tersebut. Dorongan perubahan yang datang dari pihak eksternal berfungsi untuk memutuskan rantai kemiskinan sehingga membentuk siklus
baru yang lebih baik. Keterlibatan pihak eksternal bersifat menstimulasi
2
berbagai faktor kunci yang penting dan strategis agar bergerak lebih cepat dan terarah dalam melakukan proses perubahan.
Faktor eksternal inilah yang memegang peran penting dan strategis dalam melakukan pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan kelompok
masyarakat miskin dan tertinggal dalam mengorganisir diri agar secara mandiri mampu melaksanakan program peningkatan ekonomi dan tingkat kesejahteraan
hidup. Pola pemberdayaan masyarakat yang terkonsep, sistematis, terukur dan tepat sasaran merupakan upaya yang tepat dan efektif mendorong kemandirian
masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan hidupnya. Keluarga miskin dan pelaku usaha mikro yang kebanyakan menggeluti
kegiatan ekonomi rumah tangga dan informal, ekonomi mereka amat rentan namun seringkali mereka malah membayar layanan publik yang lebih mahal.
Akibatnya, mereka kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas ekonomi dan sosial kapital mereka, karena tidak mampu memanfaatkan
sumber-sumber ekonomi yang ada, kecuali dengan menguras sumber daya ekonomi mereka. Ketika krisis ekonomi berlangsung antara pertengahan 1997
sampai awal 1999, golongan termiskin paling terkena dampaknya, terutama perempuan dan anak-anak sebagai pihak terlemahkan. Mereka adalah kaum
dhuafa wal mustadhafiin yang memerlukan penanganan yang sistemik dan berkesinambungan, bukan hanya sekedar pertolongan sesaat
.1
1
Baytul maal, warta gubernur 2008. Tim Baytul Maal Bogor. Inovasi Pemberdayaan masyarakat melalui pendekataan agama Studi kasus pengembangan Program Ikhtiar oleh Baytul
3
Inisiatif dan keterlibatan dari kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan, pengetahuan serta akses terhadap sumber-sumber informasi dan
pendanaan adalah merupakan upaya terobosan untuk memecah “lingkaran
setan” kemiskinan dan ketertinggalan serta sekaligus mendorong kemampuan agar secara mandiri mereka mampu meningkatkan taraf ekonomi dan kualitas
hidupnya. Komitmen dan semangat kebersamaan tersebut diimplementasikan
melalui berbagai program pengembangan masyarakat community development yang bertujuan untuk mendorong masyarakat agar lebih mandiri dalam
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupnya.
2
Jika semula untuk mempertahankan hidupnya seseorang bekerja menghasilkan suatu barang untuk digunakan sendiri atau untuk keluarganya,
maka dalam perkembanganya , usaha manusia dalam mempertahankan hidupnya dan untuk mencapai keinginanya itu bukan lagi sebagai individu,
tetapi sebagai anggota dari suatu kelompok dalam masyarakat. Dimana mereka harus bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya
3
. Bagi kota-kota besar di Indonesia, terutama kota Bogor persoalan
kemiskinan merupakan masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kantong-kantong kemiskinan yang kronis dan
Maal Bogor. Jurnal otonomi dan pembangunan daerah warta gubernur Vol.2 Tahun 1edisi Februari, 2007.
2
http: Wahyu A.Permana program-pemberdayaan-masyarakat-miskin.html, diakses pada 12 April 2011, pukul 08.35 WIB
3
Hendrojogi, Koperasi:Asas-Asas,Teori,Dan Praktik, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2007,h.1
4
kemudian menyebabkan lahirnya berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk menangani dan mengawasinya. Kemiskinan
merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Masyarakat miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai problematika
sosialnya sehingga perlu mengupas akar masalah dan merumuskan solusi terbaik bagi kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah kemauan
mereka untuk menjadi sumber masalah bagi kota namun karena faktor-faktor ketidakberdayaanlah yang membuat mereka terpaksa menjadi ancaman bagi
eksistensi kota yang mensejahterahkan. Untuk itu kewajiban pemerintah sangat diperlukan keefisienannya dalam menghadapi permasalahan masyarakat miskin
kota ini.
4
di Kota Bogor sendiri jumlah masyarakat miskin mencapai kurang lebih 200 ribu orang atau sekitar 25 dari 825 ribu jumlah penduduk Kota
Bogor.
5
Sedangkan saat ini jumlah warga miskin di Kabupaten Bogor 446.040 orang dari total jumlah penduduk sebanyak 4.763.209 jiwa.
6
Dalam setiap perekonomian modern , keberadaan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai bentuk fasilitas pembiayaan merupakan sesuatu
yang penting guna mendukung kegiatan perekonomian, terutama melaluio pengerahan sumber-sumber pembiayaan dan penyaluranya secara efektif dan
4
http:qurow-yun.blogspot.com200905fenomena-masyarakat-miskin-perkotaan.html, diakses pada 14 April 2011, pukul 19.44 WIB.
5
http:masjidkotabogor.comindex.phpnewsview259, diakses pada 14 April 2011, pukul 19.44 WIB
6
http:bisnis-jabar.comindex.php201106pemkab-bogor-tekan-angka-kemiskinan-hingga- 697, diakses pada 25 juli 2011, pukul 06.45
5
efisien. Sejalan dengan itu sejak tahun 1998 pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan untuk lebih memperkuat sistem lembaga keuangan nasional
melalui pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan
7
, diantaranya adalah koperasi.
Dengan kehadiran dan berkembangnya Koperasai Baytul Ikhtiar di wilayah Bogor, dapat membantu memberikan dampak yang signifikan dalam
pengembangan usaha kecil melalui pembiayaan yang diberikan, dengan pembiayaan tersebut diharapkan dapat membantu para masyarakat miskin
dalam menjalankan usahanya dengan baik. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mengupayakan agar keluarga miskin bisa produktif, memiliki penghasilan yang
lebih baik, bisa menabung, dan lebih bermartabat sehingga bisa meningkatkan status sosialnya.
Aktivitas yang paling mendasar dalam kegiatan koperasi ini adalah penghimpunan dan penyaluran dana , penghimpunan dana berasal dari para
agniya yang kelebihan dana, sedangkan penyaluranya kepada masyarakat yang membutuhkan dengan kriteria tertentu. yang dalam praktiknya menggunakan
sistem bagi hasil. Sejak Berdirinya koperasi ini tahun 1999 sampai dengan tahun 2011 pencapaian asset terus meningkat yakni sampai bulan juli 2011
sebesar Rp 8.245.188.024 dengan sebaran wilayah yaitu: 16 Kecamatan, dan
7
Dahlan , Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga penerbit FEUI, 1999, h. 229.
6
594 Majlis. Dengan jumlah Anggota Sebanyak 9.162 jiwa, dengan perincian Kota Bogor 1.733 jiwa, Kabupaten Bogor 6516 jiwa, dan Sukabumi 913 jiwa.
Dalam praktiknya koperasi haruslah mempunyai manajemen yang baik dan teratur untuk keberlangsungan hidupnya, dengan melihat kepada risiko-
risiko yang akan terjadi dalam penyaluran pembiayaan kepada anggotanya, terutama kepada permasalahan manajemen risiko pembiayaan, agar risiko yang
timbul dimasa yang akan datang dapat diminimalisir sedemikian rupa. Semua organisasi tentunya mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri yang
merupakan motivasi dari pendirinya. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah mekanisme yang mengintregasikan proses dari kegiatan-kegiatan yang perlu
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan, dan kegiatan tersebut kita kenal sebagai kegiatan manajemen. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik
industri, niaga, dan jasa, tidak terkecuali jasa keuangan didorong oleh motif mendapatkan keuntungan profit. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar,
manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien.
8
Dalam perkembanganya koperasi tidak selalu berjalan mulus ada saja kendala yang harus dihadapi , ada saja risiko yang muncul dalam penyaluran
pembiayaan ini, karena target yang di terapkan lebih kepada keluarga miskin perkotaan dan pedesaan untuk memajukan ekonomi rumah tangga agar mereka
bisa menabung untuk keperluan dimasa mendatang, dalam hal ini koperasi
8
Zainul , Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka alvabet, 2006, h. 90.
7
Baytul Ikhtiar tidak menggunakan sistem jaminan materi kepada anggotanya dalam hal penyaluran pembiayaan, tetapi jaminan di sini lebih kepada sosial
dan kepercayaan diantara koperasi dan anggota. Sebagai suatu badan usaha maka koperasi Baytul Ikhtiar haruslah menerapkan manajemen risiko untuk
mengelola risiko yang muncul dalam transaksi secara efektif, risiko merupakan suatu kejadian potensial, baik yang diperkirakan, maupun yang tidak
diperkirakan yang berdampak negatif terhadap permodalan dan pendapatan, risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan
dikendalikan , oleh karena itu sebagai badan usaha koperasi memerlukan serangkaian prosedur dan metedologi yang dapat mengukur, mengidentifikasi,
memantau, dan mengendalikan risiko yang muncul dari kegiatan usaha. Perusahaan yang melekukan proses manajemen risiko juga diharapkan lebih
dapat menciptakan nilai tambah, karena potensi return yang diperoleh sudah diperhitungkan lebih besar daripada potensi risiko kerugiannya, dengan
demikian, proses manajemen risiko menjadi suatu kebutuhan bagi setiap perusahaan bukan menjadi kewajiban yang dipersyaratkan oleh regulator.
9
Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana praktik manajemen risiko
pembiayaan pada Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor. sehingga penulis tertarik mengambil judul
“ MANAJEMEN RISIKO PENYALURAN PEMBIAYAAN
9
Mahammad , Muslich, Manajemen risiko operasional : Teori dan Praktik Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, h. 3.
8
BAGI KELUARGA MISKIN DI WILAYAH BOGOR OLEH KOPERASI PELAYANAN KEUANGAN MIKRO BAYTUL-IKHTIAR BOGOR
”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah