perinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan dalma situasi dan kondisi yang berbeda. Prinsip-prinsip belajar tersebut dikategorikan sebagai berikut.
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.
1. Partisipasi aktif setiap siswa dalam belajar.
2. Adanya penguatan dan motivasi untuk mencapai tujuan
instruksional. 3.
Lingkungan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan eksplorasi.
4. Adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar.
1. Dilakukan bertahap.
2. Belajar merupakan sebuah proses adaptasi, organisasi, eksplorasi
dan discovery. 3.
Adanya hubungan antara satu pengertian dengan pengertian lain, sehingga apa yang menjadi tujuan instruksional benar-benar
tercapai. c.
Sesuai materi bahan yang harus dipelajari. 1.
Bersifat keseluruhan, dan materi yang disajikan memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga mudah dipahami.
2. Dapat mengembangkan kemampuan tertentu seuai dengan tujuan
instruksional. d.
Syarat keberhasilan belajar 1.
Sarana yang memadai, untuk membantu ketenangan belajar siswa. 2.
Penguatan, pengulangan sehingga pengertian, sikap, keterampilan itu mendalam pada siswa.
D. Unsur-unsur Belajar
Cornbach dalam Nana Shaodih Sukmadinata yang dikutip oleh Dr. M. Sobri Sutikno 2009 mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam belajar.
a. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan ini muncul untuk memenuhi kebutuhan.
b. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik, anak
atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik atau psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun
penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya. c.
Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Di dalam situasi ini terlihat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang
dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi orang yang belajar.
d. Interpretasi. Dalam menghadapi situasi belajar, individu mengadakan
interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar.
e. Respons. Respon yang diberikan oleh individu yang berpegang pada hasil
interpretasi yang dilakukan tantang tercapai atau tidaknya tujuan. f.
Konsekuensi. Setiap usaha pasti ada hasilnya. Entah itu baik atau buruk, itulah konsekuensi yang akan diterima dalam belajar, apakah akan
membuahkan hasil yang maksimal atau sebaliknya. g.
Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan yang diperoleh, kegagalan juga merupakan kemungkinan yang akan diterima, apakah reaksi terhadap
kegagalan tersebut bersifat positif atau bersifat Negatif.
E. Teori Belajar
Secara terperinci teori belajar sudah dikembangkan oleh berbagai tokoh baik dari Tokoh barat dan Tokoh Islam. Beberpa tokoh dengan konsepnya
dalam metode belajar sebagai berikut. 1.
Konsep belajar melalui imitasi, sejak awal adanya manusia Allah mengajarkan manusia untuk belajar dengan cara meniru, yaitu meniru
apa yang sudah ada. Hal ini diterangkan dalam Al-Quran surah Al- Maidah ayat 31, yaitu peristiwa pembunuhan Habil oleh saudaranya
Qabil, pada saat Qabil bingung bagaimana mengurus jenazah
saudaranya, Allah mengirim burung gagak yang menggali tanah uantuk mengubur burung gagak yang lain
9
. 2.
Pendekatan belajar menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Drs H. Baharuddin, M.Pd.I 2009 dapat dilakukan dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan Ta’lim insani dan ta’lim rabbani.
Ta’lim Insani adalah belajar dengan bimbingan manusia, pendekatan ini adalah cara umum yang dilakukan orang dan biasanya dilakukan
dengan menggunakan alat-alat inderawi yang diakui oleh orang yang berakal. Proses ini dibagi menjadi dua proses, yaitu proses eksternal
melalui belajar mengajar layaknya disekolah dan di kelas-kelas, dan proses tafakkur yang merupakan kegiatan membaca realitas dalam
berbagai dimensi wawasan spiritual dan pengetahuan-pengetahuan hikmah. Adapun
Ta’lim Rabbani adalah belajar dengan bimbingan Tuhan. Seseorang akan mendapatkan penegtahuan dengan bimbingan
langsung dari Allah jika kondisi jiwanya suci dan tidak tercemar dari perbuatan dosa dan nista. Dalam pendekatan ini Allah sendiri yang
akan menjadi guru dan membimbing batin seseorang dalam belajar
10
. 3.
Teori Koneksionisme connectionism yang ditemukan dan dikembangkanoleh Edward L. Thorndike 1874-1949 bedasarkan
eksperimen yang ia lakukan pada kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing yang lapar ditempatkan di dalam sangkar
berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan perlatan seperti pengungkit, grendel pintu, dan tali yang menghubungkan grendel
dengan pengungkit tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memeproleh makanan yang
tersedia di depan sangkar tersebut. Keadaan belajar di dalam sangkar ini disebut puzzle box yang merupakan stimulus yang merangsang
kucing untuk melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di depan pintu. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan, Thorndike
9
H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, 2009 hal. 35
10
H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. hal. 49
berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon yang saling berkaitan satu sama lain
11
. 4.
Teori Belajar Kondisioning Klasik Clasical Conditioning yang dipelopori oleh Ivan Pavlov adalah teori yang menjadi inpirasi bagi
Thorndike, Teori ini diawali dengan eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov kepada seekor anjing. Jika daging diletakkan di dekat mulut
anjing yang lapar, maka anjing akan mengeluarkan air liur, menurut hasil eksperimen yang dilakukan, Pavliv berpendapat bahwa ada
stimulus yang tidak terkondisikan yaitu daging yang didekatkan kepada anjing yang sedang lapar yang akan menghasilkan respon yang
tidak dikondisikan yaitu keluarnya air liur anjing. Stimulus respon ini sudah lumrah terjadi pada anjing. Dalam eksperimen ini Pavlov
mengganti dengan stimulus baru yaitu sebuah bel yang merupakan stimulus netral. Jika bel dipasangkan dengan daging dan dilakukan
secara berulang-ulang maka bel akan menjadi stimulus yang terkondisikan
12
. 5.
Francis P. Robinson yang ditelaah dalam buku psikologi belajar karangan Muhibin Syah, M.Ed, mengembangkan metode belajar yang
dikenal dengan SQ3R. Metode ini adalah singkatan dari beberapa langkah belajar yaitu : Survey, memeriksa, meneliti atau
mengidentifikasi seluruh teks yang akan dipejari, Question yaitu menyususn daftar pertanyaan yang relevan dengan apa yang akan
dipelajari, Read yaitu membaca secara aktif, Recite yaitu menghafal jawaban dari pertanyaan tersebut, dan yang terakhir Review yaitu
meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah question diatas. Disamping itu Jhon R. Anderson dalam buku
Cognitive Psychology and Its Implication yang juga dikutip oleh Muhibin Syah mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan
PQ4R yaitu langkah-langkah berurutan yang mesti dilalui oleh si
11
Muhibin Syah, M.Ed, 2003 hal 93
12
H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. hal 58
pembelajar, langkah tersebut adalah Priview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review
13
. 6.
Teori Belajar Sosial, atau yang lebih dikenal dengan observational learning, teori ini dipelopori oleh Albert Bandura, seorang psikolog
pada Universitas Stanford Amerika Serikat. Bandura memandang bahwa tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas
stimulus, melainkan juga akitab reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antar lingkungan dengan skema kognitif manusia sendiri.
Dalam teori ini yang menjadi adalah peniruan dan pembiasaan merespon
14
.
F. Belajar Efektif