1. Mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang rendah. Kebersihan yang
dimaksud adalah kebersihan hati, karena hati merupakan bagian dari tubuh manusia  yang  sangat  sentral  dan  sangat  berpengaruh  terhadap  perilaku
manusia.  Al-Ghazali  juga  menjelaskan  bahwa  lupa  itu  terjadi  karena  dua hal.  Pertama,  karena  manusia  yang  mempunyai  sifat  dasar  lupa.  Kedua,
karena hati menjadi keras yang disebabkan seringnya melakukan dosa dan kesalahan.
2. Mengurangi kesenangan-kesenangan duniawi agar hati terpusat pada Ilmu
Allah. 3.
Sederhana  dalam  makanan  dan  jangan  berlebihan  dalam  hal  makanan, karena akan menyebabkan mengantuk dan mudah lelah.
4. Bersikap rendah hati dan tidak boleh meremehkan pada orang lain.
5. Belajar dengan bertahap.
6. Belajar ilmu sampai tuntas.
7. Mengenal nilai-nilai dalam ilmu pengetahuan yang dipelajari.
8. Memperioritaskan ilmu keagamaan sebelum menyelami ilmu duniawi.
9. Mengenal  nilai-nilai  pragmatis  bagi  suatu  ilmu  pengetahuan,  yaitu  ilmu
yang  bermanfaat,  membahagiakan,  mensejahterakan,  dan  memberi keselamatan dunia dan akhirat.
10. Merasa satu bangunan dengan sesama murid.
11. Menjauhkan diri dari mempelajari banyak pendapat sehingga menimbulkan
kekacauan berpikir.
E. Metode-metode Dasar Belajar Efektif
Cara  belajar  sangat  tergantung  kepada  siapa  yang  belajar,  dan  situasi yang  melingkupi  seseorang  yang  belajar.  adapun  situasi-situasi  tersebut
adalah
16
:  jenis  pelajaran  yang  akan  dipelajari,  dimana  tempat  kita  belajar, kapan  waktu  belajar,  dengan  siapa  belajar,  mengapa  atau  untuk  apa  belajar.
16
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp. hal. 03
lima  hal  inilah  yang  harus  diketahui  lebih  dahulu  oleh  seseorang  yang  ingin belajar.
Di dalam buku Cara Belajar  Efektif Efisien dan  Akseleratif  yang ditulis oleh  K.H.  Muhammad  Idris  Jauhari  dijelaskan  cara-cara  dasar  belajar
berdasarkan  pengalaman  beliau  dalam  belajar.  cara  tersebut  dijelaskan berdasarkan pembagian jenis pelajaran  atau pengetahuan. Dan masing-masing
memiliki cara belajar yang berbeda satu-sama lain.
1. Pelajaran Hapalan
a. Pengertian
Menghapal  merupakan  kegiatan  memproduksi  kesan-kesan  yang ada  dalam  memori  dengan  ungkapan  yang  harus  persis  sama  dengan
teks
17
. b.
Jenis Hapalan Ada  dua  jenis  hapalan  yang  biasa  dilakukan  oleh  seseorang.
Yaitu: 1
Hapalan Tanpa Pemahaman Lebih Dahulu. Adalah  hapalan  yang  biasanya  diajarkan  kepada  anak-anak
atau  santri-santri  pemula,  seperti  menghapal  surat-surat  pendek dalam  al-quran,  menghapal  bacaan  sholawat    dzikir,  menghapal
nyanyian dan sebagainya. Anak atau santri tidak harus memahami terlebih dahulu yang akan dihapalkan.
2 Hapalan yang Harus Didaahului dengan Pemahaman
Yaitu  hapalan  yang  biasanya  dilakukan  oleh  santri-santri tingkat menengah, tiangkat atas, dan orang yang sudah mempunyai
dasar  berbahasa.  Seperti  menghapal  ayat-ayat  al-Quran  dengan memahami tarjamahnya, Hadits-
hadits, Do’a-do’a, Peribahasa  Al- Amtsal  Proverbs, Kata-kata mutiara  Al-Hikam  Wiseword, puisi
sajak dan lain sebaginya. c.
Cara Belajar
17
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp. hal. 04
1 Hapalan Tanpa Pemahaman
Santri atau siswa langsung dibimbing oleh seorang guru atau tutor, dengan cara membaca dan menghapal berulang-ulang sampai
mereka benar-benar hapal di luar kepala
18
. 2
Hapalan Dengan Pemahaman 
Sebelum memulai menghapal, pahami benar-benar arti maksud teks yang akan dihapalkan.
 Bacalah  seluruh  teks  dan  lafadzkan  dengan  baik,  benar  dan
fasih.  Jangan  mulai  menghapal  sebelum  yakin  dengan benarnya  validitas    bacaan  dan  ucapan  yang  diingat,
menghapal satu teks yang salah, berarti akan selalu salah terus- menerus dan sulit diperbaiki.
 Bagilah  teks  yang  akan  dihapalkan  menjadi  beberapa  “frase”
atau  kalimat  sempurna  yang  menjadi  bagian  dari  sebuah  teks. Ingat,  yang  harus  dihapalkan  adalah  “frase”,  bukan  kalimat
yang terpotong yang bisa merusak artinya. Usahakan agar frase tersebut  tidak  terlalu  panjang  dan  tidak  terlalu  pendek.
Sesuaikkan dengan tingkat kemampuan. Apabila frase tersebut terlalu  panjang,  bagilah  menjadi  sub-sub  frase  yang  pendek
tetapi tidak sampai merusak artinya. 
Mulailah  menghapal  frase  pertama,  dengan  cara mengcapkannya  berulang-ulang  sampai  dua  atau  tiga  kali.
Ucapkan  frase  dengan  jelas,  benar  dan  suara  yang  keras, jangan  ragu-ragu  dan  jangan  terburu-buru,  jika  diulang  dua
sampai  tiga  kali  belum  hapal,  ulangi  lagi  sampai  empat  atau lima kali dan jangan putus asa.
 Setelah  benar-benar  hapal  frase  pertama,  pindahlah  ke  frase
kedua  dan  hapalkan  dengan  cara  seperti  yang  diterangkan
18
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp. Hal 04
diatas .  Dalam  menghapal  usahakan  menciptakan  “asosiasi-
asosiasi” tertentu di dalam memori, sehingga mudah diingat. 
Setelah  hapal  frase  kedua,  ulangi  lagi  dari  frase  pertama. Jangan lagsung pindah ke frase ketiga.
 Setelah hapal frase pertama dan kedua, barulah pindah ke frase
ketiga, dan hapalkan dengan cara yang sama. Kemudian ulangi lagi menghapal dari prase pertama, kedua sampai frase ketiga.
Lakukan sampai benar-benar hapal ketiga frase tersebut. 
Demikianlah  seterusnya  sampai  seluruh  frase  benar-benar dihapalkan  dengan  lancara  dan  baik.  Dalam  hapalan  yang
paling penting adalah “prinsip pengulangan”. Semakin banyak mengulang  suatu  hapalan,  semakin  kuat  hapalan  itu  melekat
dalam memori. d.
Catatan Penting Menghapal  sebaikya  dilakukan  dengan  suara  keras  agar  lidah
terlatih  dengan  pengucapan  yang  benar,  dan  jika  salah,  segera  bisa diperbaiki oleh orang lain. Apabila lupa suatu frase, janganlah terburu-
buru  membuka  buku  atau  melihat  frase  tersebut.  Usahakan  untuk mengingatnya  dengan  konsentrasi  yang  tinggi  dan  dengan  mengingat
asosiasi-asosiasi yang telah diciptakan sebelumnya. Dengan demikian, kemampuan daya ingat semakin terlatih.
Cara  menghafal  diatas  mirip  dengan  apa  yang  disampaikan  oleh Dr. Abdul Muhsin Al Qasim Imam dan Khatib masjid Nabawi bahwa
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam menghafal hendaknya dilakukan dengan menghafal sedikit-demi sedikit dan diulang-ulang
19
.
19
http:abuubaidah.wordpress.com20080721cara-praktis-menghafal-al- quran.
2. Pelajaran Ingatan
a. Pengertian
Mengingat  adaah  kegiatan  mereproduksi  kesan-kesan  yang  ada di  dalam  memori  dengan  ungkapan  yang  “tidak  harus  sama”  dengan
teks,  kesan-kesan  tersebut  biasanya  diserap  oleh  memori  melalui kegiatan  penginderaan  atau  mengamatan,  seperti  mendengarkan,
melihat,  membaca,  dan  sebaginya
20
.  Hampir  seluruh  mata  pelajaran yang  memakai  “buku  pegangan”  termasuk  dalam  pelajaran  ingatan,
seperti  :  Pelajaran  Sejarah,  Geografi,  Teori-teori  Ilmu  Pendidikan, Ilmu Jiwa, Filsafat, Hukum, Tatanegara, Sosiologi, Tauhid, Adyan, dan
sebagainya.  Mata  pelajaran  diatas  merupakan  pelajaran  ingatan, dimana dalam belajarnya hendaknya mengikuti cara-cara berikut.
Ingatan  juga  merupakan  sesuatu  yang  membentuk  jati  diri manusia  dan  membedakan  manusia  dari  mahluk  lainnya.  Ingatan
member  manusia  titik-titik  rujukan  pada  masa  lalu  dan  pikiran  pada masa depan
21
. b.
Cara Belajar Untuk  memperoleh  hasil  yang  maksimal  dalam  pelajaran
ingatan,  setidaknya  seseorang  menempuh  cara-cara  belajar  sebagi berikut:
 Pertama  kali,  dengarkanlah  informasi  apapun  yang  disampaikan
dengan  penuh  perhatian  dan  kensentrasi.  Perhatikan  apapun  yang sedang  diamati  dengan  cermat,  teliti  dan  penuh  perhatian.  Atau
bacalah  bahan-bahan  bacaan  apapun  dengan  cara  membaca  yang benar.
Membaca,  mendengarkan,  atau  memperhatikan  adalah  kegiatan- kegiatan  untuk  menyerap  data-data  yang  harus  dilakukan  dengan
serius dan dengan cara-cara yang benar.
20
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp. Hal 07
21
Colin  Rode,  dkk.  Super  Accelerated  Learning,  2007,  Bandung  :  Penerbit  Jabal,  hal. 30
 Buatlah resume atau catatan-catatan penting apa yang didengarkan,
dibaca  atau  diamati.  Resume  atau  catatan  penting  harus  dibuat sedemikian  rupa  sehingga  mudah  diingat.  Sebaiknya  berbentuk
skema-skema. 
Apabila  mendapat  kesulitan  memahami  suatu  bagian  dari  obyek yang sedag dipelajari, usahakan untuk segera bertanya kepada yang
lebih  berkompeten.  Jika  tidak  memungkinkan  barilah  “tanda khusus”  pada  bagian  tersebut  untuk  ditanyakan  pada  kesempatan
lain. Jangan  biasa  membiarkan  “ketidakmengertian”  menguasai
dalam waktu yang lama, segera bertanya atau berkonsultasi. 
Usahakan  agar  mempunya  kesempatan  untuk  mereproduksi  atau mengungkapkan  kembali  “resume  atau  catatan  penting”  tersebut;
baik  dengan  lisan,  maupun  lewat  tulisan.  Kagiatan  ini  termasuk dalam  prinsip  pengulangan,  semakin  sering  sebuah  kesan
direproduksi,  semakin  kuat  pula  kesan  tersebut  bertahan  di  dalam memori.
 Diskusikanlah dengan teman atau guru.
c. Catatan Penting
Mengingat  tidak  perlu  dengan  suara  keras,  dan  sebaiknya dilakukan  secara  berkelompok,  yaitu  melalui  diskusi  atau  saling
bertanya  antar  teman  secara  bergantian.  Dengan  demikian  data-data yang  masuk  ke  dalam  memori  akan  semakin  banya  direproduksi,
sehingga semakin kuat melekat dalam memori. Colin  Rose  di  dalam  bukunya,  menjelaskan  ada  tujuh  prinsip
dasar  dalam  mengingat,  yaitu:  keterkaitan  pribadi,  konsentrasi, persepsi multi-inderawi, kondisi ketergantungan, Menemonik, Suasana
hati dan sikap, dan organisasi mental
22
.
22
Colin Rode, dkk. 2007, Bandung : Penerbit Jabal, hal. 37
3. Pelajaran Pikiran
a. Pengetian
Yang dimaksud dengan pelajaran pikiran adalah pelajaran  yang membutuhkan  kemampuan  menyerap  dan  menalar,  seperti  analisis,
sintesis,  kesimpulan,  dan  sebagainya
23
.  Dalam  pelajaran  ini  terdapat kaidah-kaidah,  aksioma,  rumus,  atau  dalil-dalil  yang  memerlukan
“pembuktian  dan  penerapan”  dalam  bentuk  contoh-contoh  atau percobaan-percobaan.  Karenanya  pelajaran  ini  biasa  disebut  pula
dengan “pelajaran Kaidah”. Teori  van  Hiele  yang  dikembangkan  oleh  dua  pendidik
berkebangsaan  Belanda,  Pierre  Marie  van  Hiele  dan  Dina  van  Hiele- Geldof,  menjelaskan  perkembangan  berpikir  siswa  dalam  belajar
geometri. Menurut teori van Hiele, seseorang akan melalui lima tahap perkembangan  berpikir  dalam  belajar  geometri.  Kelima  tahap
perkembangan berpikir van Hiele tersebut adalah tahap 0 visualisasi, tahap  1  analisis,  tahap  2  deduksi  informal,  tahap  3  deduksi,  dan
tahap 4 rigor
24
. b.
Jenis Pelajaran Pikiran atau Pelajaran Kaidah 1
Kaidah-kaidah ilmiah yang bersifat empiris baik dalam ilmu-ilmu alamiah  ataupun  dalam  ilmu-ilmu  Humaniora  dan  Sosial,  seperti:
Rumus-rumus  Fisika,  Matematika,  Biologi,  Logika,  Teori-teori Ilmu Sosial dan sebagainya.
2 Kaidah-kaidah  Bahasa,  seperti:  Nahwu,  Shorrof,  Balaghah,
Grammar dan Tata Bahasa Indonesia. 3
Kaidah-kaidah  Agama,  seperti:  Ushul  al-Fiqh,  Faroidl,  Ushul  al- Din,  Qawaid  al-Fiqhiyah,  al-Tajwid,  Mushtolah  al-Hadits,  dan
sebaginya.
23
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp. Hal 09
24
http:abdussakir.wordpress.com20090505pengalaman-belajar-sesuai-teori- berpikir-van-hiele
c. Cara Belajar
Berikut  beberapa  cara  yang  bisa  ditempuh  untuk  memperoleh hasil yang maksimal dalam pelajaran pikiran.
 Pahami benar-benar maksud atau pengertian dari kaidah atau rumus
yang sedang dipelajari, dan segala aspeknya. 
Buatlah hubungan-hubungan yang logis dan sistematis antara satu aspek  dengan  aspek  lainnya  dalam  kaidah  tersebut,  atau  antara
kaidah  tersebut  dengan  kaidah-kaidah  lain  yang  sudah  diketahui sebelumnya.  Membuat  hubungan-hubungan  dalam  pelajaran
pikiran  ini  sangatlah  penting,  karena  hampir  seluruh  kaidah  atau rumus  dalam  suatu  disiplin  ilmu  selalu  berhubungan  satu  sam
lainnya. Tidak berdiri sendiri. 
Aplikaiskan  kaidah  atau  rumus  yang  dipelajari  dalam  berbagai bentuk aplikasi yang memungkinkan. Anatara lain :
- Untuk  kaidah-kaidah  ilmiah,  dengan  malakukan  percobaan-
percobaan  langsung  di  laboratorium  atau  di  lapangan,  atau dengan latihan-latihan memecahkan soal.
- Untuk  kaidah-kaidah  bahasa,  dengan  membuat  contoh  kalima
yang  beraneka  ragam  atau  dengan  mempelajari  kedudukan suatu kata dalam kalimat
i’rob, ijro, mengurai. -
Untuk kaidah-kaidah agama, dengan membuat contoh masalah yang  beraneka  ragam,  atau  dengan  latihan  memecahkan
masalah-masalah sosial berdasarkan kaidah-kaidah tersebut. d.
Catatan Penting Mempelajari  kaidah  atau  rumus  tertentu  bukan  sekedar  untuk
menghapalkannya,  tapi  yang  paling  penting  adalah  bagaimana mengaplikasikannya  dalam  berbagai  situasi.  Karena  itu,  selain
berusaha  menghubungkan  suatu  kaidah  dengan  kaidah  yang  lain, latihan  mengaplikasikannya  harus  dilakukan  dengan  sunggh-sungguh
dan terus-menerus.
4. Pelajaran Bahasa
a. Pengetian
Bahasa  merupakan  sebuak  keterampilan  yang  bisa  dipelajar siapapun,  dan  kapanpun  waktunya,  asalkan  mempunyai  kemauan  dan
motivasi  dalam  belajarnya.  Yang  dimaksud  dengan  pelajaran  bahasa dalam  pembahasan  ini  adalah  pelajaran  tentang  keterampilan
berbahasa  Maharot  Lughowiyah    Language  Skills
25
yang  meliputi beberpa jenis keterampilan.
Mempelajari  bahasa  sangat  erat  dengan  ketekunan  untuk melatih, karena bahasa merupakan skill yang harus selalu dilatih untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. b.
Jenis Keterampilan Bahasa 
Keterampilan Mendengarkan Al-Istima’  Listening 
Keterampilan Berbicara Al-Muhadatsah  Conversation 
Keterampilan Membaca Al-Muthola’ah  Reading 
Keterampilan Menulis Al-Kitabah  Writing 
Keterampilan Mengarang At-Ta’lif  Composation 
Keterampilan Menerjemahkan At-Tarjamah  Translation c.
Cara Belajar Untuk  memperoleh  hasil  yang  maksimal  dalam  pelajaran
keterampilan  berbahasa  ini,  cobalah  untum  menempuh  cara-cara belajar sebagai berikut:
 Menumbuhkan sikap positif qobiliyah ijabiyah  positive attitude
terhadap  bahasa  yang  akan  dipelajari.  Usahakan  sikap  positif tersebut tetap tinggi, walaupun saat menemukan kesulitan-kesulitan
dalam belajar. Sikap  positif  meliputi  berbagai  hal,  seperti:  hobi,  rasa  tertarik,
motivasi,  kemauan  yang  keras.  Sikap  positif  ini  merupakan  kunci utama kesuksesan belajar bahasa apapun. Jika tidak memiliki sikap
25
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp. Hal 11
positif  terhadap  suatu  bahasa,  lebih  baik  memilih  untuk  belajar bahasa lainnya.
 Pelajari  dan  perhatikan  sungguh-sungguh  Bahasa  Dasar  lughoh
asasiyah    basic  language  dan  bahasa  yang  sedang  dipelajari, sampai benar-benar menguasainya.
- Bahasa  Dasar  artinya  adalah  “kata-kata  dan  struktur  kalimat”
yang paling mendasar dari suatu bahasa. -
Penguasaan Bahasa Dasar artinya menguasai dengan sungguh- sungguh pengertiannya, yaitu : Cara mengucapkannya intonasi
dan artikulasi, Cara menulisnya validitasa dan keindahannya, Perubahan-perubahan  yang terjadi dalam kata tersebut tashrif,
inflektion  dan  morfologi,  Cara  mempergunakannya  dalam kalimat syntax.
- Upaya  menguasai  Bahasa  Dasar  harus  dilakukan,  sebab  tanpa
menguasai  Bahasa  Dasar  mustahil  seseorang  bisa  memiliki keterampilan berbahasa.
 Usahakan  agar  menambah  perbendaharaan  kata  mufrodat
vocabulary  minimal  lima  buah  setiap  hari.  Tetapi  harus menguasainya sebagai Bahasa Dasar.
 Perhatikan dengan cermat guru-guru atau teman-teman yang baik
ketika  mereka  sedang  mempraktekkan  keterampilan  berbahasa, kemudian cobalah tiru mereka dengan sungguh-sungguh.
 Lakukan latihan  tamrin  drill secara terus menerus. Tetapi yang
lebih penting mintalah tolong kepada siapapun untuk “mengoreksi” latihan  tersebut  sehingga  bisa  melakukan  perbaikan  dan
penyempurnaan.  Latihan  tanpa  koreksi  atau  evaluasi  adalah  kesia- siaan.
5. Pelajaran Keterampilan
a. Pengertian
Pelajaran  keterampilan  atau  yang  dikenal  denga  al-maharot yaitu jenis kegiatan  yang menuntut adanya keterampilan-keterampilan
khusus untuk melakukannya
26
. b.
Jenis Keterampilan Setidaknya, ada tiga jenis keterampilan yang bisa dipelajari
1 Keterampilan  Tangan,  seperti:  Menjahit,  Menyulam,  Memasak,
Mengetik,  Menggambar,  Kaligrafi,  Pertukangan,  Pertanian, Elektronik dan Permesinan.
2 Keterampilan Praktis, seperti: Keterampilan Memimpin, Mengajar,
Berdagang,  Berolahraga,  Mengelola  Oraganisasi,  Sekolah  dan Perusahaan.
3 Keterampilan Kesenian, seperti: Musik, Drama, Teater dan Puisi.
c. Cara Belajar
Untuk  memperoleh  hasil  yang  maksimal  dalam  pelajaran keterapilan  ini,  cobalah  untuk  menempuh  cara-cara  belajar  sebagai
berikut: 
Pusatkan  perhatian  hanya  pada  satu  keterampilan  saja,  jangan terlalu  ambisius  untuk  menguasai  beberapa  keterampilan  dalam
waktu yang bersamaan. 
Perhatikan  dengan  sungguh-sungguh  bagaimana  guru-guru  dan teman-teman
terutama para
ahli prosesinal
melakukan keterampilan  yang  akan  dipelajari.  Kaji  dan  teliti  segala  aspeknya
dan cari rahasianya. 
Cobalah  meniru  apa  yang  mereka  lakukan,  sesuai  dengan  hasil perhatian  dan  pengkajian  yang  dialkukan.  Lakukan  dengan
sungguh-sungguh.
26
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp. Hal 13
 Pelajari  teori-teori  yang  berhubungan  dengan  keterampilan  yang
sedang dipelajari, dan hubung-hubungkan dengan apa yang dilihat. 
Lakukan  latihan  terus-menerus  dengan  tetap  berpijak  pada  teori- teori yang dipelajari dari hasil pengamatan yang dilakukan.
 Jangan  malu  bertanya  atau  berkonsultasi  kepada  mereka  yang
dianggap  berkompeten  baik  dalam  situasi  biasa  ataupun  ketika m
endapat kesulitan. Mintalah “koreksi dan kristik” setiap waktu.
F. Proses Pembelajaran