c. Pemberian makanan tambahan dan adanya kantin diperusahaan dapat mencegah terjadinya penyakit, sehingga kehilangan waktu kerja karena absensi sakit dapat
ditekan. d. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan dan gizi secara teratur, sehingga
kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya dapat dicapai dan dipertahankan. e. Menerapkan hasil penelitian tentang gizi kerja yang telah dilakukan untuk
meningkatkan status gizi tenaga kerja dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya.
Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi- tingginya pengetahuan dan penerapan gizi seimbang bagi tenaga kerja merupakan
aspek yang mutlak harus dilakukan. Dengan gizi seimbang maka kesehatan tenaga kerja dapat dipertahankan dan tenaga kerja akan dapat bekerja dengan baik, tidak
mudah lelah dan mengurangi tingkat kesalahan. Hal ini berarti dapat mengurangi pemborosan terhadap bahan dari perusahaan dan akhirnya akan menambah
keuntungan yang tinggi bagi perusahaan Tarwaka dkk, 2004.
2.5 Makanan Tambahan
Dari beberapa penelitian mengatakan bahwa ada hubungan langsung antara kuantitas panas yang dihasilkan oleh suatu aktivitas kerja dengan total konsumsi
makanan. Seorang tenaga kerja tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika ”meminjam” atau menggunakan
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008
cadangan energi tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan menyebabkan keadaan yang kurang gizi khususnya energi Agustina, 2001 .
Makanan merupakan sumber energi bagi tubuh. Perubahan energi kimia dari makanan menjadi panas dengan tenaga mekanik disebut dengan metabolisme, dimana
oksigen mempunyai peran yang sangat penting dalam proses ini. Karbohidrat dan lemak merupakan sumber utama bagi energi untuk aktivitas tubuh, sedangkan protein
merupakan zat hidrokarbon yang mengandung nitrogen yang berfungsi merawat jaringan. Sistem pencernaan lambung dan usus berperan memecah protein menjadi
asam amino, lemak menjadi asam lemak dan karbohidrat menjadi gula terutama glukosa. Sebagaian besar dari pecahan tersebut akan disimpan di dalam hati dan otot
sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen. Tetapi tidak semua glukosa diubah menjadi glikogen, ada sebagian langsung dipergunakan atau disimpan di dalam darah
sebagai gula darah. Asam lemak sebelum dimanfaatkan akan disimpan di dalam jaringan, bila diperlukan maka sedikit demi sedikit akan ditarik oleh darah memasuki
hati untuk kemudian dipecah menjadi Glikogen Sumamur,1995. Bila glikogen digunakan untuk melakukan aktivitas tubuh kerja otot maka
glikogen akan terpecah menjadi asam laktat dengan menimbulkan energi. Asam laktat merupakan racun bagi tubuh. Tetapi asam laktat tersebut akan diubah menjadi
glukosa dan senyawa yang berenergi tinggi, sedang sisanya teroksidasi lanjut menjadi air dan karbondioksida. Jadi oksigen diperlukan untuk membantu proses regenerasi
bagi glukosa dan senyawa fosfat berenergi tinggi. Berdasarkan proses tersebut maka
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008
dapat disimpulkan bahwa glukosa dan oksigen mempunyai peranan yang amat penting dalam pembentukan energi Suma’mur, 1995.
Setelah makan, kadar glukosa darah naik hingga kurang lebih 30 menit dan secara perlahan kembali ke kadar gula puasa 70-100 mg100ml setelah 90 – 180
menit. Kadar maksimal gula darah dan kecepatan untuk kembali pada kadar normal bergantung pada jenis makanan. Dalam waktu 1 – 4 jam setelah selesai makan, pati
nonkarbohidrat atau serat makanan dan sebagian kecil pati yang tidak dicerna masuk ke dalam usus besar Almatsier. S, 2004.
Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan
sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem syaraf.
Tubuh dapat menyimpan glikogen dalam jumlah terbatas, yaitu untuk keperluan energi beberapa jam. Agar tubuh selalu memperoleh glukosa untuk keperluan energi,
hendaknya seseorang tiap hari memakan sumber karbohidrat pada selang waktu tertentu. Protein dapat diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis
sintesis glukosa dari rantai karbon nonkarbohidrat. Sebagai sumber energi, protein ekivalen dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkalg protein Almatsier. S,
2004. Kadar glukosa di dalam darah tergantung pada kadar glukosa yang terdapat
dalam makanan atau minuman yang kita konsumsi. Produktivitas ini akan menurun sampai waktu makan siang tiba. Berkisar tiga jam setelah makan siang produktivitas
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008
tenaga kerja dapat dipertahankan menghasilkan energi dan panas tubuh dapat dipertahankan dan akan menurun kembali sampai waktu kerja habis. Hal itu
disebabkan karena setelah tiga atau empat jam bekerja dari waktu makan utama maka kadar gula darah glukosa akan menurun sehingga daya kerja tubuh juga menurun
Agustina, 2001. Pemberian makanan tambahan bagi pekerja maka tubuh pekerja tidak akan
kekurangan kalori sampai waktu makan utama tiba. Kondisi badan pekerja akan tetap segar, aktif dan tidak lemah. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa produktivitas
kerja menunjukkan hasil yang positif dengan pemberian makanan tambahan Agustina, 2001.
Pemenuhan makanan, terutama energi bukan hanya dalam jumlah tetapi penyedian makanan perlu diatur agar pemenuhannya terbagi sesuai dengan waktu
kebutuhan kerja dan kemampuan tubuh dalam metabolismenya. Maka dirancang formula makanan tambahan sesuai dengan pekerja, selain memenuhi kebutuhan
energi juga mudah dimakan, tidak mengganggu waktu bekerja dan pelaksanaan pemberiannya sesuai dengan saat yang tepat dalam meningkatkan produktivitas kerja
Sukati S.dkk 1999. Produktivitas kerja yang digambarkan dari hasil kerja sehari-hari yang tidak
optimal mungkin ada kaitannya dengan pemenuhan makanan pekerja terutama energi. Tidak terpenuhinya energi disebabkan karena masukan energi yang tidak cukup atau
tidak sesuainya waktu makan dengan keluaran energinya atau pola makan tidak sesuai dengan pola kerja Sukati S dkk, 1999.
Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008
Makanan tambahan merupakan makanan selingan yang dihidangkan diantara dua waktu makan utama yaitu makan pagi dan makan siang, atau makan siang dan
makan malam. Makanan tambahan bagi tenaga kerja dirancang sekitar 300 kalori sesuai dengan penelitian Sukati S, 1999 dan Agustina 2001
2.6 Landasan Teori