Tingkat Kecukupan Zat Gizi Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperlukan suatu standar

2.4.1 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperlukan suatu standar

kecukupan yang dianjurkan. Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi AKG yang digunakan saat ini secara nasional adalah hasil widya karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998. Daftar AKG yang dimaksud dapat dilihat pada tabel dibawah ini Supariasa I, dkk, 2002. Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi umur 16-19 tahun ,20-45 tahun dan 46-59 tahun Golongan Umur Berat Badan kg Tinggi Badan cm Energi kkal Protein gram Laki-laki 16 -19 tahun 56 160 2500 66 20-45 tahun 46-59 tahun 62 62 165 165 2800 2500 55 55 Perempuan 16-19 tahun 50 154 2000 51 20-45 tahun 46-59 tahun 54 54 156 156 2200 2100 48 48 Sumber : WidyaKarya Nasional Pangan dan Gizi, LIPI. Jakarta. 1998 Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008 2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Menurut Tarwaka dkk 2004, kebutuhan gizi setiap orang berbeda satu sama lainnya dan tergantung pada berbagai faktor yaitu : a. Ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh seseorang maka semakin besar pula kebutuhan kalorinya, meskipun usia, jenis kelamin dan aktivitas yang dilakukan sama. b Usia, Anak-anak dan remaja membutuhkan relatif lebih banyak kalori dan zat gizi lainnya dibanding dengan orang dewasa tua, karena selain diperlukan untuk tenaga juga untuk pertumbuhan. c. Jenis kelamin, Laki-laki umumnya membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan perempuan. Hal ini karena secara fisiologis laki-laki mempunyai lebih banyak otot dan juga lebih aktif. d. Kegiatanaktivitas pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan berat akan membutuhkan kalori dan protein lebih besar dari pada mereka yang bekerja sedang dan ringan. Besarnya kebutuhan kalori tergantung banyaknya otot yang dipergunakan untuk bekerja serta lamanya penggunaan otot-otot tersebut. Disamping itu protein yang diperlukan juga lebih tinggi dari normal, karena harus mengganti atau membentuk jaringan baru yang lebih banyak dari pada keadaan biasa untuk mempertahankan agar tubuh dapat bekerja secara normal. e. Kondisi tubuh tertentu. Pada orang yang baru sembuh dari sakit akan membutuhkan lebih banyak kalori dan zat gizi lainnya dari pada sebelum ia sakit. Pertambahan zat gizi tersebut diperlukan untuk rehabilitasi kembali sel- Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008 seljaringan tubuh yang rusak selama sakit. Demikian pula bagi wanita hamil dan menyusui anaknya akan memerlukan kalori dan gizi lainnya yang lebih tinggi dari pada keadaan biasa. f. Kondisi lingkungan. Pada musim hujan membutuhkan kalori lebih tinggi banyak dibandingkan pada musim panas. Demikian pula pada tempat-tempat yang dingin lebih tinggi dari pada tempat dengan suhu panas. Di mana tambahan kalori pada tempat-tempat dingin diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh. 2.4.3 Usaha Perbaikan Gizi Kerja di Perusahaan Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan masih terdapat beberapa pengusaha beranggapan bahwa pemberian makan atau makanan tambahan berupa snack dan istirahat pendek akan meningkatkan pengeluaran biaya dan merugikan perusahaan. Namun jika dikaji lebih jauh, sebenarnya banyak keuntungan yang diperoleh dengan pemberian makanan diperusahaan. Menurut Suma , mur 1995 memberikan beberapa saran kepada perusahaan untuk : a. Menyediakan kantin diperusahaan dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki gizi tenaga kerja. b. Pemberian makanansnack secara cuma-cuma pada jam tertentu, dimana hal ini akan memperlambat munculnya kelelahan, meningkatkan kecepatan dan ketelitian kerja dan menghindari waktu istirahat curian. Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008 c. Pemberian makanan tambahan dan adanya kantin diperusahaan dapat mencegah terjadinya penyakit, sehingga kehilangan waktu kerja karena absensi sakit dapat ditekan. d. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan dan gizi secara teratur, sehingga kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya dapat dicapai dan dipertahankan. e. Menerapkan hasil penelitian tentang gizi kerja yang telah dilakukan untuk meningkatkan status gizi tenaga kerja dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi- tingginya pengetahuan dan penerapan gizi seimbang bagi tenaga kerja merupakan aspek yang mutlak harus dilakukan. Dengan gizi seimbang maka kesehatan tenaga kerja dapat dipertahankan dan tenaga kerja akan dapat bekerja dengan baik, tidak mudah lelah dan mengurangi tingkat kesalahan. Hal ini berarti dapat mengurangi pemborosan terhadap bahan dari perusahaan dan akhirnya akan menambah keuntungan yang tinggi bagi perusahaan Tarwaka dkk, 2004.

2.5 Makanan Tambahan