Suhu tubuh Tekanan Darah

10 20 30 40 50 60 70 80 90 BAIK SEDANG KURANG DEFISIT Perlakuan Kontrol Gambar 4.5 Grafik persentase Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein Setelah Intervensi Grafik di atas menunjukkan bahwa sesudah intervensi tingkat konsumsi protein menjadi 27 orang 90 dan tingkat konsumsi protein yang defisit setelah intervensi menjadi tidak ada 0.

4.4 Suhu tubuh

Hasil penelitian terhadap pengukuran suhu tubuh tenaga kerja pada cold storage PT.X di Belawan adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Suhu Tubuh Tenaga Kerja pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum dan Sesudah Intervensi Variabel Perlakuan Kontrol P. Value Suhu Tubuh Sebelum Intervensi C 34,94 ± 0,64 35,15 ± 0,81 0,24 Suhu Tubuh Setelah Intervensi C 36,61 ± 0,19 35,02 ± 0,86 0,00 Perbedaan suhu tubuh 1,67 0,13 Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata suhu tubuh tenaga kerja sebelum intervensi pada kelompok perlakuan adalah 34,94 C dan kelompok kontrol adalah 35,15 C setelah intervensi pada kelompok perlakuan 36,61 C dan kelompok kontrol sebesar 35,02 C. Hasil pengukuran suhu tubuh memberikan gambaran bahwa perbedaan rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan sebesar 1,67 C, sementara pada kelompok kontrol 0,13 C. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata pengukuran sebelum dan setelah intervensi maka dilakukan uji t. Dari hasil uji menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan suhu tubuh rata-rata antara sebelum dan setelah intervensi secara signifikan berbeda p 0,05.

4.5 Tekanan Darah

4.5.1 Tekanan Darah Sistolik Hasil penelitian terhadap pengukuran tekanan darah sistolik tenaga kerja pada cold storage PT.X Belawan adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Tekanan darah sistolik pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum dan Sesudah Intervensi Variabel Perlakuan Kontrol

P. Value

Tekanan Darah Sistolik Sebelum Intervensi mmHg 123,17 ± 4,64 123, 83 ± 4,09 0.58 Tekanan Darah Sistolik Setelah Intervensi mmHg 112,00 ± 7,72 111, 50 ± 8,92 0,82 Perbedaan Tekanan Darah Sistolik 11,17 12,33 Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik tenaga kerja sebelum intervensi pada kelompok perlakuan adalah 123,17 mmHg dan sesudah intervensi 112,00 mmHg . Tekanan darah sistolik untuk kelompok kontrol sebelum intervensi adalah 123,83 mmHg dan sesudah intervensi 111,50 mmHg. Dari hasil uji t kelompok perlakuan dan kontrol sebelum intervensi menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik dengan nilai p = 0,58 atau p 0,05 demikian juga uji beda kelompok perlakuan dan kontrol setelah intervensi menunjukkan tidak adanya perbedaan tekanan darah sistolik dengan nilai p = 0.82 atau p 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pemberian makanan tambahan tidak berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik. 4.5.2 Tekanan Darah Diastolik Hasil penelitian terhadap pengukuran tekanan darah diastolik tenaga kerja pada cold storage PT.X di Belawan adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Tekanan Darah Diastolik Tenaga Kerja pada kelompok perlakuan dan Kontrol sebelum dan sesudah Intervensi Variabel Perlakuan Kontrol

P. Value

Tekanan Darah Diastolik sebelum Intervensi mmHg 87,67 ± 4,09 88,00 ± 3,85 0,74 Tekanan Darah Diastolik Setelah Intervensi mmHg 79,33 ± 5,83 80,83 ± 6,03 0,13 Perbedaan Tekanan Darah Diastolik 8,34 7,17 Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah diastolik tenaga kerja sebelum intervensi pada kelompok perlakuan adalah 87,67 mmHg dan sesudah intervensi 79,33 mmHg. Tekanan diastolik rata-rata pada kelompok kontrol sebelum intervensi adalah 88,00 mmHg dan sesudah intervensi 80,83 mmHg. Dari hasil uji t kelompok perlakuan dan kontrol sebelum intervensi menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tekanan darah diastolik yang mana nilai p = 0,74 atau p 0,05 demikian juga uji t kelompok perlakuan dan kontrol setelah intervensi juga menunjukkan tidak adanya perbedaan tekanan darah diastolik dengan nilai p = 0,13 atau p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pemberian makanan tambahan tidak berpengaruh terhadap tekanan darah diastolik. Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Konsumsi Makanan Utama

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsumsi makanan utama responden mengandung zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Pengukuran konsumsi makanan merupakan suatu cara penentuan status gizi secara tidak langsung yang dapat dipakai sebagai bukti awal akan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang atau masyarakat. Hasil pengukuran konsumsi makanan dapat dipakai antara lain untuk menentukan tingkat kecukupan konsumsi gizi masyarakat yang dalam penelitian ini pada tenaga kerja di cold storage PT.X Belawan.

5.1.1. Konsumsi Energi

Dari hasil perhitungan konsumsi energi untuk kelompok perlakuan sebelum intervensi adalah sebesar 1676,39 kkal sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 1670,53 kkal. Dari hasil uji t tidak dijumpai perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah energi sebelum intervensi antara kelompok perlakuan dan kontrol. Dari hasil wawancara dengan metode recall 2x24 jam jumlah energi sebelum intervensi tergolong kategori rendah, hal ini dapat diasumsikan tenaga kerja mempunyai tingkat ekonomi yang sama, Jonni 2007 juga berpendapat bahwa keadaan ekonomi merupakan faktor yang penting dalam menentukan jumlah dan macam barang atau Herlinawati: Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress Pada Tenaga kerja Cold Storage PT. X Di Belawan, 2008. USU e-Repository © 2008