BAB II KERANGKA TEORI
2.1. Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Meski dimensi pembangunan menunjuk pada
setiap gerak dan aktivitas demi perbaikan kualitas hidup manusia secara luas, dalam realitas keseharian maknanya kerapkali menyempit menjadi sekedar upaya perbaikan
fisik dan ekonomi suatu masyarakat. Istilah pemberdayaan muncul sebagai kritik terhadap model pembangunan
arus utama yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi dan menyakini pendekatan Trickle Down Effect menetes ke bawah sebagai formula pembagian kue
pembangunan. Mode pembangunan yang popular saat ini adalah model pembangunan yang mengutamakan peningkatan keberdayaan manusiamasyarakat yang disebut
pembangunan yang berpusat pada masyarakat people centered development. Menurut Korten, at all., 2002:110 bahwa pembangunan adalah proses dimana
anggota-anggota suatu masyarakat meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional mereka untuk memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk
menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai dengan aspirasi mereka sendiri.
13
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
Definisi diatas menekankan pada proses pembangunan dan fokus utamanya adalah pada peningkatan kapasitas perorangan dan institusional. Definisi ini
mencakup asas keadilan, berkelanjutan dan pemerataan. Diakui bahwa masyrakat sendiri yang bisa menentukan apa sebenarnya yang mereka anggap perbaikan dalam
kualitas hidup mereka. Pembangunan sosial merupakan sumber gagasan dari awal konsep
pemberdayaan masyarakat, bermaksud membangun keberdayaan yaitu membangun kemampuan manusia dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Dalam pembangunan
sosial ditekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengentaskan kemiskinan Pembangunan Menurut Hadiman dan Midgley 1995 dalam Suharto
2005:5. Model pembangunan sosial menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan
melalui pemberdayaan kelompok marginal, yakni peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi secara berkelanjutan. Tujuan tersebut
dapat dicapai melalui : 1.
Menumbuhkembangkan potensi diri produktivitas masyarakat yang lemah secara ekonomi sebagai suatu aset tenaga kerja.
2. Menyediakan dan memberikan pelayanan sosial, khususnya pelayanan kesehatan,
pendidikan dan pelatihan, perumahan serta pelayanan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi sosial dalam kehidupan
masyarakatnya.
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
Pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dengan arah menumbuhkan potensi diri dari masyarakat yang lemah secara ekonomi sebagai suatu asset tenaga
kerja, dalam setiap kegiatan pemberdayaan menggunakan tenaga kerja yang diambil dari masyarakat setempat. Pemberdayaan dengan adanya pelayanan sosial mencakup
pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatihan, dan perumahan serta pemberdayaan yang membuat masyarakat dapat meningkatkan produktivitasnya dan dapat berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakatnya. Dasar dari proses pemberdayaan adalah pengalaman dan pengetahuan
masyarakat tetang keberadaannya dan ini berguna untuk mendorong masyarakat agar menjadi lebih baik, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya atau bangkit dari
keterpurukan dengan menggunakan dan mengakses sumber daya yang ada, baik sumber daya alam dan sumber daya manusiannya. Seperti pendapat Hikmat
2001:100 yang menyatakan pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga peningkatan harkat martabat,
rasa percaya diri dan harga dirinya, serta terpeliharanya budaya setempat. Proses pemberdayaan masyarakat ini bertitik tolak untuk memandirikan
masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Lebih lanjut, harapan dari proses pemberdayaan ini adalah terwujudnya masyarakat yang bermartabat. Dalam proses pemberdayaan perlu juga ditingkatkan kesadaran
akan hak dan kewajiban masyarakat, dengan memegang teguh aturan-aturan
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
mengenai apa yang menjadi hak dan mana yang bukan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, termasuk menumbuhkembangkan perilaku yang berbudaya.
Masyarakat sebagai individu tidak boleh pasrah pada kedaan yang dihadapi, atas dasar pandangan hidup bahwa segala sesuatu merupakan nasib buruk dirinya,
karenanya masyarakat harus didorong untuk dapat bangkit kembali menata kehidupannya setelah mengalami saat-saat yang sulit dalam hidupnya. Menurut
Kabeer 1994 dalam Prijono dan Pranarka 1996:61: “Ketidakberdayaan bukannya menunjuk pda tidak adanya kekuatan sama
sekali. Dalam realitas, mereka yang tampaknya hanya memiliki sedikit kekuatan ternyata justru mampu untuk bertahan, menggulingkan dan kadang-
kadang mentransformasikan kondisi hidup mereka.”
Dalam ketidakberdayaan masih ada kekuatan untuk mampu bertahan dan bangkit kembali untuk memperbaiki kehidupannya. Jadi kekuatan itu ada, hanya
perlu ditampakkan dan dikembangkan. Dasar proses pemberdayaan adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas
dan berguan serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik. Pemberdayaan adalah proses memberikan kekuasaan atau kekuatan kepada
masyarakat yang berada dalam kondisi tidak berdaya. Dalam pemberdayaan penting mendorong motivasi individu atau masyarakat untuk menentukan pilihan hidupnya.
Menurut Krisdyatmiko, 2003:1 bahwa konsep pemberdayaan empowerment dapat dimaknai sebagai upaya memberi power kepada yang powerless. Power diartikan
kekuasaan atau kekuatan, sehingga kegiatan pemberdayaan terkandung dua makna,
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
yaitu pertama, proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaaan dan kekuatan dari yang powerfull ke yang powerless. Kedua, proses memotivasi individu
atau kelompok masyarakat agar memiliki kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.
Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidupnya. Adanya proses perubahan sosial dalam proses pemberdayaan, dari yang pasif akhirnya menjadi lebih aktif dalam menyampaikan aspirasi dan pendapatnya,
lebih bersemangat untuk merubah nasibnya. Suharto 2005:60 berpendapat bahwa pemberdayaan adalah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Dalam memberdayakan mayarakat ada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan mereka, yang saat ini merupakan kelompok lemah. Proses
pemberdayaan ini dilakukan untuk memberdayakan masyarakat agar dapat memenuhi
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
kebutuhan hidupnya sehingga harapan kedepannya untuk mengembalikan kepercayaan diri masyarakat, mampu menyampaikan aspirasinya dan mempunyai
mata pencaharian yang merupakan seumber penghasilan mereka, dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan yang penting adalah masyarakat menjadi mandiri dalam
kehidupan sehari-harinya. Membangun dan memberdayakan masyarakat melibatkan proses dan tindakan
sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau
mememnuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki.Menurut Sumodiningrat 1999:131.
Dalam kerangka perencanaan, penentuan kelompok sasaran pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan umum universal dan pendekatan
khusus ideal. Dalam pendekatan universal bantuan dapat saja berupa dana, prasarana dan sarana diberikan kepada semua daerah dan semua penduduk secara
sama. Sementara pendekatan ideal, bantuan diberikan kepada penduduk atau daerah yang benar-benar memerlukan. Berdasarkan pendekatan-pendekatan ini, perencanaan
dalam penggunaan bantuan ditentukan sendiri oleh masyarakat. Syarat yang harus dipenuhi adalah kelengkapan indikator dan kejelasan mengenai kriteria alokasi
bantuan. Pendekatan yang digunakan dalam penentuan kelompok sasaran untuk
kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan dengan pendekatan umum universal dan
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
pendekatan khusus ideal. Dengan pendekatan universal bantuan diberikan kepada semua daerah dan semua penduduk secara sama, sedangkan pada pendekatan ideal
bantuan diberikan hanya kepada penduduk atau wilayah yang benar-benar memerlukan, perencanaan dalam penggunaan bantuan diserahkan kepada masyarakat
setempat berdasarkan kriteria alokasi bantuan. Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan ini merupakan
prinsip pembangunan berpusat pada rakyat. Perlunya restrukturisasi dalam sistem pembangunan sosial pada tingkat mikro masyarakat lokal, dan makro kebijakan
untuk mendukung prinsip pembangunan yang berpihak pada rakyat. Prinsip pembangunan berpusat pada rakyat menegaskan bahwa masyarakat
harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan. Hal ini berimplikasi pada perlunya restrukturisasi sistem pembangunan sosial pada tingkat mikro, meso, dan makro agar
masyarakat lokal tingkat mikro dapat mengembangkan potensi tanpa mengalami hambatan yang bersumber dari faktor-faktor eksternal pada struktur meso
kelembagaan dan makro kebijakan. Masyarakat lokal didorong untuk dapat mengembangkan potensinya sebagai
pelaku pembangunan. Hal ini juga harus didukung dengan kelembagaan dan kebijakan yang mendukung terwujudnya prinsip pembangunan yang berpusat pada
rakyat. Adanya kelembagaan dan kebijakan yang dapat mendorong mayarakat sebagai pelaku pembangunan.
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat, agar mampu
mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Menurut Hikmat 2001:3 konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan
dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang
sekarang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan ketidakberdayaan.
Dalam program pemberdayaan masyarakat harus diperhatikan bahwa masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen biasanya
mempunyai ikatan solidaritas yang tinggi sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya, adanya saling memerlukan diantara mereka, perasaan demikian yang pada
dasarnya merupakan identifikasi tempat tinggal dinamakan perasaan kumuniti community sentiment. Menurut Soekanto 1990:150 unsur-unsur perasaan komuniti
antara lain: a.
Seperasaan. Unsur perasaan akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut sehingga
kesemuanya dapat menyebutkan dirinya kelompok kami atau perasaan kami. Perasaan demikian timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai kepentingan
yang sama dalam didalam kebutuhan memenuhi kebutuha hidup. Kepentingan- kepentingan individu disesuaikan dengan kepentingan kelompok.
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
b. Sepenanggungan. Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan
keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya; dalam kelompok dijalankan, sehingga dia mempunyai kedudukan dalam kelompoknya.
c. Saling memerlukan. Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasa
dirinya tergantung pada komunitinya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan psikologisnya. Kelompok yang tergabung dalam
masyarakat setempat tadi, memenuhi kebutuhan-kebutuhan secara fisik seseorang, misalnya atas makanan dan perumahan. Secara psikologis individu
akan mencari perlindungan pada kelompoknya apabila ia ketakutan dan lain sebagainya.
Ikatan solidaritas yang tinggi di masyarakat dapat timbul karena adanya rasa seperasaan yang timbul jika terdapat kepentingan yag sama dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, rasa sepenanggungan karena setiap orang sadar akan perannya dalam kelompok dan adanya rasa saling memerlukan diantara masyarakat setempat,
mereka tergantung pada kelompoknya dalam memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan atas pangan, sandang, dan sebagainya, maupun kebutuhan psikologisnya
seperti rasa aman, rasa percaya diri dan sebagainya. Dalam program pemberdayaan penting juga diperhatikan modal sosial yang
dimiliki masyarakat setempat. Seperti yang dinyatakan oleh Fukuyama 2002 dalam Hasbullah 2006:8:
“Modal sosial adalah segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan didalamnya
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini akan menjadi kunci bagi keberhasilan program pemberdayaan yang terdapat
di wilayah tersebut.” Konsep modal sosial menekankan pada kebersamaan masyarakat untuk
mencapai tujuan dan memperbaiki kualitas hidupnya, kerjasama tersebut dengan melalui hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, dibangun di atas
kepercayaan yang ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mendukungnya seperti yang dinyatakan Hasbullah 2006:8 bahwa:
“Inti konsep modal sosial memberikan penekanan pada kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas kehidupan dan
senantiasa melakukan perubahan da penyesuaian secara terus menerus dalam proses perubahan dan upaya untuk mencapai tujuan masyarakat senantiasa
terikat pada nilai-nilai dan norma yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah laku serta berhubungan dengan pihak lain. Acua
nilai dan unsure yang merupakan ruh modal sosial antara lain: sikap partisipatif, sikap yang saling memperhatikan, saling memberi dan menerima,
saling percaya dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma yang mendukungnya. Unsur lain yang memegang peranan penting adalah kemauan masyarakat atau
kelompok tersebut untuk terus menerus pro aktif baik dalam mempertahankan nilai, membentuk jaringan kerjasama maupun dengan penciptaan kreasi dan
ide-ide baru.” Modal sosial akan meningkatkan kesadaran bersama tentang banyaknya
kemungkinan peluang yang bisa dimanfaatkan dan juga kesadaran bahwa nasib bersama akan saling terkait dan ditentukan oleh usaha bersama yang dilakukan.
Tumbuhnya sikap partisipatif, sikap saling percaya, saling memberi dan menerima. Berbagai program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintahah akan
jauh lebih efektif jika dilakukan di tengah masyarakat yang memiliki modal sosial yang kuat. Program infrastruktur perGampongan misalnya dapat dijadikan jalan
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
untuk melibatkan partisipasi penduduk Gampong secara maksimal dan demikian dana pemerintah tidak saja akan terbebas dari kemungkinan disalahgunakan, masyarakat
sendiri akan memberikan sumbangan ide, tenaga, maupun sumbangan bentuk lainnya guna memaksimalkan pekerjaan pemerintah di kampung mereka.
Setiap program pemberdayaan yang akan dilaksanakan harusnya terlebih dahulu dengan memetakan situasi masyarakat setempat, setiap wilayah tertentu akan
berbeda kebutuhannya. Program pemberdayaan yang diperlukan masyarakat adalah pemberdayaan yang dapat membuat mereka memperoleh manfaat dari program
tersebut dan dapat membuat masyarakat pada akhirnya menjadi mandiri, misalnya lewat pemberdayaan ekonomi. Perlu juga mendorong partisipasi masyarakat agar
terlibat dalam program pemberdayaan yang terdapat di wilayahnya. Penting juga untuk membangun jaringan kerja untuk mendukung pelaksanaan program
pemberdayaan tersebut dan menegakkan prinsip keadilan dalam program pemberdayaan yang ada. Bantuan yang diberikan hendaknya tepat sasaran, diberikan
pada orang yang memerlukannya.
2.2. Partisipasi Masyarakat