Bencana Gempa Bumi dan Tsunami

4.2. Bencana Gempa Bumi dan Tsunami

Bencana Gempa Bumi dan Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 disepanjang pantai Aceh dan Sumatra serta Negara Asia lainya telah menimbulkan ratusan ribu korban jiwa dan menghancurkan ratusan ribu rumah dan sarana umum lainya serta sendi-sendi perekonomian masyarakat. Akibat Bencana tersebut juga telah menimbulkan ratusan ribu jiwa pengungsi. Kecamatan Blang Mangat sebagai salah satu Kecamatan dalam Kota Lhokseumawe merupakan daerah terparah akibat terjadi nya Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Berikut data yang dapat di sampaikan berkaitan dengan jumlah Kepala Keluarga Miskin dan data korban tsunami di Kecamatan Blang Mangat. Tabel 17. Data Perempuan sebagai Kepala Keluarga Miskin di Kemukiman Meuraksa No. GampongGampong Jumlah 1. Teungoh 21 2. Blang Teue 13 3. Kuala 43 4. Blang Cut 33 5. Jambo Mesjid 24 6. Jambo Timu 29 7. Tunong 38 8. Baloy 3 Jumlah 204 Sumber: Seksi ketentraman dan ketertiban Tahun 2007 M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. Tabel 18. Data Perempuan sebagai Kepala Keluarga Korban Tsunami dalam Kecamatan Blang Mangat No. GampongGampong Jumlah 1. Teungoh 3 2. Blang Teue - 3. Kuala 1 4. Blang Cut 16 5. Jambo Mesjid 4 6.. Jambo Timu 2 7. Tunong 1 8. Baloy Jumlah 27 Sumber: Seksi ketentraman dan ketertiban April Tahun 2007 Para pengungsi dalam Kecamatan Blang Mangat baik yang tinggal di huntara maupun tenda petengahan tahun 2006 semua telah kembali kerumah masing-masing yang telah dibangun oleh BRR maupun berbagai NGO asing sebagaimana pada tabel halaman berikut ini. M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. Tabel 19. Jumlah Bantuan Rekontruksi Rehabilitasi Perumahan bagi Korban Imbas Tsunami dalam Kemukiman Meuraksa No. GampongGampong Kebutuhan Bantuan Rumah Jumlah bantuan Rumah Sumber bantuan Type 1. Jambo Mesjid 134 unit 2 unit Caritas Germany 63 M² 102 unit Caritas Germany 40 M² 2. Jambo Timu 224 unit 54 unit BRR 36 M² 170 unit Malteser Internasional 36 M² 3. Teungoh 85 unit 50 unit IOM 36 M² 1 unit BRR 36 M² 4. Kuala 144 unit 50 unit IOM 36 M² 20 unit Save The Children Rmh panggung 16 unit Oxfam 36 M² 9 unit BRR 36 M² 36 unit BRR 36 M² 5. Blang Cut 129 unit 27 unit BRR 36 M² 38 unit IOM 36 M² 40 unit Muslim AID 45 M² 6. Tunong 120 unit 50 unit BRR 36 M² 54 unit IOM 36 M² 7. Baloy 84 unit 50 unit BRR 36 M² 28 unit Rekompak 36 M² 6 unit Rekompak 36 M² 8. Blang Teu 57 unit 57 unit IOM 36 M² Jumlah 977 unit 860 unit Sumber: Seksi ketentraman dan ketertiban Tahun 2007 M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. Tabel 20. Jumlah Penerima Beras Program Raskin Kecamatan Blang Mangat Bulan Januari tahun 2007 No. GampongGampong Jumlah RTM Kuantum Kg Nilai 1. Teungoh 115 1,150 1.150.000 2. Blang Teue 54 540 540.000 3. Kuala 216 2.160 2.160.000 4. Blang Cut 278 2,780 2.780.000 5. Jambo Mesjid 177 1,770 1.770.000 6. Jambo Timu 208 2,080 2.080.000 7. Tunong 185 1,850 1.850.000 8. Baloy 149 1,490 1.490.000 Jumlah 1.382 13.820 13.820.000 Sumber: Kantor Camat Blang Mangat Tahun 2007 4. 3. Keadaan Kemukiman Meuraksa Pasca Gempa dan Tsunami Pasca gempa dan tsunami awalnya Kemukiman Meuraksa tidak mendapatkan perhatian dari pihak manapun namun setelah beberapa hari baru mendapat bantuan sembako dari Pemerintah Kota Lhokseumawe hal ini belum terkoordinasinya persiapan bantuan. Akibat bencana tersebut telah menimbulkan banyak korban jiwa, rumah dan harta benda lainnya serta timbulnya beberapa titik pengungsian baik di Meunasah, Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia, maupun mengungsi ke tempat sanak saudaranya yang tidak terkena tsunami. Masyarakat yang mengungsi tidak hanya disebabkan oleh rumahnya rusak ataupun hanyut akan tetapi bagi yang rumahnya terendam air juga ikut mengungsikan dirinya ke tempat pengungsian, ini disebabkan masih dihinggapi perasaan takut untuk kembali ke rumahnya masing-masing. M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. Mereka khawatir kalau gempa dan tsunami akan kembali melanda Gampong mereka yang tidak jauh dari bibir pantai. Keadaan Gampong yang porak poranda, mayat-mayat yang bergelimpangan, masih seringnya terjadi gempa dalam skala kecil menambah ketakutan masyarakat untuk pulang kerumah. Aliran lisrik yang putus, membuat Kemukiman Meuraksa dan Gampong-Gampong sekitarnya menjadi gelap gulita, keadaan yang sangat menyeramkan pada saat itu. Wajar saja jika masyarakat Gampong beramai-ramai mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti keterangan Geuchik Jambo Timu : “Pada saat terjadi tsunami mayat berserakan, bahkan ia sendiri ikut terbawa arus air tsunami. Setelah kejadian tersebut bagi masyarakat yang rumahnya luput dari tsunami disuruh pulang ke rumah akan tetapi enggan untuk kembali ke rumah mereka, jangankan di waktu malam pada waktu siang hari saja mereka juga merasa takut untuk pulang ke rumah. Saya mengambil inisiatif untuk membuka dapur umum, beras saya kumpulkan di dapur umum. Pada saat itu tidak ada tenda, kami mengungsi di RSUD Cut Mutia. 2522008 Selama 4 hari masyarakat kami bersama dengan masyarakat Gampong lainnya mengungsi di RSUD Cut Mutia, mereka baru mendapat bantuan sembako dan obat-obatan. Akhirnya setelah seminggu mengungsi di tempat tersebut baru mendapat bantuan tenda dari Kecamatan dan Rumah Sakit barupa tenda plastik bukan tenda dari terpal, kemudian mereka pindah tinggal di tenda. Pengungsi yang masih tinggal di tenda berusaha tegar dalam menjalani kesehariannya, terkadang jika ada angin kencang tenda mereka menjadi ambruk, sesekali masih ada gempa. Saat itu masih ada konflik bersenjata, terkadang ada bunyi letusan senjata yang membuat penduduk Gampong semakin merasa tidak nyaman. M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. Hampir semua wilayah dalam Kecamatan Blang Mangat merupakan daerah konflik bersenjata, karena di wilayah tersebut banyak terdapat bukit-bukit yang di sinyalir menjadi tempat persembunyian anggota Gerakan Aceh Merdeka GAM sedangkan di sepanjang pantai Meuraksa sebelum tsunami sering digunakan pihak tertentu sebagai tempat pemasok senjata. Setelah gempa dan tsunami pada saat itu konflik bersenjata juga menjadi kekhawatiran masyarakat Kemukiman Meuraksa. Pada malam hari mereka khawatir jika terjadi baku tembak, padahal mereka tinggal ditenda plastik yang tentunya sangat tidak aman bagi masyarakat. Belum lagi saat itu hujan sering turun, sehingga tenda- tenda mereka terendam air. Kondisi keamanan yang tidak kondusif membuat masyarakat semakin terpuruk ke dalam situasi yang tidak menentu. Pada saat sebelum perjanjian perdamaian antara GAM dan pemerintah disepakati, masyarakat Gampong terbagi menjadi kelompok yaitu kelompok yang memihak pemerintah dan kelompok yang memihak terhadap GAM Gerakan Aceh Merdeka, kalau ada musyawarah Gampong biasanya kelompok yang memihak kepada GAM tidak mau mengikuti rapat-rapat Gampong, mereka mempunyai rapat- rapat tersendiri. Setelah penandatangan MOU antara pemerintah RI dan GAM pada bulan Agustus 2005, masyarakat di Gampong ini terekatkan kembali walaupun prosesnya perlahan-Iahan. Kepala Gampong Blang Cut misalnya menyatakan: “Kalau konflik sudah tidak ada lagi semenjak ditanda tangani MOU antara pemerintah dengan GAM, mereka sudah berbaur dengan masyarakat. Sikap masyarakat terhadap pendatang ramah asalkan pendatang tersebut tidak sombong. Berbagai NGoLSM banyak datang kesini untuk melakukan M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. asesment bantuan rumah, sarana umum dan pengembangan ekonomi masyarakat korban tsunami. Tanggapan mereka masyarakat di sini ramah dan terbuka terhadap pendatang. 250208 Para kombatan GAM dan masyarakat yang dulunya memihak kepada GAM telah kembali ke Gampong dan mereka menyesuaikan diri dengan situasi saat ini, mereka mulai berbaur dengan masyarakat, kembali berinteraksi dengan pemerintahan Gampong, masyarakat Gampong dan pihak-pihak yang luar yaitu LSM domestik dan LSM Internasional yang melakukan program rehabilitasi dan rekontruksi di Kemukiman Meuraksa. Mereka mulai menunjukkan partisipasinya terhadap penangganan korban tsunami bersama dengan NGo dan LSM yang masuk ke Kemukiman tersebut. Saat itu bantuan bahan pangan berupa sembako dan uang bantuan yaitu jatah hidup yang merupakan bantuan pemerintah pusat yang disalurkan oleh Pemerintah Daerah melalui Kecamatan dan Gampong hanya diberikan untuk yang tinggal di barak dan tenda adalah masyarakat yang rumahnya hanyut, hancur dan rusak berat. Menurut keterangan salah satu penduduk di Kuala: Bantuan sembako dan jatah hidup pada saat itu hanya diberikan untuk para pengungsi yang tinggal di barak dan tenda saja, sesuai intruksi gubernur NAD. Kami merasa keberatan dengan keputusan tersebut, kami jadi kewalahan, karena penghasilan masyarakat kami pasca tsunami yang tidak menentu, yang diperhatikan hanya warga yang rumahnya hanyut dan hancur, padahal di Kemukiman Meuraksa kalaupun rumahnya tidak rusak dan bahkan ada yang rusak ringan dan pada umumnya kehilangan mata pencaharian termasuk peralatan nelayan dan tambak bagi orang tersebut tidak mendapat jadup. 28022008 M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. Saat itu masyarakat masih banyak yang tinggal di barak dan tenda akan tetapi berdasarkan instruksi Gubernur NAD akhir Oktober 2005 kepada para pengungsi tersebut tidak lagi mendapat bantuan sembako dan jadup. Masyarakat berharap agar mereka masih mendapatkan bantuan berupa jatah hidup dan sembako, dikarenakan mereka masih belum mempunyai penghasilan dikarenakan mereka belum mulai bekerja, belum ada yang berlayar untuk mencari ikan, karena alat-alat nelayan seperti perahu masih banyak yang rusak. Sampah yang berasal dari tsunami yaitu berupa puing-puing bangunan seperti seng, kayu-kayu bahkan masyarakat memperkirakan masih ada mayat yang tertimbun dibawah-bawah puing-puing tersebut, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Panglima Laot Meuraksa Ali Panton; ”Sangat kita sesalkan instruksi Gubernur NAD terhadap penghentian Jadup kepada para pengungsi, karena para pengungsi tersebut belum memiliki mata pencaharian yang pada umumnya nelayan dan bahkan peralatan nelayan juga banyak yang hancur serta para nelayan juga masi trauma ke laut. Menghadapi persoalan tersebut pengungsi yang rumahnya rusak atau hanyut dan belum bisa kembali ke rumah karena belum terbangunnya rumah oleh pihak pemberi bantuan, mereka masih tetap berteduh di barak dan tenda dan sebagai mata pencaharian pengganti untuk menghidupi keluarganya mereka sebagian bekerja sebagai buruh kasar pada bangunan rumah yang sedang dibangun oleh NGo maupun BRR sedangkan sebagian lagi yang belum memiliki pekerjaan, mereka hari-harinya ikut dalam membersihkan puing-puing rumah yang telah hancur atau hanyut akibat gempa bumi dan tsunami. M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.

4.4. Proses Partisipasi Masyarakat di Kemukiman Meuraksa