Mendorong Partisipasi Masyarakat Dan Keberlanjutan Program Pemberdayaan Masyarakat

Perencanaan juga merupakan proses pengambilan keputusan. Undang-undang tentang rehabilitasi dan rekontruksi Aceh adalah salah satu keputusan yang dikeluarkan pemerintah untuk itu. Pemahaman ini dilandasi pemikiran bahwa proses mempersiapkan tujuan-tujuan pembangunan harus melewati proses pengambilan keputusan dalam suatu organisasi tertentu. Dengan format sebagai sebuah keputusan, maka dalam tindak berikutmya akan dilanjutkan menjadi aksi atau tindakan. Dalam aplikasinya, NAD yang porak poranda membutuhkan perencanaan yang matang di bidang sosial. Perencanaan sosial untuk membangun Aceh kembali meliputi pendidikan, kesejahteraan sosial, jaminan sosial, kesehatan, peru mahan dan bidang lamnya yang relevan.

4.8. Mendorong Partisipasi Masyarakat Dan Keberlanjutan Program Pemberdayaan Masyarakat

Program rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana di Nanggroe Aceh Darussalam perlu melibatkan masyarakat Aceh. Jangan sampai masyarakat Aceh hanya dijadikan objek berbagai kegiatan pembangunan yang berlangsung. Pemerintah perlu menyikapi keinginan dan mempertimbangkan konsep dari masyarakat. Ini berkaitan dengan rencana pembangunan tempat tinggal bagi mereka yang rumahnya rusak, perlu dipertimbangkan bahwa lokasi tempat tinggal kerap memiliki latar belakang historis dan stuktur sosial tersendiri. Tidak mudah untuk memindahkan korban bencana terse but ke tempat lain. M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. Masyarakat sebenamya memiliki ban yak potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun sumber daya sosial dan budaya. Masyarakat memiliki kekuatan yang bila digali dan disalurkan akan menjadi energi besar untuk pengentasan kemiskinan. Cara mengali dan mengunakan sumbersumber daya yang ada pada masyarakat inilah yang menjadi inti pemberdayaan masyarakat. Menurut Adimihardja 2003:24: Didalam pemberdayaan masyarakat yang penting adalah bagaimana menjadikan masyarakat pada posisi pelaku pembangunan yang aktif dan bukan penerima pasif. Konsep gerakan pemberdayaan masyarakat dalam pembengunan, mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat, dengan strategi pokok memberi kekuatan atau power kepada masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan harus selalu didorong dan dikembangkan. Jiwa partisipasi masyarakat tersebut adalah semangat solidaritas sosial yaitu hubungan sosial yang selalu didasarkan pada perasaan moral bersama, kepercayaan bersama dan citacita bersama. Partisipasi perempuan juga harus didorong, agar mereka juga terlibat dalam setiap musyawarah atau rapat Gampong untuk mengambil keputusan tentang kegiatan yang dilakukan di Gampong setempat, agar perempuan juga berperan dalam pembangunan Gampong dan kegiatan pemberdayaan yang terdapat di Gampongnya, perempuan juga menjadi pelaku pembangunan di Gampongnya. Pentingnya keberlanjutan program pemberdayaan, tidak cukup hanya rehabilitasi rumah, setelah masyarakat memiliki rumah perlu juga dipikirkan keberlanjutan ekonomi masyarakat, karena banyak masyarakat yang kehilangan mata M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. pencaharian akibat lahan pertanian mereka hancur, dan mereka juga tidak memiliki modal untuk memulai usaha. Disamping modal untuk usaha tani dan nelayan perlu juga modal untuk menambah pendapatan keluarga yaitu petemakan, pembuatan kue, pembuatan emping melinjo, usaha kerajinan dari bambu . Pemerintah berjanji untuk memberikan modal untuk modal usaha, masyarakat dapat memperoleh bantuan ini dengan membentuk kelompok dan mengajukan proposal kepada pemerintah daerah. Kenyataan dilapangan masyarakat banyak yang tidak tahu tentang hal ini, kurangnya sosialisasi dari BRR dan pemerintah daerah. Sosialisasi program pemberdayaan masyarakat juga penting untuk dilakukan agar masyarakat memproleh informasi dan hak mereka untuk mendapatkan bantuan yang dijanjikan untuk pemulihan perekonomian masyarakat. BRR hanya merehabilitasi rumah korban tsunami yang mempunyai tanah, sementara korban tsunami yang tidak memiliki tanah hanya difasilitasi uang sewa rumah. Jika kontraknya rumah berakhir mereka tidak tahu harus kemana. Padahal harga uang sewa rumah di Banda Aceh dan Aceh besar pasca Gempa dan Tsunami melonjak dikarenakan banyaknya NGOLSM lokal, nasional, internasional dan badan PBB, lembaga donor Internasional yang bekerja di Aceh yang menyewa rumah untuk kantor mereka, dengan standar yang tinggi, akibatnya harga sewa rumah saat ini di Aceh di Banda Aceh dan Aceh Besar menjadi mahal. Bagi korban tsunami yang ingin menyewa rumah, bisa dibayangkan betapa mahalnya rumah yang akan disewa, sementara perekonomian mereka belum pulih, wajar saja jika mereka merasa cemas. M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008. Harapan ke depan korban gempa dan tsunami yang tidak mendapatkan bantuan rumah karena tidak memilik tanah adalah mereka diberikan kredit untuk membeli tanah, sehingga dengan adanya tanah mereka juga mendapat bantuan rumah. Pihak manapun yang mempunyai program pemberdayaan baik dari pemerintah sendiri, LSM domestik dan Internasional diharapkan untuk memperhatikan pentingnya mendorong partispasi masyarakat dan mengedepankan keberlanjutan program pemberdayaan itu sendiri, agar tidak putus di tengah jalan. Adanya partisipasi dari masyarakat diharapkan akan mempercepat proses rehabilitasi dan rekontruksi Aceh dan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, memulihkan trauma, mengembalikan rasa percaya diri, memotivasi kerja dan membangkitkan perekonomian masyarakat. Pada akhimya masyarakat akan lebih berdaya untuk melanjutkan kehidupan di masa depan. Masyarakat menjadi mandiri karena usaha mereka sendiri .

4.9. Model Kebijakan Sosial Untuk Pemberdayaan Masyarakat Korban Tsunami