BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bencana gelombang tsunami yang diawali gempa bumi berkuatan 8,9 skala ricther SR pada pukul 08.15 Wib yang melanda Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam NAD dan Propinsi Sumatera Utara pada 26 Desember 2004 telah membuat porak poranda kota di sepanjang barat daerah pantai Nanggroe Aceh
Darussalam dan Propinsi Sumatera Utara. Kerusakan Aceh akibat bencana gempa bumi dan Tsunami mencakup
1.600 KM daerah pantai yang membentangi dari Aceh Timur hingga Aceh Barat sampai Aceh Singkil. tsunami yang hanya berlangsung dalam hitungan menit
suasana Aceh berubah total bagai jarum jam berbalik arah berputar kencang melibas apa yang ada di depannya semua jadi rapuh dalam amukan gelombang
tsunami bagaikan negeri dilanda kiamat. Bencana sedahsyat tsunami mengubah orang dalam situasi baru, mereka harus berjuang untuk beradaptasi, kehilangan
orang terdekat, harta, pekerjaan dan rencana masa depan yang sudah direncanakan.
Gempa bumi dan tsunami menyisakan kerusakan infrastruktur yang luar biasa. Jalan dan jembatan hancur, rumah-rumah penduduk banyak mengalami
kerusakan dari yang berat sampai yang ringan bahkan banyak yang hancur. Begitu juga dengan kantor pemerintahan, rumah sakit, sekolah-sekolah, pasar-pasar,
pelabuhan nelayan dan sebagainya. Perekonomian masyarakat terhenti total,
1
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Bla USU e-Repository © 2008.
Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias dalam sekejap kehilangan masa depan. Ratusan ribu orang tewas dan hilang dalam bencana gempa dan tsunami tersebut.
Bagi orang-orang yang selamat dari gempa bumi dan tsunami telah berimbas pada kenyataan kehidupan yang memperihatinkan, ratusan ribu
masyarakat terpaksa harus mendiami tenda-tenda pengungsi dengan segala kenestapaan dan kekurangan. Mereka suka atau tidak suka harus menghadapi
kenyataan sebagai penerima bantuan, padahal sebelumnya mungkin tidak pernah dibayangkan apalagi direncanakan.
Berdasarkan data dari media center Lembaga Informasi Nasional LIN, jumlah korban tewas akibat becana gempa bumi dan gelombang tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumut diperkirakan 173.741 jiwa dan jumlah pengungsi 394.539 jiwa. Korban tersebut berasal dari berbagai wilayah Aceh yang
letak wilayahnya dekat dengan bibir pantai seperti yang terdapat pada tabel dibawah ini.
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Bla USU e-Repository © 2008.
Tabel 1. Data Korban Bencana Gempa dan Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumut
No. Daerah Penduduk Wafat
Pengungsi 1
Kota Banda Aceh 269.091
78.417 40.331
2 Kab. Aceh Besar
306.718 58
108.747 3 Kab.
Sabang 27.447
18 5.527
4 Kab. Pidie
517.452 4.646
38.697 5 Kab.
Bireun 350.964
1.488 17.041
6 Kab. Aceh Utara
395.800 2.217
28.113 7 Kota
Lhokseumawe 156.478
394 16.412
8 Kab. Aceh Timur
253.151 224
16.160 9 Kota
Langsa 141.138
2.806 10
Kab. Aceh Tamiang 238.718
800 11
Kab. Aceh Jaya 111.671
16.661 40.382
12 Kab. Aceh Barat
97.523 11.830
29.201 13
Kab. Nagan Raya 152.748
493 9.964
14 Kab. Aceh Barat Daya
153.411 835
113.964 15
Kab. Aceh Selatan 167.052
6 5.634
16 Kab. Simeulue
76.629 22
15.551 17
Kab. Aceh Singkil 174.007
73 18
Kab. Aceh Tengah 158.641
192 4.005
19 Kab. Aceh Tenggara
168.034 26
20 Kab. Gayo Lues
67.514 27
21 Kab. Bener Meriah
120.00 36
1.204 Jumlah
4.104.187 173.741
394.539 Sumber Data: Bakornas PBP-Depkes-Depsos-Media Centre Lembaga Informasi
Nasional LIN 31 Januari 2005.
Untuk menjalankan penanganan korban gempa dan tsunami Aceh dan Sumut secara sistematis dan menyeluruh, pemerintah melakukan koordinasi
penanganan, mencakup koordinasi pelaksanaan upaya pertolongan dan penyelamatan serta perbaikan pada tahap tangga darurat emergency response.
Dalam pelaksanaannya Bakornas PBP dengan membentuk Posko Nasional Bencana Aceh, Posko daerah di Banda Aceh dan Satkorlak-satkorlak. Hal ini
untuk mengefektifkan koordinasi penanggulangan bencana secara khusus. Selanjutnya, kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Bla USU e-Repository © 2008.
Bappenas dengan memobilisasi berbagai potensi dan tim diberbagai departemenLPND, Universitas dan juga masyarakat membentuk lembaga Badan
Rehabilitasi dan Rekontruksi BRR Aceh dan Nias melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2005.
Lembaga ini bersama Bappenas dan instansi pemerintah pusat lainnya dan pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias-Sumut serta
lembaga sosial kemasyarakatan, tokoh-tokoh masyarakat, lembaga internasional baik bilateral maupun multilateral menyusun rencana rehabilitasi dan rekontruksi
masyarakat aceh pasca bencana yang dikelompokkan dalam bidang tata ruang dan pertanahan, lingkungan hidup dan sumber daya alam, prasarana dan sarana umum,
ekonomi dan ketenaga kerjaan, sistim kelembagaan, agama, sosial budaya dan sumber daya manusia, hukum, ketertiban, keamanan dan rekonsiasi, akuntabilitas
dan pendanaan. Koordinasi penyusunan rencana kegiatan untuk penanggulangan bencana
di NAD dan Nias-Sumut dengan melibatkan berbagai unsur yang pelaksanaannya dimulai dari tahapan perencanaan sampai kepada pelaksanaan sebagai upaya
untuk membangun sinergi dan keterpaduan kegiatan di lapangan. Secara matrik langkah-langkah Rekontruksi dan Rehabilitasi Aceh dan
Nias pasca Tsunami dapat di lihat dalam tabel berikut :
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Bla USU e-Repository © 2008.
Jangka mendesak : 0-6 bulan Jangka pendek : 0, 5-2 tahun
Jangka menengah : 5 tahun
DARURAT PEMULIHANRECOVERY
Jangka mendesak : 0-6 bulan Jangka pendek : 0, 5-2 tahun
Jangka menengah : 5 tahun
TANGGAP DARURAT-RELIEF
REHABILITAS REKONSTRUKSI
Sasaran :
Penyelamatan dan pertolongan
kemanusiaan
Sasaran :
Memperbaiki pelayanan publik pada
tahap yang memadai
Sasaran :
Membangun kembali masyarakat dan
kawasan •
Penyelamatan tanggap darurat
• Pemakaman jenazah
• Penyediaan
makanan dan obat- obatan
• Perbaikan prasarana
dan sarana dasar •
Prasarana dan sarana Umum
• Sarana Ekonomi
• Perbankan dan
keuangan •
Rawatan traumatis •
Pemulihan Hak Atas Tanah
• Penegakkan Hukum
• Perumahan
sementara •
Ekonomi sektor produksi,
perdagangan, perbankan
• Sistim transportasi
• Sistim
telekomunikasi •
Tatanan sosial dan budaya
• Kapasitas institusi
•
permukiman
Sumber : BRR NAD Nias-Sumut Tahun 2005
Gambar 1. Langkah-langkah Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh dan Nias Pasca Tsunami
Meskipun harus diakui bahwa setelah setahun pasca tsunami masih
terdapat berbagai kekurangan, atau belum normal seperti banyak korban yang masih berada di barak dan tenda-tenda pengungsi, kerena belum terbangunnya
infrastruktur dan suprastruktur, serta belum adanya jaminan masa depan bagi sebagian korban bencana, terutama perumahan. Rumah begitu penting bagi
sebuah keluarga dalam masyarakat aceh yang dikaitkan dengan fungsi utama rumah sebagai tempat ibadah disamping menjadi simbol kesenangan hidup
seseorang. Rumah dalam pengertian milik pribadi, bukan dalam bentuk sewa apalagi menumpang sementara. Al-baiti jannati rumahku surgaku.
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Bla USU e-Repository © 2008.
Ini bermakna, seseorang baru dikatakan hidup didunia apabila ia sudah memiliki rumah sebagai tempat tinggal anak-anaknya istri yang soleha sebagai ibu
yang menjadi ladang hidup keluarga dan pendidikan anak-anaknya, serta pekerjaan yang tetap sebagai simbol sarana beraktifitas untuk melaksanakan usaha
dalam menjalani usahanya. Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe merupakan salah satu
Kecamatan di Kota Lhokseumawe yang terparah terkena gempa bumi dan tsunami yaitu di Kemukiman Meuraksa. Kemukiman Meuraksa adalah salah satu dari tiga
kemukiman dalam Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe yang berbatasan dengan Selata Malaka yang meliputi 8 Gampong.
Pada saat terjadi Gempa Bumi dan Tsunami, masyarakat dalam kemukiman tersebut melakukan pengungsian secara besar-besaran untuk mencari
perlindungan di tempat yang lebih aman dengan membuka tenda yaitu di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia Lhokseumawe dan di Meunasah dengan jumlah
para pengungsi sebagaimana tersebut pada tabel dibawah ini: Tabel 2. Jumlah Pengungsi dan Tempat Pengungsian Korban Gempa Bumi dan
Tsunami Dalam Kecamatan Blang Mangat
Jumlah Pengungsi Tempat Pengungsian
No. Nama Gampong
KK Jiwa
L+P RSUD
Cut Mutia Jiwa
Meunasah masing-
masing Jiwa
Tinggal di rumah
keluarga Jiwa
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
Kuala Blang Cut
Jambo Timu Jambo Mesjid
Blang Teue Baloi
Teungoh Tunong
214 275
204 172
49 143
112 181
851 1.189
765 681
204 553
461 687
654 1.012
698 589
163 491
394 587
173 121
48 67
28 39
39 73
24 56
19 25
13 23
28 27
Jumlah 1.349 5.391
4.588 588
215
Sumber data : Satlak PB Kota Lhokseumawe, 2005
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Bla USU e-Repository © 2008.
Para sebagaian pengungsi sebagaimana tersebut diatas setelah seminggu terjadi tsunami secara berangsur-angsur kembali ke rumah masing-masing kecuali
para pengungsi di empat Gampong yang berada di sepanjang bibir pantai yang rumahnya hancur atau hanyut diakibatkan oleh gempa bumi dan tsunami tersebut
masih tetap bertahan di tenda-tenda pengungsian. Kemudian pada awal Mei 2005 para pengungsi tersebut kesemuanya dipindahkan untuk menempati tenda dan
barak pengungsian yang berlokasi di Lapangan Dolog dan Lapangan Exxon Mobil Gampong Blang Cut yang dibangun oleh Pemerintah Pusat melalui Departemen
Pekerjaan Umum masing-masing 144 ruangan barak di Lapangan Exxon Mobil Gampong Blang Cut dan 120 ruangan barak di Lapangan Dolog. Jumlah para
pengungsi yang menempati tenda dan barak sementara sebagaimana tersebut dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3. Jumlah Korban Tsunami yang Menempati Tenda dan Barak di Kecamatan Blang Mangat
Tempat Hunian No. Nama
Gampong Jumlah
Pegungsi KK
Jumlah Pengungsi Jiwa
Barak KK
Tenda KK
Tinggal dirumah
keluarga KK
1. 2.
3. 4.
Jambo Timu Jambo Mesjid
Kuala Blang Cut
175 134
56 27
704 556
206 113
139 82
16 27
28 40
21 -
8 12
19 -
Jumlah 392 1.579
264 89
39
Sumber : Kantor Camat Blang Mangat 2006
Disamping keempat Gampong tersebut diatas yang mengalami rumahnya
hanyut dan hancur berat serta korban jiwa juga terdapat beberapa Gampong lainnya dalam kemukiman Meuraksa yang terkena dampak gempa bumi dan
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Bla USU e-Repository © 2008.
tsunami yang mengakibatkan kerusakan ringan baik rumah maupun harta benda lainnya, sebagaimana tersebut pada tabel di bawah ini :
Tabel 4. Data Kondisi Rumah dan Korban Jiwa Akibat Gempa Bumi dan Tsunami di Kecamatan Blang Mangat
Kondisi Rumah No. Nama
Gampong Hanyut
Rusak Berat
Rusak Ringan
Korban Jiwa
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
Kuala Blang Cut
Jambo Timu Jambo Mesjid
Blang Teue Baloi
Teungoh Tunong
64 4
67 64
2 -
- -
59 101
3 68
53 64
51 80
21 24
154 2
2 20
34 40
15 10
111 74
6 1
2 1
Jumlah 201 479
297 221
Sumber : Kantor Camat Blang Mangat, 2005
Akibat gempa bumi dan tsunami tersebut telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 221 orang, dan menghanyutkan rumah penduduk sebanyak 201 unit
rumah dan rusak berat 479 unit serta rusak ringan 297 unit rumah. Saat itu penaganan masalah pasca tsunami di kemukiman Meuraksa
memang tergolong lambat bahkan banyak pihak cenderung menjanjikan sesuatu tetapi realisasi tidak jelas. Masyarakat juga tidak diajak bicara untuk membangun
kembali wilayahnya, bahkan tidak memiliki informasi yang jelas tentang apa yang akan dilakukan pemerintah maupun lembaga donor yang pernah masuk ke
wilayah mereka dan menjanjikan membangun perumahan maupun usaha ekonomi alternative.
Bencana gempa dan tsunami juga telah memporak porandakan kehidupan masyarakat dan dalam sekejab waktu mendadak sontak berubah isteri jadi janda,
suami jadi duda, anak-anak jadi yatim piatu bahkan ada yang tinggal sebatang
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Bla USU e-Repository © 2008.
kara serta orang kaya mendadak menjadi papa dan hidup di tenda-tenda pengungsian sehingga orang harus membangun masa depannya dari awal dan
biaya untuk itu tidak terkira besarnya. Tantangan yang cukup berat adalah melakukan pembangunan komunitas,
terutama di pemukiman yang mengalami kerusakan total dan sebahagian besar anggota masyarakatnya meninggal. Masyarakat yang selamat ketika Gampongnya
mengalami kerusakan total dan masyarakatnya banyak yang meninggal, akan timbul perasaan seperasaan, sepenanggungan dan saling memerlukan. Mereka
akan tetap tinggal di Gampong mereka dan ingin membangun kembali rumahnya, walaupun ada sebagian masyarakatnya yang mengalami trauma berkepanjangan,
sehingga akhirnya mereka meninggalkan Gampongnya untuk melupakan pengalaman pahit yang menimpa mereka. Rehabilitasi komunitas, membangun
kembali kepercayaan, kekuatan, kapasitas, dan kemampuan guna memulihkan kehidupan, hal ini merupakan tantangan yang besar.
Penanganan bencana di Nanggroe Aceh Darussalam tidak sekedar terjaminnya kebutuhan pangan korban tapi juga harus diikuti dengan
pemberdayaan masyarakat, agar mampu bangkit dan dapat melangsungkan kehidupannya bergantung pada bantuan dan mampu berpartisipasi dalam
pembangunan pasca bencana. Pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat akan membuat mesyarakat tidak merasa memiliki, malah akan menimbulkan
pemiskinan dan pembodohan. Pada tingkat mikro komunitas merupakan basis interaksi penduduk dan
lingkungannya dimana individu, keluarga dan komunitas masih saling mengenal.
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Bla USU e-Repository © 2008.
Membangun komunitas akar rumput grassroot development ini sesungguhnya merupakan unit yang efektif untuk mengelola segenap sumber daya dan
sumberdana bantuan menjadi lebih mengarah pada pengelolaan mandiri.
1.2 Perumusan Masalah