tentang cara pemberdayaan masyarakat yang tidak menciptakan atau tidak membawa pengaruh negatif bagi masyarakat, pemberdayaan yang memperhatikan nilai budaya
masyarakat setempat.
4.6. Jaringan Kerjasama Di Kemukiman Meuraksa
Dalam rekontruksi dan rehabilitasi wilayah dan kehidupan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam perlu adanya kerjasama antara LSM dan pemerintah.
Mengesampingkan perbedaan yang ada untuk mencapai tujuan bersama untuk memberdayakan kembali masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam yang saat ini
membutuhkan pertolongan untuk melanjutkan kembali kehidupan mereka. Pada tahun pertama setelah bencana gempa dan tsunami yang melanda
Nanggroe Aceh Darussalam, bantuan yang diberikan oleh LSM domestik dan luar negeri tidak terkoordinir dengan baik, karena situasi saat itu adalah darurat, seperti
yang dikatakan oleh Sekretaris Camat Blang Mangat: ”Masing-masing pemberi bantuan untuk para korban tsunami kebanyakan
langsung menyerahkan kepada para korban dan kadangkala jarang berkoordinasi dengan pihak kecamatan, akan tetapi bila terjadi permasalahan
di lapangan sering para pemberi bantuan tersebut baru melakukan koordinasi dengan kami. 332008
Pasca gempa dan tsunami banyak bantuan yang mengalir ke Nanggroe Aceh Darussalam, tapi bantuan ini tidak terkoordinir dengan baik oleh pemerintah daerah.
Keadaan ini dapat dimaklumi karena banyaknya kantor pemerintah yang rusak, dan pegawai pemerintahan juga banyak menjadi korbannya. Pihak Kecamatan saat itu
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
tidak dapat berbuat banyak. Pada saat gempa tsunami banyak LSM lokal, nasional dan Internasional yang masuk baik yang memberi bantuan atau hanya sekedar
mencari data korban. Namun demikian pihak Kecamatan sesuai dengan tugasnya tetap mengawasi
dan mengontrol kebutuhan bantuan dan pemberian bantuan kepada korban tsunami. Pada umumnya LSMNGo meminta data dari Kecamatan, Kecamatan mengontrol
melalui laporan dari kepala Gampong, kepala Gampong biasanya melaporkan kepada pihak Kecamatan baik kebutuhan bantuan maupun pihak pemberi bantuan yang
datang langsung ke Gampong. Disamping itu pihak Kecamatan juga mendistribusikan bantuan yang diberikan baik oleh pemerintah maupun NGo melalui Kecamatan
langsung di salurkan kepada korban tsunami melalui Kepala Gampong. Kepala Gampong melaporkan kepada pihak Kecamatan mengenai bantuan
apa saja yang dibutuhkan dan diterima oleh Gampongnya dan mendata lembaga apa saja yang memberikan bantuan, disamping itu juga kepala Gampong mendata jumlah
korban gempa dan tsunami di Gampongnya dan jumlah rumah yang hancur dan data lainnya untuk dilaporkan kepada pihak Kecamatan. Pihak Kecamatan melakukan
pengawasan dan koordinasi melalui kepala Gampong. Pemerintah telah memberikan ruang kepada LSM domestik dan Internasional
untuk berperan serta dalam pembangunan di Nanggroe Aceh Darussalam melalui proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Nanggroe Aceh Darusssalam. Menurut dalam
Prijono dan Pranarka 1996:139:
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
Peran LSM dalam memberdayakan masyarakat antara lain dapat dirumuskan melalui pendidikan kemandirian dengan berperan sebagai:
1. Fasilitator dan katalisator yaitu para pembina yang tinggal di tengah-tengah
kelompok menyertai proses perkembangan kelompok masyarakat, membantu memecahkan masalah dan ikut menentukan alternatif pemecahan. Seorang
pembina bukan merupakan merupakan pemimpin kelompok tetapi sahabat kelompok dalam proses mencapai dan mengembangkan kemandiriannya.
Seorang pembina juga merupakan penghubung antara kelompok masyarakat dengan lembaga-Iembaga yang terkait.
2. Pelatih dan pendidik, yaitu mencarikan dan menyalurkan informasi dan
pengalaman dari luar ke dalam kelompok melalui berbagai metode. 3.
Pemupuk modal antara lain dengan mendorong upaya-upaya penghematan, menabung dan usaha produktif. Bisa berpean sebagailembaga keuangan
setempat atau sebagai penghubung dengan lembaga keuangan terdekat.
4. Penyelenggara proyek-proyek stimulan dalam meningkatkan kemandirian
kelompok-kelompok swadaya.
Misi utama LSM adalah mengembangkan kemampuan masyarakat meningkatkan taraf hidupnya dan kesejahteraannya ini sejalan dengan tujuan
pembengunan yang sebenarnya yaitu mensejahterakan masyarakat. Perbedaan antara LSM dan pemerintah adalah bahwa hal-hal yang tidak mau dilakukan oleh lembaga
pemerintah atau tak dapat dijangkau oleh kebijaksanaan pemerintahan dike~akan oleh LSM sebagai panggilan masalah kebutuhan atau kemanusiaan karena berasal,
berakar dan tumbuh dari dan oleh masyarakat. Solidaritas Perempuan adalah salah satu organisasi non pemerintah yang ikut
membantu dalam proses rehabilitasi dan rekontruksi di Nanggroe Aceh Darussalam. Visi dan misi solidaritasi perempuan yaitu membangun gerakan bersama untuk
menciptakan suatu tatanan sosial yang adil dan demokratis, yang didasarkan pada prinsip-prinsip hak azasi manusia, keadilan, kesadaran ekologis, kesadaran tentang
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
keberagaman pluralisme serta sikap anti diskriminasi dan anti kekerasan, yang didasarkan pada sistem hubungan laki-Iaki dan perempuan yang setara, dimana
keduanya dapat berbagi akses dan kontrol atas sumber daya sosial, sumber daya alam, budaya, ekonomi dan politik secara adil.
Sejak Desember 2004 Solidaritas Perempuan Aceh yang dibantu oleh tim relawan dari Sekretariat Nasional Solidaritas Perempuan mulai berinteraksi dengan
warga Gampong setempat, awalnya dengan memberikan bantuan kepada masyarakat berupa makanan dan pakaian.
Pada 16 Januari 2005, Solidaritas Perempuan SP memulai kegiatan vokasional training yang bertujuan untuk :
1. Memperkuat kapasitas perempuan kampung dari segi politik, ekonomi, sosial,
budaya dan kesehatan untuk mempercepat pemulihan di Nanggroe Aceh Darussalam.
2. meningkatkan kapasitas pekerja sosial perempuan peserta training
vokasional untuk mengerakkan masyarakat dan mendorong perempuan tertibat dalam proses pengambilan keputusan di wilayahnya untuk
membawakan kepentingan dan kebutuhan perempuan.
Solidaritas Perempuan SP juga mengikut sertakan salah satu warga masyarakat Gampong untuk terlibat dalam kegiatan SP di wilayah tersebut yang
bertujuan untuk memunculkan fasilitator lokal dan mendorong paran perempuan untuk program rehabilitasi dan rekontruksi di Gampong mereka sendiri. SP juga
menyarankan kepada kepala Gampong untuk mengikutsertakan ketertibatan
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
perempuan. Seperti keterangan salah satu warga masyarakat Kecamatan Blang Mangat yang direkrut untuk menjadi fasilitator Lokal:
Pada saat awal setelah Tsunami yang memegang peranan di Posko pada umumnya laki-Iaki, SP menanyakan kepada kepala Gampong kenapa
perempuan tidak dilibatkan, mereka memberikan saran untuk melibatkan perempuan sehingga diketahuinya juga apa kebutuhan perempuan. Kepala
Gampong setuju untuk melibatkan perempuan, pada saat itu masih Pak Abdullah, kemudian beliau menghubungi saya, meminta saya untuk terlibat di
Posko, pada saat saya ada di Posko, ibu-ibu mengatakan mereka perlu pakaian dalam, selama ini mereka tidak berani mengatakannya. Awalnya bantuan
tersebut didapat dari SP. Tiga bulan Tsunami saya dipanggil ke kantor SP diundang menjadi peserta training di Medan selama satu minggu pulang
training baru ada vokasional. Ada lima daerah dampingan SP yaitu Teungoh, Baloy, Blang Cut, Kuala, dan Jambo Mesjid. Saya mendampingi Baloy, satu
Gampong ada lima orang pendamping. 332008
Saat sebelum gempa dan tsunami dan juga pada saat awal pasca gempa dan tsunami, perempuan jarang dilibatkan dalam musyawarah Gampong. Ketika SP
masuk ke Gampong ini, setelah melakukan pendekatan dengan kepala Gampong setempat, barulah perempuan dilibatkan dalam kegiatan di posko pengungsi yang saat
itu berkedudukan di bekas gedung penjara Lhokseumawe di Punteut, dimana posko tersebut merupakan tempat koordinasi penyaluran bantuan yang berasal dari
pemerintah, lembaga donor dan LSM domestik serta LSM Internasional dalam rangka misi kemanusiaan di Nanggroe Aceh Darussalam.
Tim vocational training Solidaritas Perempuan masuk ke Teungoh, Baloy, Blang Cut, Kuala, dan Jambo Mesjid. SP lebih menekankan pada proses
pemberdayaan perempuan yang dibangun dalam kegiatan vokasional training ada program live in bersama masyarakat setempat, peserta dilatih untuk dapat menjadi
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
pendamping masyarakat. Mendorong masyarakat untuk mengenali masalah yang mereka hadapi. Untuk Kemukiman Meuraksa sendiri permasalahan yang ditemukan
adalah: 1.
Masyarakat yang rumahnya hancur akibat gempa dan tsunami masih tinggal ditenda, kondisi mereka memprihatinkan, kalau turun hujan tenda tergenang
air. 2.
Masyarakat tidak mampu mengolah kembali lahan pertambakan dan peralatan nelayan yang hancur karena tsunami, dilahan tambak mereka masih banyak
sampah-sampah akibat tsunami. 3.
Usaha ekonomikerajinan yang hancur, mereka kehilangan modal kerja, yaitu sulitnya memperoleh modal usaha dan bahan baku untuk memulai kembali
usaha mereka. Melihat permasalah rumah adalah yang cukup mendesak saat itu lalu SP
mencarikan lembaga yang dapat memberi bantuan berupa barak dan rumah untuk masyarakat yang rumahnya hancur. Kemudian SP merekomendasikan Kemukiman
Meuraksa kepada pemerintah dan beberapa pihak LSM dalam negeri maupun luar negeri untuk mendapat bantuan barak dan rumah. Seperti yang ungkapkan oleh Ketua
SP Aceh: Ada permasalahan berdasarkan laporan teman-teman vokasional, kebetulan
kami kenali dengan beberapa orang di LSM Internasional seperti IOM, Oxfam, Save The Children dan lainnya, assesment ke Kemukiman Meuraksa,
ketika sudah sepakat beberapa LSM tersebut mau membantu, Awalnya dari teman-teman yang divokasional, yang melihat kondisi di Kemukiman
Meuraksa, masyarakatnya masih tinggal di tenda padahal sudah 6 bulan.
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
Memang SP mendampingi tapi masyarakat yang memutuskan, SP hanya mendampingi dan melihat proses diskusi pada awalnya. 532008
Masyarakat mengadakan musyawarah Gampong tanpa didampingi SP untuk memutuskan pilihan mereka, akhimya mereka memutuskan bahwa mereka bertemu
Walikota Lhokseumawe untuk mencari solusi terhadap penanggulangan korban tsunami di Kemukiman Meuraksa. Seperti yang dikatakan mantan Pj. Walikota
Lhokseumawe Drs. Rachmatsyah, MM ”Dalam rangka penanggulangan korban tsunami di Kota Lhokseumawe
beberapa orang masyarakat yang di dampingi oleh SP meminta untuk segera membagun barak dan rumah korban tsunami yang hancur, pada saat itu kami
telah menyampaikan hal ini kepada Pemerintah Pusat dan kabarnya dalam waktu dekat ini akan dibangun barak dan beberapa pihak LSM Internasional
bertemu saya meminta data para korban tsunami yang rumahnya hancur dan hanyut untuk diberikan bantuan. Kami menyambut baik hal tersebut, namun
pada awal bulan Janauri 2005 Pemerintah Pusat telah membangun barak di dua titik di Kemukiman Meuraksa. 432008.
Akhirnya untuk penampungan sementara para pengungsi Kemukiman Meuraksa yang rumahnya hancur dan hanyut telah mendapat respon dari Pemerintah
Pusat yaitu dengan membangun barak di lokasi Exxon Mobil Punteut sebanyak 12 barak yang terdiri dari 144 ruangan dan di lokasi Dolog Punteut sebanyak 10 barak
yang terdiri dari 120 ruangan, selanjutnya para pengungsi yang masih tinggal di tenda-tenda darurat baik yang berada di Rumah Sakit Umum maupun di Meunasah-
meunasah di pindahkan untuk menempati barak tersebut. Gampong masyarakat lebih percaya kepada Malteser Internasional, untuk membangun barak dan membangun
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
kembali rumah masyarakat yang hancur. Malteser Internasional kemudian membangun 2 barak penampungan sementara bagi korban gempa dan tsunami agar
tidak terus tinggal di tenda. Setelah barak selesai kemudian dibangun 32 rumah yang dibagi dalam 3 tahap. Proses rehabilitasi rumah yang rusak, sepenuhnya diserahkan
pembangunannya kepada masyarakat Kemukiman Meuraksa . Dalam proses rehabilitasi dan rekontruksi wilayah dan kehidupan masyarakat
di Nanggroe Aceh Darussalam peran Pemerintah sangat penting dan Geuchik sebagai salah satu unit pemerintahan terendah di tuntut untuk lebih proaktif kepeduliannya
terhadap masyarakat apalagi masyarakat yang baru saja ditimpa musibah bencana alam gempa bumi dan tsunami. Akan tetapi banyak kritikan yang muncul bahwa
Kepala Gampong hanya dijadikan alat legalisasi semata, karena Kepala Gampong tidak diikut sertakan dalam rapat-rapat pengambilan keputusan dalam menentukan
dan mengendalikan proses rehabilitasi dan rekontruksi baik yang sedang berlangsung dan akan berlangung. Seperti yang dinyatakan Hutabarat 2006:18 bahwa:
Peran keuchik hanya sebagai perangkat legalisasi semata-mata. Tidak optimalnya perangkat Gampong dalam merespon dan berpartisipasi aktif
dalam proses rehabiitasi dan rekontruksi, karena kurang tersedianya ruang buat keterlibatan mereka. Tugas keuchik hanya memimpin rapat dan
melegalisasi proyek. Ditambah kesibukan pembagian makanan, pakaian,dan kesehatan. Maupun dalam memimpin rapat tentang pengadaan fasilitas umum,
jalan, jembatan, rumah dan lahan. Begutu banyaknya rapat-rapat yang harus dipimpin keuchik dan rapat-rapat yang harus dihadirinya. Namun keuchik
tidak ikut terlibat langsung dalam menentukan keberlangsungan proyek dan mengendalikannya.
Kepala DesaGampong memang bertugas memimpin rapat atau musyawarah Gampong untuk berjalannya proses pembangunan di tingkat Gampong, untuk
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
pengambilan keputusan jika di Gampong tersebut terdapat suatu program pemberdayaan. Kurang tersedianya ruang bagi keterlibatan kepala Gampong, karena
kepala Gampong tidak terlibat langsung di dalam Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi BRR, dari unsur pemerintah daerah yang dilibatkan dalam Badan Rehabilitasi dan
Rekontruksi BRR hanya Ketua DPRD Nanggroe Aceh Darussalam, Kapolda Nanggroe Aceh Darussalam dan Gubernur Sumatera Utara sebagai anggota dewan
pengarah BRR. Dari kegiatan pemberdayaan yang terdapat di Kemukiman Meuraksa, dapat
dilihat bahwa tidak hanya pemerintah yang terlibat tapi juga melibatkan LSM domestik dan Internasional. Pemberdayaan yang dilakukan pemerintah melalui
Kecamatan dan kepala Gampong, LSM domestik yang terlibat adalah Solidaritas Perempuan, sementara LSM Internasional yang membantu membangun rumah adalah
Malteser Internasional, IOM, Save The Children dan lain sebagainya. Baik Solidaritas Perempuan dan LSM internasional tersebut dalam melakukan
program pemberdayaannya selalu melalui kepala Gampong, kepala Gampong akan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pemberdayaan yang ada di
Kemukiman Meuraksa, partisipasi dilakukan masyarakat lewat proses rehabilitasi rumah korban tsunami, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta
evaluasi. Disamping memberi bantuan rumah, Malteser Internasional juga membangun
jalan Gampong yaitu berupa pembuatan jalan setapak, membangun atau memperbaiki
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
saluran air atau got, membuatkan sumur serta membangun sarana Mandi Cuei Kakus MCK, karena salah programnya adalah memperbaiki sanitasi bagi masyarakat
Kemukiman Meuraksa. Kemudian ada program perbaikan ekonomi dengan memberikan bantuan modal usaha bagi ibu-ibu perajin kue dan usaha menjahit serta
pengrajin anyaman tikar. Kepada anak-anak korban tsunami Save The Children memberikan program
khusus yaitu program perlindungan anak seperti Child Friendly Spaces CFS, CFS menyediakan tempat untuk anak-anak dimana mereka dapat melakukan kegiatan
rutinnya sehari-hari seperti sedia kala dan dapat menjadi aktif kembali pasca trauma akibat bencana Untuk anak-anak ada kegiatan kelompok belajar dan bermain untuk
anak-anak Gampong, Save The Children mendampingi fasilitatornya, memberikan pelatihan kepada fasilitator yang direkrut dari dari Gampong tersebut, dan
memberikan bantuan untuk membayar jasa volunter untuk fasilitator kegiatan kelompok belajar dan kelompok bermain di Gampong itu.
Setelah proses rehabilitasi rumah korban gempa dan tsunami selesai, masyaralat berharap adanya bantuan modal untuk modal usaha tambak dan nelayan
mereka maka dari untuk program ke depannya Malteser Internasional merencanakan program berdasarkan kebutuhan masyarakat adalah rehabilitasi lahan pertambakan
dan bantuan modal untuk usaha nelayan. Saat ini Pihak Kecamatan sudah berkoordinasi dengan LSM-LSM yang ada
diwilayahnya. Pihak Kecamatan mengundang kepala Gampong dan tokoh masyarakat
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
dan juga pihak LSM atau lembaga pemberi bantuan untuk rapat koordinasi sebagai bagian dari koordinasi diantara pihak-pihak yang berkepentingan dalam program
rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh. Mendiskusikan permasalahan apa yang dihadapi dan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan. Adanya kerjasama antar LSM
atau lembaga pemberi bantuan, pihak-pihak ini saling melengkapi, karena punya spesifikasi dalam programnya masing-masing.
Koordinasi yang terjadi antara pemerintah, LSM domestik dan Internasional serta masyarakat diharapkan dapat mewujudkan tujuan dari pemberdayaan yaitu
membuat masyarakat lebih berdaya, memulihkan rasa percaya diri masyarakat dan untuk pemulihan trauma serta memotivasi kerja kreatif di masyarakat.
Pemerintah telah menyediakan modal untuk masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam, modal tersebut tidak hanya untuk korban dan Tsunami tapi juga untuk
korban konflik bersenjata yang terjadi Nanggroe Aceh Darussalam sebelum perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka GAM dan pemerintah Republik
Indonesia ditandangani. Masyarakat yang menjadi korban dan Tsunami atau masyarakat korban
konflik bersenjata, dapat mendapatkan bantuan modal kerja dari pemerintah dengan mengajukan proposal usaha ke pemerintah lewat Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi
wilayah dan kehidupan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam, proposal tersebut diajukan melalui kelompok yang dibentuk oleh masyarakat. Proposal yang akan
diajukan terlebih dahulu disertai oleh surat rekomendasi dari kepala Gampong dan
M. Irsyadi: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Korban Tsunami di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang USU e-Repository © 2008.
camat setempat. Saat ini banyak masyarakat yang tidak mengetahui informasi ini, sehingga
perlu adanya sosialisasi program bantuan ini ke masyarakat dan juga perlu adanya pendampingan di masyarakat tentang bagaimana membuat proposal dan bagaimana
membentuk kelompok. Keberlanjutan program pemberdayaan juga menjadi faktor penting yang harus dingat dalam sebuah program pemberdayaan masyarakat.
4.7. Kebijakan Pemerintah Untuk Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh