Menurut Undang-undang No 9 Tahun 1995 tentang usaha menengah bahwa pengertian usaha menengah adalah, untuk sektor industri
harus memiliki modal asset maksimal Rp 5 Miliar sedangkan untuk sektor non industri harus memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 600.000.000,
tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan maksimal Rp 3 Miliar pertahun.
14
Sedangkan menurut Inpres No 10 Tahun 1999, usaha menengah adalah unit kegiatan usaha yang memiliki lebih besar dari Rp 200.000.000 sampai
maksimal 10 Miliar tidak termasuk gedung dan tanah tempat usaha. Adapun kriteria umum Usaha Kecil Menengah dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya
bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut: a. Struktur organisasi yang sangat sederhana.
b. Tanpa staf yang berlebihan. c. Pembagian kerja yang tidak rapi.
d. Memiliki hirarki manajerial yang pendek. e. Aktifitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses
perencanaan. f. Kurang membedakan asset dari peri perusahaan.
B. Pengertian Pembiayaan
Dalam Kamus perbankan, yang dimaksud dengan biaya adalah pengeluaran yang tak terhindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa
14
Dirjend Fasilitas Pembiayaan dan Simpan Pinjam, Himpunan Ketentuan Skim Kredit Program Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,
Jakarta: Tpn, 1999, h. 49.
dengan tujuan memperoleh maslahat. Pengeluaran untuk kegiatan, tujuan, atau waktu tertentu, seperti ongkos pengiriman, pengepakan dan penjualan
dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan dalam laporan laba rugi perusahaan, komponen biaya merupakan pengurangan dari pendapatan.
15
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 12 :
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.
16
Pada bank konvensional aktivitas pembiayaan lebih dikenal dengan istilah kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
17
C. Macam-Macam Pembiayaan
Salah satu dari sekian upaya untuk tetap menjadi bank yang mampu survive
dan terpercaya adalah bagaimana Bank Syariah dapat mengelola dana- dana yang diterima dari masyarakat secara baik dan sempurna sehingga bisa
memberi bagi hasil yang besar bagi para nasabah serta memberikan layanan pada nasabah secara optimal.
15
Bank Indonesia, Kamus Perbankan, 1999, Cet.ke-1, h.30.
16
Undang-Undang Perbankan No 10 Th.1998, Jakarta: Sinar Grafika, 2001, Cet. ke-1, h. 10.
17
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. Ke-4, h. 92.
Di antaranya adalah memberikan nisbah yang tinggi dari bunga di bank konvensional. Besarnya bagi hasil yang didapat nasabah tidak terlepas
dari seberapa besar bank syari’ah mampu menyalurkan dana yang ada untuk usaha-usaha produktif sehingga menimbulkan efek yang luar biasa
multiplayer effect bagi tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Macam-macam pembiayaan tersebut seperti yang terdapat dalam
skema di bawah ini:
18
1. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif merupakan pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasabah dan akan
habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan barang
konsumsi dengan menggunakan produk di antaranya: a. Bai murâbahah deffered payment sale, adalah jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
19
Dasar hukumnya adalah:
18 19
M. Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd, Bidâyatul Mujtahid wa Muqtasid, Beirut: Darul Qalam, 1998, vol. II, h. 216.
KONSUMTIF PRODUKTIF
Modal Kerja Investasi
Pembiayaan
ﺏ
Artinya: ……Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba…. QS. Al-Baqarah, 2: 275
Aplikasinya dalam perbankan dengan bentuk pembiayaan untuk pembelian barang-barang inventori, baik produksi maupun konsumsi.
Bank sebagai penjual, nasabah sebagai pembeli sedangkan keuntungan dan harga pokok disepakati di awal.
b. Bai al-Salam in front payment sale, yaitu pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di
muka. Aplikasinya dalam perbankan adalah untuk pembiayaan konstruksi
dan barang-barang manufaktur jangka pendek. Bank sebagai pemesan pembeli dan nasabah sebagai penjual pembuat. Ketika barang akan
atau sudah selesai bank boleh menjualnya secara rinci kepada nasabah lain.
2. Pembiayaan Produktif
Dalam penggolongannya pembiayaan produktif penggunaannya terdiri atas pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang diberikan oleh
bank untuk menambah modal kerja dalam memenuhi kebutuhan produksinya yaitu untuk meningkatkan produksi, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif serta untuk keperluan perdagangan misalnya pembiayaan ekspor, pembiayaan pertokoan dan lain-lain.
Bank Konvensional memberikan pembiayaan modal kerja dengan cara memberikan pinjaman sejumlah dana yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dengan jangka waktu tertentu dan keuntungan yang diperoleh oleh bank adalah imbalan berupa bunga.
Beda halnya dengan Bank Syari’ah, sistem ini dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja bukan dengan meminjamkan
dana melainkan dengan menjalin hubungan kerjasama usaha partnership di mana bank bertindak sebagai penyandang dana shahibul maal dan
nasabah sebagai pengusaha mudharib. Pembiayaan ini berupa produk Mudharabah
dan Musyarakah, fasilitas yang diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara priodik dengan nisbah
yang telah disepakati di awal.
20
Selain pembiayaan modal kerja terdapat juga pembiayaan
investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada perusahaan
untuk digunakan melakukan investasi membeli barang-barang modal
capital goods, yaitu barang-barang yang digunakan untuk memproduksi
barang-barang lain atau untuk menghasilkan jasa-jasa pelayanan. Pembelian barang modal itu disebut capital expenditure.
Dalam produk pembiayaan produktif ini ada dua skim yang banyak dipakai dalam Bank Syariah yaitu produk pertama adalah Mudharabah
20
Moh. Rifai, Konsep Perbankan Syariah, Semarang: CV. Wicaksana, 2002, h. 28.
yang merupakan prinsip bagi hasil dengan cara bank membiayai penuh 100 usaha nasabah yang memiliki profesionalisme dan business plan.
Produk yang kedua adalah Musyarakah yang merupakan produk bagi hasil dengan cara penyertaan modal kepada nasabah. Pengembalian hasil usaha
tergantung pada nisbah bagi hasil yang sudah disepakati. Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa, perbedaan antara
pembiayaan konsumtif dan produktif terletak pada metode pendekatan analisanya. Pada pembiayaan konsumtif fokus analisanya pada
kemampuan finansial seseorang mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya seperti gaji atau pendapatan per bulan. Sedangkan pada
pembiayaan produktif fokus analisanya terletak pada kemampuan finansial usaha untuk melunasi pembiayaan yang telah diajukan. Dari sisi prosesnya
analisa pembiayaan produktif jauh lebih rumit dari pada pembiayaan konsumtif.
Adapun yang sesuai dengan ragam dan jenis usaha yang digeluti nasabah, bank syari’ah sebagai lembaga pembiayaan berusaha memenuhi
kebutuhan finansial nasabahnya. Karena itu bank Syari’ah juga menyediakan produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan itu.
Beberapa produk pembiayaan produktif yang terkait sebagai berikut:
a. Mudharabah 1. Pengertian
Mudharabah merupakan kontrak di mana suatu kekayaan property atau persediaan tertentu ditawarkan akan berbagi keuntungan
dengan pihak lain untuk memperoleh keuntungan.
21
Dalam istilah fiqih Muamalat mudharabah merupakan suatu bentuk perniagaan di mana
pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha untuk diniagakan dengan keuntungan dibagi bersama sesuai kesepakatan.
Sedangkan jika ada kerugian maka ditanggung pemilik modal.
22
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mudarabah merupakan suatu akad pembiayaan perbankan yang dilakukan oleh kedua belah
pihak yakni pihak yang memiliki modal untuk membiayai proyek yang memerlukan pembiayaan, pihak ini disebut shahibul maal sedangkan
pihak yang memerlukan modal sekaligus yang menjalankan usaha disebut mudharib.
Yang terpenting dalam transaksi pembiayaan mudharabah adalah kepercayaan dari shahibul maal kepada mudharib, karena dalam
transaksi mudharabah tidak boleh meminta jaminan atau agunan dari mudharib
dan tidak boleh ikut campur dalam mengelola usaha, yang menjalankan dan mengelola usaha tersebut diserahkan sepenuhnya
kepada mudharib. Dengan demikian mudharabah merupakan instrumen utama bagi lembaga keuangan untuk memobilisasi dana nasabah dan
21
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia,
Jakarta: PT. Pustaka Utama dan Grafiti, 1999, h. 29.
22
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratam, 2002, cet1, h. 176.
untuk menyediakan berbagai fasilitas pembiayaan bagi para pelaku usaha.
Ketentuan umum pembiayaan mudharabah antara lain : a Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola modal harus diserahkan secara tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
Apabila modal dilakukan secara bertahap maka harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
b Hasil dari pengelolaan modal dapat diperhitungkan dengan cara perhitungan dari pendapatan proyek revenue sharing atau
perhitungan dari keuntungan profit profit sharing. c Hasil usaha dibagi sesuai kesepakatan dalam akad sebelumnya,
pada setiap bulan atau waktu yang ditentukan. Bank selaku shahibul maal
menanggung kerugian kecuali jika kelalaian dan penyimpangan dari pihak nasabah.
23
2. Landasan Syari’ah
a. Al-Qur’an
ی ﺏ ی
Artinya:
23
Sfiniyah Ghufron, Briefcase Book edukasi profesional syariah, Konsep dan Implementasi Bank Syaria’ah,
Jakarta: Renaisan IKAPI, 2005 cet. 1, h. 46-47.
.....dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah.... Q.S. Al-Muzzamil: 20
b. Hadits
ﺏ +
ﺏ ,
- .
- .
. 1
2 1
, 1
3 4
567 89
: 2
; 8ﺽ =
? 7
AB ﺏ 1
C 1
Artinya ”Dari Shalih Bin Suhaib; Rasulullah SAW bersabda: Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqhradhah mudharabah dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah bukan untuk dijual”.
HR. Ibnu Majah no. 2280, At-Tijarah.
24
3 Jenis-Jenis Mudharabah
Mudharabah terdapat dua jenis : a Mudharabah Muthlaqah investasi umumunrestricted investment
yaitu investasi umum yang berbentuk kerjasama antara shahibul maal
dengan mudharib yang cakupannya sangat luas tidak dibatasi jenis usahanya, jumlah modal harus berupa uang tunai dan apabila
modal diserahkan secara bertahap, maka harus jelas tahapannya dan disepakati bersama dengan
ketentuan sebagai berikut:
25
a. Penetapan keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati.
24
Al-Hafizh Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-qazwini, Sunan Ibnu Majah, Beirut, Darul Fikr, t.th., juz 2, h. 786 Hadits no, 2289.
25
Moh. Rifai Konsep Perbankan Syariah,..........Op. Cit h 59.
b. Pemilik modal tidak ikut campur dalam pengelolaan usaha. c. Mudharabah muthlaqah dapat berupa tabungan dan Deposito,
sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
d. Pemilik modal tabungan mudharabah dapat mengambil dananya bila sewaktu-waktu dibutuhkan sesuai dengan
kesepakatan namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.
e. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.
b Mudharabah Muqayyadah investasi umumrestricted investment, yaitu investasi khusus penyediaan modal hanya untuk kegiatan
tertentu dengan syarat yang sepenuhnya ditetapkan oleh bank. Ketentuan mudharabah muqayyadah antara lain:
a. Bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah institusi baik pemerintah maupun lembaga keuangan lainnya atau
nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau proyek tertentu yang mereka sepakati.
b. Rekening dioperasikan berdasarkan prinsip mudharabah
muqayyadah. c. Bentuk investasi dan nisbah pembagian keuntungan biasanya di
negosiasikan secara kasus perkasus.
4 Risiko Mudharabah
Dalam penyaluran pembiayaan terdapat beberapa risiko yang diterima oleh bank antara lain:
a. Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam
kontrak. b. Nasabah berbuat kelalaian dan kesalahan yang disengaja
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah apabila nasabahnya tidak jujur.
b. Musyarakah 1. Pengertian
Musyarakah atau syirkah secara definisi adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan di tanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
26
Jadi secara substansial, syirkah atau musyarakah itu merupakan terjadinya hubungan antara dua pihak untuk melakukan suatu usaha.
Sedangkan ketentuan umum musyarakah antara lain : a Semua modal disatukan untuk dijadikan modal usaha tertentu dan
dikelola bersama-sama.
26
Muhamad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta: Tazkia Istitute, 1999, cet. 1 h. 187.
b Biaya yang timbul dalam pelaksanaan usaha harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kegiatan dibagi sesuai dengan kontribusi modal yang disalurkan c Usaha yang dijalankan harus disebutkan dalam kontrak, setelah
usaha selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati.
27
2 Landasan Syariah
a Al-qur’an
D1EF G 9 ﺵ 3
Artinya: ”.........Maka mereka berserikat pada sepertiga.....
QS. Annisa : 12. b Hadits
ﺏ I
ی J
ﺽ K
, -
. -
. .
1 2
1 ,
1 3
- .
ﺕ A
2 ﻥ
D 4 Nی B
3 ی
O IP
, QR
, C;
K ﺏ S
T ﺏ
U U 3N
V
Artinya: ”Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata Rasulullah saw bersabda
Allah SWT berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang berserikat selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati temannya.
Apabila dia mengkhianati temannya maka aku keluar dari antara mereka berdua
” HR. Abu Daud dan Hakim.
28
27
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia Kampus UII, 2004, cet. 1 h. 201.
28
Abi Daud Sulaiman As-Sajastani, Sunan Abu Daud, Beirut: Darul Fikr,1994 Jilid 3, h.226 no 3383.
3 Jenis-Jenis Musyarakah
Musyarakah terbagi ke dalam lima jenis: a Syirkah Mufawadhah: yaitu kontrak kerjasama antara dua pihak
atau lebih dengan porsi dana, kerja, tanggung jawab dan beban hutang yang sama.
b Syirkah Inan: yaitu kerjasama antara dua pihak atau lebih dengan porsi dana yang tidak harus sama.
c Syirkah wujuh: yaitu kerjasama antara pihak pemilik dana dengan pihak lain yang memiliki kredibilitas atau kepercayaan.
d Syirkah Abdan: yaitu kerjasama atau percampuran tenaga antara dua pihak atau lebih kerjasama profesi.
e Syirkah Mudharabah: yaitu kerjasama antara pihak pemilik dana dengan pihak lain yang memiliki profesionalisme atau tenaga.
29
4 Resiko Musyarakah
Seperti halnya dengan mudharabah, dalam penyaluran pembiayaan musyarakahpun terdapat beberapa risiko yang diterima oleh bank
antara lain: a
Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.
b Lalai dan kesalahan disengaja.
29
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2003 h.52.
c Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.
C. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan