BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di tengah krisis sistem ekonomi kontemporer yang menurut sebagian ahli ekonomi bebas nilai, yakni paham kapitalis dan sosialis,
1
Islam diyakini dapat menjadi alternatif sistem ekonomi yang penuh dan lengkap memuat nilai
moral kehidupan. Dalam aktivitas ekonomi nilai-nilai moral Islam ini sudah semestinya ikut mewarnai pelaku ekonomi. Filsafat ekonomi Islam berbeda
dengan filsafat ekonomi kapitalis maupun sosialis. Ekonomi Islam berdasarkan pada tauhid Q.S. al-Zumar, 38.
2
Nilai moral asumtif tersebut semestinya diyakini sebagai kebenaran mutlak, tidak meragukan dan
menjadikan petunjuk atau pedoman kehidupan ekonomi bagi umat Islam. Sebagaimana kita ketahui, bahwa masalah ekonomi merupakan
masalah yang dinamis yang senantiasa maju dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Seiring dengan itu, muncullah teori-teori dan lembaga
ekonomi yang terkesan tidak sesuai dengan semangat nilai-nilai ajaran Islam. Ulama terkemuka Yusuf Qardhawi, dalam pendapatnya menyatakan
bahwa ada empat sendi utama dalam ekonomi dan mu’amalah Islam. Keempat sendi itu adalah pertama ketuhanan, kedua etika, ketiga kemanusiaan, keempat
1
M. Umer Chapra, The Future Of Economi: An Islamic Perspective, terjemahan Amdar Amir et.al, Jakarta: Syari’ah Economi and Banking Institute, 2001, h. 19.
2
Al-Quran dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta 1984.
sikap Pertengahan.
3
Dari empat sendi utama tersebut merupakan ciri khas ekonomi Islam, bahkan dalam realita merupakan milik bersama umat Islam
dan tampak dalam segala hal yang berbentuk Islami. Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia yang
semakin maju muncul berbagai institusi-institusi komersial modern yang bergerak di bidang finansial. Salah satu institusi tersebut adalah bank. Dalam
sistem perekonomian saat ini, bank memiliki peran yang menentukan dalam mengalokasikan sumber-sumber keuangan yang tersedia dalam masyarakat.
4
Meskipun banyak kemudahan yang diperoleh dengan keberhasilan bank, tetapi muncul keraguan di kalangan umat Islam terhadap prinsip-prinsip
yang digunakan oleh lembaga tersebut konvensional dalam menjalankan usahanya, yaitu sistem bunga yang selalu diidentikkan dengan riba yang jelas
diharamkan oleh syari’at Islam. Dengan didasarkan pada pemahaman bahwa bunga bank ditimbulkan
dari transaksi simpan-pinjam di bank konvensional adalah riba, muncul gagasan untuk mendirikan bank berbasis syari’ah untuk dunia Islam. Gagasan
ini dibahas secara resmi untuk pertama kalinya di Karachi, Desember 1970, ketika para menteri luar negeri Organisasi Islam OKI mengadakan
konfrensi.
5
Di Indonesia, prakarsa untuk mendirikan bank Islam dilakukan
3
Zainal Arifin, Norma dan Etika Ekonomi Islam Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h. 29.
4
Asep Suhendi, Bank Islam Bandung: Pustaka, 1984, h. 58.
5
H. Karnaen A. Parwatmadja, Bank Yang Beroperasi Sesuai Dengan Prinsip-Prinsip Syari’ah Islam
, Makalah Loka Karya Bunga Bank dan Perbankan, Bogor: MUI, 1990, h. 15.
pada tahun 1990, yaitu melalui loka karya pada tanggal 18 sampai dengan 20 Agustus 1990 di Cisarua Bagor Jawa Barat.
Pada era pasca reformasi, pergerakan perbankan syari’ah semakin luas. Hal ini disebabkan berlakunya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang lebih
memperjelas payung hukumnya serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank Syari’ah. Undang-undang
tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka unit-unit syari’ah.
Dengan adanya peluang tersebut, maka sistem syari’ah ini disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai bermunculan, salah
satu bank yang baru-baru ini membuka unit usaha syari’ah adalah Bank Rakyat Indonesia BRI. Bank milik pemerintah ini sangat konsisten terhadap
kemajuan Usaha Kecil Menengah UKM dalam memperkuat permodalan yang kemudian disebut juga dengan Kredit Usaha Mikro.
Karena kedekatan pada usaha mikro, maka Bank Rakyat Indonesia disebut juga dengan Bank Ritel.
6
Sedangkan Unit Usaha Syari’ah yang baru dibentuk sama halnya dengan induknya BRI Konvensional yang juga fokus
pada sektor Usaha Kecil Menengah. Sektor usaha mikro saat ini mempunyai peranan penting dalam
memajukan perekonomian Indonesia, kontribusi wirausaha terhadap perekonomian cukup signifikan terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Dari
data UKM dapat diketahui bahwa sejak tahun 2003, pertumbuhan kredit UKM
6
Soetanto Hadinoto, How To Develop Succesful Retail Banking, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003, h. 1.
selalu di atas pertumbuhan kredit secara total walaupun di bulan Juni 2007, pertunbuhan kredit UKM mulai menurun kembali. Namun demikian, sejak
tahun 2005, porsi kredit perbankan untuk UKM telah lebih dari 50 dari total kredit perbankan, seperti yang terlihat data berikut ini.
7
Tabel 1.1
Komposisi Kredit UKM Menurut Jenis Kredit Rp Miliar
2003 2004
2005 2006
2007
SME Investment 22,760
29,460 33,049
37,147 40,641
SME Working Capital 91,129
111,636 142,533
171,118 178,135
SME Costumer 93,199
130,997
179,225 202,177
224,012 Total SME Loan
207,088 271,093
364,907 410,442
442,788 Total Loan
440,505 559,469
696,649 792,298
861,498 SME LoanTotal Loan
47,01 48,45
5102 51,80
51,40
Apabila kita melihat gambaran umum yang terjadi pada wirausaha dan pembiayaan mikro saat ini adalah sistem dan mekanisme pembiayaan formal
belum dapat memenuhi kebutuhan wirausaha mikro, terutama karena kendala akses outreach dan pemenuhan persyaratan formal 5’C unbankable dan
formalitas lainnya yang sangat sulit dipenuhi oleh usaha kecil.
8
Dengan kondisi tersebut menyebabkan terjadinya fenomena gunung es credit
iceberg , dalam hal ini hanya sebagian kecil wirausaha mikro lapisan puncak
yang dapat mengakses pembiayaan, sebaliknya lapisan bawahnya belum
7
Sulaiman A. Arianto, Direktur UKM BRI, Strategi Pemasaran Syariah dalam memajukan UKM
, Makalah Seminar Masyarakat Ekonomi Syariah Jakarta 26 September 2007.
8
Marsuki DEA, Analisis Sektor Perbankan Moneter, dan Keuangan Indonesia, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005, h. 55.
tergarap secara sistematis dan berkelajutan.
9
Bagaimana dengan BRI Syari’ah sendiri yang salah satu misinya menguatkan permodalan Usaha Kecil?
Banyak hal yang dilakukan BRI Unit Usaha Syari’ah dalam memajukan Usaha Mikro, dengan produk-produk pembiayaan yang variatif.
Di antara produk pembiayaan itu adalah Musyarakah, Ijarah dan yang lagi ngetren
saat ini adalah Murabahah. Produk ini jarang diterapkan karena memiliki high risk bagi Mudharib maupun Shahibul Maal. Untuk lebih
mendekatkan diri kepada masyarakat, BRI Syari’ah membuka Office Chanelling
transaksi di BRI Konvensional dengan sistem accounting terpisah karena dengan begitu nasabah akan semakin mudah mengakses
transaksi perbankan syari’ah.
10
Bila dilihat dari sisi teknik prosedur nampaknya tidak terlalu sulit untuk mentransformasikan pola pembiayaan konvensional ke pola syari’ah,
karena BRI sendiri memang basisnya pendanaan usaha kecil, tetapi pada aplikasi yang lebih jauh maka akan nampak beberapa kendala yang
memerlukan penanganan lebih serius dan lebih intensif melalui analisa SWOT, sehingga pembiayaan kepada usaha kecil dengan pola syari’ah bisa
memudahkan, menguntungkan dan memberi manfaat kepada Mudharib atau Shahibul Maal.
Mengingat betapa pentingnya efektifitas pembiayaan yang dilakukan oleh bank syari’ah, tentunya berakibat langsung pada income statement.
9
M. Nazirwan, Pembiayaan Wirausaha Mikro Yang Aman dan Menguntungkan, Makalah Seminar Nasional dengan Tema Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi: Problem dan
Solusinya, Jakarta: BRI, 2006, h.2.
10
”BRI Syari’ah Konsisten di Sektor UMKM”, Tempo,27 Februari 2006, h. A 17.
Artinya, apabila bank tidak mampu menyalurkan pembiayaannya sementara dana Shahibul Maal yang terhimpun terus bertambah, sehingga margin bagi
hasil tidak akan bertambah pula. Dengan seperti itu maka akan berdampak terjadinya penurunan jumlah dana pihak ketiga yang kemudian menandakan
berkurangnya kepercayaan Investor terhadap Bank Rakyat Indonesia BRI Syari’ah.
Dari uraian di atas jelas bahwa demi mempertahankan jumlah pendapatan bagi hasil, maka pengelolaan pembiayaan harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Di satu sisi juga untuk menjaga brand image bahwa BRI Unit Usaha Syari’ah sama dengan induknya yang identik dengan Usaha Mikro
dalam penguatan modal. Dengan landasan tersebut, maka Usaha Kecil Menengan adalah sebuah
komponen ekonomi yang sangatlah penting keberadaannya dalam suatu wilayah. Salah satu contoh adalah Kabupaten Tangerang yang merupakan
kabupaten daerah industri. Dari data yang diperoleh oleh SIPUK Bank Indonesia, bahwa kabupaten Tangerang penyumbang terbesar PRDB, tercatat
27,31 atau 23,99 Triliun yang dihasilkan Kabupaten Tangerang yang meliputi sektor Industri Pengolahan sebesar 51,08 , di ikuti sektor
perdaganagan sebesar 24,04 dan angkutan dan komunikasi 9,82 . Dari data diatas sangat lah penting untuk jadi landasan potret
perkembangan industri suatu wilayah atau kota. Inilah yang menjadi landasan
dalam penelitian ini untuk mengangkat tema “ALOKASI PENYALURAN
DANA PEMBIAYAAN PADA UKM OLEH BANK RAKYAT INDONESIA SYARI’AH CABANG TANGERANG.”
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah