langkah-langkah yang lebih rinci tentang kemana arah strategi bisnis Bank Ritel tersebut, misalnya:
a. Pengembangan portofolio produk yang sudah ada. b. Pengembangan pasar atas produk yang sudah ada
c. Pengembangan produk baru pada pasar yang sudah ada d. Memperluas pasar dengan pengembangan produk baru.
42
B. Kebijakan Bank Berkenaan Dengan Alokasi Dana Pembiayaan Pada
UKM
Dengan melihat kondisi ekonomi nasional, pemerintah melakukan berbagai macam upaya kebijakan berkenaan dengan pemberdayaan sektor
riil. Regulsi berupa peraturan perundang-undangan mengenai perbankan. Diantara peraturan tersebut adalah menyalurkan pembiayaannya kepada
UKM. Karena dengan peraturan tersebut bank umum tidak ragu lagi dalam menyalurkan pembiayaannya untuk pemberdayaan UKM di Indonesia.
Adapun target pemerintah dalam penguatan UKM meliputi beberapa bentuk yaitu pertama pembinaan dan fasilitas bagi UKM, kedua Pengembangan
Kemitraan, ketiga Dana bergulir Syariah, keempat Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
43
. Penyaluran pembiayaan kepada UKM ini berawal dari Peratutan
Pemerintah No. 70 Tahun 1992, tentang perubahan Lembaga Keuangan
42
Soetanto Hadinoto, How To Develop Succesful Retail Banking,…….Op.Cit h. 65
43
Euis Amalia Keadlian Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009h. 261
Bukan Bank LKBB menjadi Bank Umum. Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional, menurut UU No. 7 Tahun 1992, dapat
juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Di Indonesia, keberadaan Bank Syariah sudah ada sejak pertengahan tahun 1992, tepatnya
setelah disyahkannya UU No. 7 Tahun 1992 sebagai dasar hukum, yang kemudian dirubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998.
Kebijakan perundangan ini diperkuat oleh Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No.
53BHKDK 13.321.2XII1998, pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi No. 165PADKDK 13.321.2V1999, serta izin usaha dari Menteri
Keuangan untuk beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Lebih rinci berberapa peraturan terkait denga pengembangan UKM dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 1.3 Peraturan untuk Pengembangan UKM di Indonesia
PERATURAN TENTANG
Peraturan Meneg BUMN Per-05 MBU 2007
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
Peraturan Menegkop dan UKM No. 10Perm.UKMVI2006
Petunjuk Tekhnis Program Pembiayaan Produktif Pola Syariah sering Dana
Bergulir Syariah Keputusan Presiden Nomor 127 Taahun
2001 Bidang Jenis Usaha yang Dicadangkan
Untuk Usaha Kecil dan Bidang Jenis Usaha yang Terbuka Untuk Usaha
Menengah Atau Besar Dengan Syarat Kemitraan
Instruksi Presiden No 10 Tahun 1999 Pemberdayaan Usaha Menengah
Peraturan Pemerintah No 32. Tahun 1998 Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kecil Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997
Kemitraan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997
Waralaba Undang-Undan Nomor 9 Tahun 1995
Usaha Kecil
Selain Peraturan Pemerintah dan keputusan menteri untuk pemberdayaan usaha kecil menengah, juga terdapat peraturan Bank Indonesia
misalkan diberlakukannya Undang-Undang tentang Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004,
kebijakan Bank Indonesia dalam membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi mengalami perubahan yang mendasar. Dalam peraturan itu Bank
Indonesia tidak lagi dapat memberikan bantuan keuangan kepada UKM, yang dikenal dengan Kredit Likuiditas Bank Indonesia KLBI.
Sejak tanggal 14 Januari 2001 Bank Indonesia telah menyempurnakan ketentuan tentang kredit usaha kecil KUK yang melalui Peraturan Bank
Indonesia PBI No. 32PBI 2001 tentang pemberian kredit usaha kecil yang pokok-pokoknya meliputi:
1 Bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian KUK 2 Bank wajib mencantumkan rencana pemberian KUK dalam
Rencana Kerja Anggaran Tahunan RKAT 3 Melaporkan pelaksanaan pemberian KUK dalam Laporan Bulanan
Bank Umum 4 Mengumumkan pencapaian pemberian KUK kepada masyarakat
melalui Laporan Keuangan Publikasi 5 Plafon kredit keseluruhan maksimum Rp. 500.000.000 Lima
Ratus Juta Rupiah
6 Bank yang menyalurkan KUK dapat meminta bantuan teknis dari Bank Indonesia
44
Dengan demikian, peranan Bank Indonesia dalam membantu usaha kecil bersifat tidak langsung dan lebih terfokus kepada bantuan teknis serta
pengembangan kelembagaan. Sejalan dengan Undang-undang tersebut, maka sejak 16 November 1999 tugas pengelolaan kredit program telah dialihkan
kepada tiga BUMN yang ditunjuk pemerintah, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia BRI, PT Bank Tabungan Negara BTN, dan PT Permodalan
Nasional Madani PNM Berdasarkan bentuk dukungan kebijakan tersebut, bank syariah
memiliki kesamaan fungsi dengan bank umum diantaranya adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Penyaluran kembali dana ke masyarakat berupa, bentuk pemberian pembiayaan dan bentuk-bentuk
pendanaan lainnya. Dalam penyaluran kembali dana masyarakat, bank memperoleh balas jasa dalam bentuk bagi hasil berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Tujuan dari perputaran dana ini adalah sebagai perolehan hasil profit dan mobilisasi dana dapat terus berjalan.
Secara dasar hukum terlihat bahwa pemertintah mendukung pemberdayaan UKM melalui pembiayaan perbankan, dalam konteks ini BRI Syariah
melakukan kebijakan-kebijakan yang bersifat strategis dalam upaya memberdayakan
UKM. Dukungan tersebut juga diperkuat oleh peraturan-peraturan daerah misalkan di Tangerang sebagai kota industri dalam memberdayakan UKM
nya harus menerbitkan beberapa Perda diantaranya, Peraturan Daerah No. 7
44
Euis Amalia Reformasi Kebijakan Bagi Penguatan Lembaga Keuangan Mikro dan Usaha Kecil di Indonesia
, h. 267
Tahun 2002, tentang Pengaturan, Pembinaan dan Pengendalian Industri dan Perdagangan.
Hal ini jadi pijakan bahwa Bank Syariah khususnya BRI Syariah di Tangerang harus memberdayakan Usaha Kecil Menengah yang kemudian
diaplikasikan dalam bentuk program strategi penyaluran dananya antara lain :
a. Penggunaan Dana PKBL pembiayaan kemitraan
PKBL Program Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah membina embrio UKM yang belum bankable dengan tetap berprinsip
syariah. Pembinaan itu meliputi aspek manajemen dan pemasaran. Dalam tiga priode UKM berhasil melunasi pembiayaan dengan baik, maka
debitur dapat diberikan pembiayaan Mikro Komersial yang lebih sustainable
. Dengan demikian, kedua belah pihak mendapat keuntungan, baik itu nasabah ataupun BRI Syariah.
Dalam Pembiayaan Kemitraan ini BRI Syariah secara tekhnis melakukan beberapa tahapan, pertama melakukan pembelajaran internal
bagi bank dengan cara mengenal karakteristik debitur dan bisnis debitur untuk meningkatkan Cutomer Base, kedua melakukan pembelajaran
eksternal ke nasabah dengan cara mengenalkan mekanisme perbankan kepada UKM yang belum bankable.
45
Gamabar 1.2
Skema PKBL BRI
45
Sulaiman A. Arianto. Direktur UKM BRI “Strategi Perbankan Syariah Dalam Memajukan UKM
” Jakarta, 26 September 2007
b. Lingkage program dengan lembaga keuangan mikro
Dalam kajiannya lingkage program merupakan perluasan pembiayaan syariah melalui pola kemitraan dengan lembaga terkait
misalkan lembaga keuangan mikro seperti BPRS, BMT, Koperasi, dalam operasionalnya Bank Rakyat Indonesia Syariah memberikan pembiayaan
modal kerja kepada lembaga keuangan yang bisa di ajak kerjasama, sekaligus bank memberikan tekhnis pembiayaan kepada LKM.
Lingkage program ini sangat penting dilakukan karena bagi bank
syariah sendiri memperluas customer base nasabah yang belum bankable sehingga pembiayaan kepada BRI Syariah dapat terjangkau. Begitupun
bagi LKM yang merasa lebih kuat dan dipercaya dalam mengembangkan bisnisnya karena di back-up oleh BRI sehingga lebih mudah dalam
penyalurannya. Ada empat pola dalam kebijakan ini anatara lain : 1 Executing
Pembiayaan Kemitraan PKBL
Pembiayaan Komersial
Setelah 3 priode berhasil melunasi pembiayaan dengan baik, maka debitur
dapat diberikan pembiayaan Mikro Komersial yang lebih suistainable
PROSES MIGRASI
Pola ini merupakan kerjasama dua bank dan bank lainnya sebagai bank yang akan menyalurkan pembiayaan. Resiko pembiayaan
sepenuhnya sitanggung oleh penyalur. Bentuk ini paling banyak dipilih karena dengan pertimbangan mengurangi resiko yang
ddisebabkan adanya kredit macet. 2 Joint Financing
Bentuk kerjasama ini merupakan dua bank atau lebih dimana masing-masing bank sharing dana untuk pembiayaan sebuah
proyek yang relatif membutuhkan dana yang besar. Resiko kerugian dibagi sesuai dengan kontribusi masing-masing.
3 Chanelling Merupakan bentuk kerjasama anatara dua bank dimana bank
penyedia dana menyalurkan dananya bdalam bentuk pembiayaan melalui pengelola dana. Untuk jasa pengelolaan tersebut bank akan
mendapat fee. Sedangkan resiko kredit macet ditanggun penyedia dana.
4 Asset Buy
Adalah pembelian asset bank berupa pembiayaan oleh bank lain. Transaksi ini disebabkan bank kelebihan likuiditas, atau karena
sebuah kebijakan tertentu untuk menyalurkan dananya, sementara
itu bank tidak mempunyai pengalaman yang cukup untuk menyalurkannya
46
.
Gambar 1.3
Skema Lingkage Program
c. Model penjaminan cash collateral dari instansi
Kebijakan ini merupakan kerjasama antara perbankan syariah dengan Instansi lembaga yang akan menyalurkan dana bergulir untuk menjamin
pembiayaan mitra binnaannya. Instansi lembaga tersebut memberikan bimbingan tekhnis kepada mitra binaannya untuk meningkatkan
kemampuan usahanya. Adapun manfaat dari program ini adalah mendorong binaan untuk dapat berhubungan dengan bank, yang pada
akhirnya dapat berhubungan sendiri dengan bank secara komersial tanpa dukungan pemerintah. Selain itu sebagai saran memperluas customer base
yang akan datang.
46
Ahmad soekro Tratmono, Edi Setiawan, Nyimas Rohmah, Kajian Lingkage Antar Keuangan
Jakarta: Bank Indonesia, Direktorat Perbankan Syariah, 2004 h.35 BPR
BUS BUS
BUS BPRS
UKM LKMS UKM LKMS
UKM LKS
BPR
Executing Chanelling
Joint Financing
Gambar 1.4 Skema Cash Collateral
1. Instansi pemerintah melakukan inventarisasi calon mitra binaan melalui dinas di daerah
2. Instansi pemerintah memberikan data mitra binaan sekaligus menyetorkan dana bergulir ke perbankan syariah
3. Mitra binaan mengajukan pembiayaan perbankan syariah 4. Perbankan syariah memberikan pembayaran kepada mitra binaan
5. Instansi pemerintah melalui dinas memberikan bantuan teknis 6. Karena keterbatasan jumlah SDM perbankan syariah, maka
meminta bantuan KKMB untuk melakukan pembinaan terhadap mitra binaan
7. Lembaga pendamping melakukan pembinaan untuk aspek perbankan
8. Dinas terkait melakukan konsultasi dengan lembaga pendamping atas kemajuan usaha mitra binaan
C. Proporsi Pembiayaan UKM dan Non UKM Oleh BRI Syariah