Selain  itu,  menurut  Sofyan  S.  Harahap,  ada  beberapa  hal  yang  diatur  dalam etika profesi audit internal seperti sikap independent, perlunya menjaga kerahasiaan,
pengaturan  tentang  publikasi  dan  promosi,  aturan  tentang  surat  penugasan,  aturan tentang pergantian akuntan, penentuan feehonorium, kewajiban kepada pihak ketiga,
perilaku yang tidak dibolehkan kepada langganan, kewajiban manajemen dan auditor seta hubungan istimewa dengan langganan.
19
G. Audit Berbasis Risiko
1. Definisi Audit Berbasis Risiko
Perkembangan  bank  yang  pesat,  baik  dalam  peningkatan  jenis  produk, peningkatan  efektivitas,  sampai  pada  peningkatan  jumlah  cabang  umumnya
sulit  dikejar  oleh  penyediaan  tenaga  auditor  baik  dalam  kuantitas  maupun kualitas.  Karena  keterbatasan  itu,  memfokuskan  dan  memprioritaskan
pengendalian  khususnya  audit  pada  aspek  dan  area  yang  berisiko  tinggi  akan
mudah disesuaikan dengan jumlah tenaga.
Risk Based Auditing adalah audit yang difokuskan dan diprioritaskan pada risiko  bisnis  dan  prosesnya  serta  pengendalian  terhadap  risiko  yang  dapat
terjadi.
20
Dengan demikian audit berbasis risiko berfungsi mulai dari saat penetapan tujuan perusahaan sampai kepada upaya untuk mencapai tujuan tersebut dengan
memberikan  fokus  lebih  kepada  risiko  termasuk  kontrol  yang  telah
19
Sofyan S. Harahap, Auditing Dalam Perspekt if Islam, h.225-226.
20
Dunil Z, Risk Based Audit Dalam Pemeriksaan Perkredit an Bank Umum, h.18.
diidentifikasi  oleh  Manajemen,  khususnya  risiko  yang  dapat  menggagalkan pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam konsep audit berbasis risiko, semakin tinggi risiko suatu area, maka harus  semakin  tinggi  pula  perhatian  dalam  audit  area  tersebut.  Untuk
mengidentifikasi  suatu  risiko  bisnis,  auditor  harus  memahami  aspek pengendalian  dari  bisnis  termasuk  memahami  risiko  dan  pengendalian  dari
system dalam mencapai sasaran atau tujuan organisasi.
21
2. Tujuan Audit Berbasis Risiko
Tujuan  audit  berbasis  risiko  secara  umum  adalah  dalam  rangka  mengurangi risiko, mengantisipasi risiko potensial yang dapat merugikan operasi perusahaan serta
melindungi perusahaan dari kejadian tak terduga yang diantisipasi sebelum kejadian tersebut benar-benar terjadi.
22
Secara  lebih  rinci,  Amin  Widjaja  menjelaskan  tujuan  audit  berbasis  risiko adalah  untuk  memberikan  keyakinan  atau  kepastian  assurance  kepada  Komite
Audit atau dewan komisaris dan direksi, bahwa: a.  Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko, dan proses tersebut telah
dirancang dengan baik. b.  Proses  manajemen  risiko  dimaksud  telah  diintegrasikan  oleh  manajemen
perusahaan kedalam semua tingkatan organisasi mulai dari tingkat korporasi,
21
Amin Widjaja Tunggal, Pokok-pokok Audit Int ernal, h.95
22
Idem
divisi,  sampai  satuan  kerja  terkecil  dan  telah  berfungsi  sebagaimana  yang diinginkan.
c.  Kerangka kerja kontrol internal control framework dan tata kelola yang baik governance  yang  ada telah tersedia secara cukup dan  berfungsi  secara  baik
guna mengendalikan risiko-risiko yang ada. d.  Manajemen mampu mengidentifikasi dan menilai risiko yang ada secara baik,
serta telah memberikan tanggapan terhadap risiko-risiko tersebut secara cukup dan efektif, guna menurunkan dampak serta kemungkinan terjadinya risiko ke
tingkat yang dapat diterima oleh dewan komisaris dan direksi.
3. Perbandingan Audit Berbasis Risiko dengan Audit Konvensional