BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Audit
Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke 1981 mendefinisikan audit yaitu: “Auditing  adalah  satu  set  prosedur  yang  sesuai  dengan  norma
pemeriksaan  akuntan  yang  memberikan  informasi  sehingga  akuntan  yang memberikan  informasi  sehingga  akuntan  dapat  menyatakan  suatu  pendapat
tentang  apakah  laporan  keuangan  yang  diperiksa  disajikan  secara  wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku”.
Pengertian auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,  oleh  pihak  yang  independen,  terhadap  laporan  keuangan  yang  telah
disusun  oleh  pihak  manajemen  beserta  catatan-catatan  pembukuan  dan  bukti-bukti pendukungnya,  dengan  tujuan  untuk  dapat  memberikan  pedapat  mengenai  laporan
kewajaran laporan keuangan tersebut menurut Sukrisno Agoes 1996:1. Sedangkan pengertian auditing menurut PSAK - Tim Sukses UKT Akuntansi
2006  adalah  suatu  proses  sistematik  yang  bertujuan  untuk  memperoleh  dan mengevaluasi  bukti  yang  dikumpulkan  atas  pernyataan  atau  asersi  tentang  aksi-aksi
ekonomi  dan  kejadian-kejadian  dan  melihat  bagaimana  tingkat  hubungan  antara pernyataan  atau  asersi  dengan  kenyataan  dan  menkomunikasikan  hasilnya  kepada
yamg berkepentingan.
Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses secara  sistematis  yang  dilakukan  oleh  orang  berkompeten  dan  independen  dengan
mengumpulkan  dan  mengevaluasi  bahan  bukti  dan  bertujuan  memberikan  pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
B. Audit dalam Perspektif Islam
Banyak sekali pesan tentang audit dan control dalam ajaran Islam. Berikut ini adalah  beberapa  nash  Al-Qur’an  dan  hadits  yang  dapat  dijadikan  renunangan  oleh
para banker dan praktisi keuangan.
8
1. Al-Qur’an
“Hai  Orang-Orang  Yang  Beriman,  Jika  Datang  Kepadamu  Orang Fasik  Membawa  Suatu  Berita,  Periksalah  Dengan  Teliti  Agar  Kamu  Tidak
Menimpakan  Suatu  Musibah  Kepada  Suatu  Kaum  Tanpa  Mengetahui Keadaannya  Yang  Menyebabkan  Kamu  Menyesal  Atas  Perbuatanmu
Itu”Al-Hujuraat:6 Dari  ayat  diatas  terlihat  jelas,  bagaimana  kita  diminta  untuk  memeriksa
sesuatu  dengan  teliti,  selain  itu  kita  juga  di  minta  untuk  adil,  sebagaimana  ayat dibawah ini:
“Hai  orang-orang  yang  beriman,  hendaklah  kamu  menjadi  orang- orang  yang  selalu  menegakkan  kebenaran  karena  Allah,  menjadi  saksi
dengan adil…” Al-Maa’idah:8
8
M . Syafi’I Ant onio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Prakt ek, h.208.
“Demi  masa,  sesungguhnya  manusia  itu  benar-benar  berada  dalam kerugian,  kucuali  orang-orang  yang  beriman  dan  mengerjakan  amal  saleh,
dan  nasehat-menasehati  supaya  menaati  kebenaran  dan  nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran,” al-Ashr: 1-3
2. Al-Hadits
“Katakanlah kebenaran itu sekalipun pahit.” al-Hadits “Barangsiapa  di  antaramu  melihat  kemungkaran,  hendaklah  ia  mengubahnya
dengan  tangan  kekuasaan-nya.  Apabila  tidak  sanggup,  dengan  ucapannya. Apabila  tidak  sanggup,  dengan  hatinya,  dan  itulah  selemah-lemahnya  iman.”
Al-Hadits
C. Risiko dan Jenis Risiko
1. Definisi Risiko
Menurut  Robert  ada  beberapa  definisi  mengenai  risiko,  tergantung jenis  keperluan  risiko  tersebut
9
.  Dan  menurut  Peraturan  Bank  Indonesia No.58PBI2003  tentang  Penerapan  Risiko  bagi  Bank  Umum,  risiko
didefinisikan  sebagai  potensi  terjadinya  suatu  peristiwa  event  yang  dapat menimbulkan kerugian bank.
9
Robert  Tam pubolon, Risk and Syst em Based Jakarta: PT. Elex M edia Kom put indo, 2005, h. 19-21.
David  Mc.  Namee  dan  Georger  Selim  memberikan  definisi  tentang risiko  risk  sebagai  suatu  konsep  yang  digunakan  untuk  mengekspresikan
ketidakpastian tentang kejadian danatau dampaknya yang dapat memiliki efek atas pencapaian tujuan organisasi.
10
Ringkasnya  risiko  bank  dapat  didefinisikan  sebagai  kombinasi  dari tingkat  kemungkinan  sebuah  peristiwa  terjadi  disertai  konsekuensi  dampak
dari peristiwa tersebut pada bank. Setiap kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa  terjadi  atau  tidak  terjadi  dengan  konsekuensi  atau  dampak  yang
memberi  peluang  untuk  untung  Upside  atau  mengancam  sebuah  kesuksesan Downside.
Untuk  melihat  peran  Risk  Based  Internal  Auditing  ,  risiko didefinisikan sebagai sebuah konsep untuk menunjukkan tingkat ketidakpastian
yang  berdampak  secara  material  terhadap  tujuan  usaha  sebuah  organisasi. Apabila  disederhanakan,  risiko  adalah  berbagai  peristiwa  atau  situasi  yang
dapat  menghambatmenggagalkan  sebuah  organisasi  mencapai  tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
11
2. Jenis – jenis risiko
Secara  umum,  risiko-risiko  yang  melekat  pada  aktivitas  fungsional  bank syariah  dapat  diklasifikasikan  ke  dalam  tiga  jenis  risiko,  yaitu  risiko
pembiayaan, risiko pasar; terdiri dari forex risk, interest rate risk, liquidity risk
10
David M c Nam ee and Georgers Salim PhD. Inst itut e Int ernal Audit or, “ Risk M anagement , Changing t he Audit or Paradigm”
Decem ber 1988.
11
Robert  Tam pubolon, Risk and Syst em Based, h.3
dan  price  risk,  serta  risiko  operasional;  terdiri  dari  transactional  risk, compliance risk, strategic risk, reputation risk dan legal risk.
12
: a.
Risiko Pembiayaan Risiko  pembiayaan  adalah  risiko  yang  disebabkan  oleh  adanya
kegagalan  counterparty  dalam  memenuhi  kewajibannya.  Dalam  bank syariah,  risiko  pembiayaan  mencakup  risiko  terkait  produk  dan  risiko
terkait pembiayaan korporasi. b.
Risiko Pasar Market Risk Risiko pasar adalah risiko kerugian  yang terjadi pada portofolio  yang
dimiliki  oleh  bank  akibat  adanya  pergerakan  variabel  pasar  Adverse Movement berupa Suku Bunga dan Nilai Tukar.
Risiko pasar ini mencakup empat hal, yaitu risiko tingkat suku bunga interst  rate  risk,  risiko  pertukaran  mata  uang  foreign  exchange  risk,
risiko harga price risk, dan risiko likuiditas liqudity risk. c.
Risiko Operasional Operational Risk Risiko  operasional  adalah  risiko  yang  antara  lain  disebabkan  oleh
ketidakcukupan  atau  tidak  berfungsinya  proses  internal,  human  error, kegagalan  sistem,  atau  adanya  problem  eksternal  yang  mempengaruhi
operasional bank. Ada tiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya risiko ini, yaitu:
12
Adiw arman Karim , Bank Islam. h.260
1  Infrastruktur, seperti
Teknologi, kebijakan,
lingkungan, dan
sebagainya, 2  Proses, dan
3  Sumber daya. Risiko ini mencakup lima hal, yaitu risiko reputasi reputation
risk,  risiko  kepatuhan  compliance  risk,  risiko  transaksi  transactional risk, risiko strategis strategic risk, dan risiko hukum legal risk.
1  Risiko Reputasi Risiko  Reputasi  Reputation  Risk  adalah  risiko  yang  antara  lain
disebabkan  oleh  adanya  publikasi  negatif  yang  terkait  dengan  kegiatan bank atau adanya persepsi negatif terhadap bank.
Hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap reputasi antara lain : a  Manajemen
b  Pemegang saham c  Pelayanan yang di sediakan
d  Penerapan prinsip-prinsip syariah e  Publikasi
Bila manajemen dalam pandangan para stakeholder dinilai baik maka risiko reputasi menjadi rendah, demikian juga bila peruahaan dimiliki oleh
pemegang  saham  yang  kuat  maka  risiko  reputasi  juga  rendah.  Dalam  hal pelayanan, bila pelayanan kurang baik maka risiko reputasi menjadi tinggi.
Dalam  penerapan  prinsip-prinip  syariah  haruslah  dilaksanakan  secara
konsekuen  agar  tidak  timbul  penilaian  negatif  terhadap  penerapan  sistem syariah  tersebut  yang  dapat  mengakibatkan  timbulnya  publikasi  negatif
sehingga akan menaikan tingkat risiko reputasi. 2  Risiko Kepatuhan Compliance Risk
Risiko  Kepatuhan  adalah  risiko  yang  di  sebabkan  oleh  tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun
eksternal. 3  Risiko Strategik Strategic Risk
Risiko Strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penepatan  dan  pelaksanaan  strategi  bank  yang  tidak  tepat,  pengambilan
keputusan  bisnis  yang  tidak  tepat  atau  bank  tidak  mematuhi    tidak melaksanakan  perubahan  perundang-undangan  dan  ketentuan  lain  yang
berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian internal secara konsiten.
Indikasi  dalam  risiko  strategi  ini  dapat  dilihat  dari  kegagalan  dalam mencapai target bisnis yang telah ditetapkan, baik target keuangan maupun
non-keuangan. 4  Risiko Transaksi Transactional Risk
Risiko  transaksi  adalah  risiko  yang  disebabkan  oleh  permasalahan dalam pelayanan atau produk-produk yang disediakan. Penyebab timbulnya
risiko ini antara lain adalah sebagai berikut:
a  Kekeliruan b  Kecurangan
c  Sistem teknologi dan informasi d  Pos-pos terbuka
5  Risiko Hukum Legal Risk Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan
aspek  yuridis,  seperti:  adanya  tuntunan  hukum,  ketiadaan  peraturan perundang-undangan  yang  mendukung  atau  kelemahan  perikatan
perjanjian seperti tidak terpenuhinya syarat keabsahan suatu kontrak atau pengikatan agunan yang tidak sempurna.
Dalam  kaitan  dengan  risiko  hukum  ini,  hal-hal  yang  di  perhatikan adalah:
a  Kaharusan memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis b  Keharusan  melaksanakan  prosedur  analisis  aspek  hukum  terhadap
produk dan aktivitas baru c  Keharusan  memiliki  satuan  kerja  yang  berfungsi  sebagai  “legal
watch”,  tidak  saja  terhadap  hukum  positif  tetapi  juga  terhadap  fatwa DSN dan ketentuan-ketentuan lainnya berdasarkan prinsip syariah
d  Keharusan  menilai  dampak  perubahan  ketentuanperaturan  terhadap risiko hukum.
e  Keharusan untuk menerapkan sanksi secara konisten
f  Keharusan  untuk  melakukan  kajian  secara  berkala  terhadap  akad, kontrak  dan  perjanjian-perjanjian  bank  dengan  pihak  lain  dalam  hal
efektivitas dan enforceability. Dampak dari risiko operasional  yang  mencakup risiko reputasi, risiko
kepatuhan,  risiko  strategis,  risiko  transaksi  dan  risiko  hukum  ini  dapat berupa:
a  Penarikan besar-besaran terhadap Dana Pihak Ketiga; b  Timbul masalah likuiditas;
c  Ditutup oleh Bank Indonesia; d  Kebangkrutan.
D. Manajemen Risiko
1. Definisi Manajemen Risiko
Konsep  manajemen  risiko  mulai  banyak  dibicarakan  di  Indonesia, khususnya  setelah  tahun  2003  Bank  Indonesia  mengeluarkan  peraturan
mengenai manajemen risiko bagi semua bank umum commercial bank. Peraturan  Bank  Indonesia  No.  58PBI2003  yang  diuraikan  lebih  rinci
dalam  lampiran  Surat  Edaran  Bank  Indonesia  No.  521DPNP  tanggal  29 September 2003 mendefinisikan Manajemen Risiko sebagai:
“Prosedur  dan  metodologi  yang  digunakan  untuk  mendeteksi,  mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank”.
Sasaran  kebijakan  manajemen  risiko  adalah  mengidentifikasi,  mengukur, memantau  dan  mengendalikan  jalannya  kegiatan  usaha  bank  dengan  tingkat
risiko  yang  wajar  secara  terarah,  terintegrasi,  dan  berkesinambungan.  Dengan demikian,  manajemen  risiko  berfungsi  sebagai  filter  atau  pemberi  peringatan
dini early warning system terhadap kegiatan usaha bank.
2. Ruang Lingkup Manajemen Risiko
Menurut  Peraturan  Bank  Indonesia  No.  58PBI2003  tentang  penerapan Manajemen Risiko Bank Indonesia, Bank wajib menerapkan manajemen risiko
secara efektif. Penerapan manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup :
a.  Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi b.  Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
c.  Kecukupan  proses  identifikasi,  pengukuran,  pemantauan  dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko
d.  Sistem pengendalian intern yang menyeluruh Penerapan  manajemen  risiko  wajib  disesuaikan  dengan  tujuan,
kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank.
3. Karakter Manajemen Risiko Dalam Bank Syariah
Manajemen  risiko  dalam  bank  syariah  mempunyai  karakter  yang  berbeda dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas
melekat  hanya  pada  bank-bank  yang  beroperasi  secara  syariah.  Dengan  kata lain,  perbedaan  mendasar  antara  bank  syariah  dan  bank  konvensional  bukan
terletak pada bagaimana cara mengukur how to measure, melainkan pada apa yang dinilai what to measure. Perbedaan tersebut akan tampak terlihat dalam
proses  manajemen  risiko    operasional  bank  syariah  yang  meliputi  identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko dan monitoring risiko.
13
Perkembangan  manajemen  risiko  sebagai  proses  tata  kelola  kunci  yang masih  berada  pada  tahap  awal  di  Indonesia  merupakan  peluang  bagi  profesi
Audit Intern untuk segera mengubah fokus pemeriksaannya yang semula lebih pada pengendalian dan kepatuhan menjadi fokus ke risiko.
Penerapan manajemen risiko membutuhkan profesi Audit Intern yang juga harus memiliki paradigma baru, karena manajemen risiko bukanlah sebuah alat
yang  secara  otomatis  akan  membebaskan  sebuah  organisasi  dari  risiko. Manajemen risiko bukan sebuah bola kristal yang dapat mengidentifikasi semua
risiko.  Oleh  karena  itu  manajemen  risiko  tidak  dapat  berfungsi  dengan sendirinya, tanpa dukungan profesi lain sepertinya halnya Audit Intern.
14
E. Pengendalian Intern
“Where there are risk to the achievement of objective, which mean failure is a strong possibility, controls have to be put in place to address these risks”
15
. Kutipan tersebut  mencoba  menjelaskan  bahwa  kegiatan  pengendalian,  contohnnya
pengendalian  intern, dapat  membantu perusahaan untuk  mencapai tujuannya dengan cara mengendalikan risiko-risiko yang menghambat pencapaian tujuan tersebut.
13
Adiw arman Karim. Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan, h.256
14
Robert  Tam pubolon. Risk and Syst em Based Int ernal Audit , h.9
15
K.H. S pencer Picket t , The Essential Handbook of Internal Audit ing John Wiley   Sons, Lt d h.85.
COSO  Commitee  of  Sponsoring  Organizations  mendefinisikan  pengendalian intern sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh manajemen, karyawan, serta pihak
yang  terkait,  yang  didesaian  untuk  menyediakan  keyakinan  yang  memadai  dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan berikut
16
: 1.  Memfasilitasi  terciptanya  efektivitas  dan  efisiensi  kegiatan  operasi  dengan
memberikan  respon  yang  tepat  terhadap  risiko  usaha,  risiko  operasi,  risiko keuangan, risiko kepatuhan dan risiko-risiko  lainnya  yang  bersifat signifikan
untuk  mencapai  tujuan  dari  perusahaan.  Hal  ini  termasuk  menjaga penggunaan  aset  dari  kegiatan  penyalahgunaan  atau  kehilangan,  dan
memastikan kewajiban tersebut telah diidentifikasi dan dikelola dengan baik. 2.  Membantu  menjamin  kualitas  dari  laporan  baik  internal  maupun  eksternal.
Tujuan ini membutuhkan pengelolaan semua proses dan pencatatan, sehingga menghasilkan informasi yang handal, relevan dan tepat waktu.
3.  Membantu  menjamin  kepatuhan  terhadap  hukum  dan  peraturan;  dan  juga kebijakan-kebijakan internal perusahaan.
COSO 1994 juga menyatakan tentang elemen-elemen pengendalian internal Pickett, 2005, hal.91-92, terdiri dari:
a.  Control Environment Control  Environment  terdiri  dari  tindakan,  kebijakan  dan  prosedur  yang
mencerminkan sikap menyeluruh dari manajemen puncak, komisaris, direksi dan pemilik perusahaan. Faktor-faktor Control Environment meliputi integritas, nilai-
16
Ibid, hal.86.
nilai etika dan kompetensi orang-orang di dalam entitas; filosofi manajemen dan gaya  operasional;  manajemen  cara  dalam  menugaskan  otoritas  dan  tanggung
jawab,  dan  mengorganisir  dan  mengembangkan  orang-orangnya;  dan  perhatian dan petujuk yang dihasilkan oleh dewan direksi.
b.  Risk Assesment Setiap  entitas  menghadapi  berbagai  macam  risiko  dari  sumber-sumber
eksternal  maupun  internal  yang  harus diperkirakan. Prekondisi untuk  melakukan Risk  Assesment  adalah  membangun  tujuan-tujuan,  yang  terhubung  di  level-level
yang  berbeda  dan  konsisten  secara  internal.  Risk  Assesment  adalah  identifikasi dan  analisis  atas  risiko-risiko  yang  relevan  untuk  pencapaian  tujuan,  yang
membentuk sebuah basis untuk menetukan bagaimana risiko sebaiknya dikelola. c.  Information and Communication
Informasi  yang  tepat  harus  diidentifikasi,  ditangkap  dan  dikomunikasikan dalam sebuah  form dan kerangka waktu yang  memungkinkan orang-orang untuk
melaksanakan  tanggung  jawabnya.  Komunikasi  yang  efektif  juga  harus  muncul dengan  perasaan  yang  meluas,  yang  mengalir  turun,  melewati  dan  naik  dalam
organisasi.  Semua  personil  harus  menerima  pesan  yang  jelas  dari  manajemen puncak,  yang  mengendalikan  tanggung  jawab,  yang  harus  dijalankan  secara
serius. d.  Control Activities
Control  Activities  adalah  kebijakan  dan  prosedur  yang  membantu  untuk meyakinkan petunjuk manajemen dijalankan. Control Activities  membantu untuk
meyakinkan  bahwa  tindakan-tindakan  penting  diambil  untuk  menempatkan risiko-risiko ke dalam pencapaian fungsi-fungsi.
e.  Monitoring Sistem  pengendalian  internal  perlu  untuk  dimonitor.  Monitoring  adalah
sebuah proses untuk memperkirakan kualitas dari kinerja sistem sepanjang waktu. Hal  ini  dicapai  melalui  aktivitas  monitoring  secara  terus-menerus  dalam  jalur
operasional. Bank Indonesia sendiri,  melalui Surat Edaran Bank Indonesia  no.522DPNP
tanggal  29  September  2003,  mendefinisikan  pengendalian  intern  adalah  suatu mekanisme
pengawasan yang
ditetapkan oleh
manajemen bank
secara berkesinambungan on going basis, guna:
a.  Menjaga dan mengamankan harta kekayaan Bank b.  Menjamin tersedianya laporan yang lebih akurat
c.  Meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku d.  Mengurangi dampak keuangankerugian, penyimpangan termasuk kecurangan
fraud dan pelanggaran aspek kehati-hatian e.  Meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efesiensi biaya
Prinsip  pengendalian  intern  oleh  Bank  Indonesia  ini  mengadaptasi  prinsip Internal  Control  yang  ada  dalam  Bank  for  International  Settlement  BIS.  Adapun
tujuan  dari  pengendalian  intern  tersebut  menurut  SE  no.522DPNP  tanggal  29 September 2003 adalah terdiri dari empat buah tujuan seperti dijelaskan dibawah ini:
a.  Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan kepatuhan adalah untuk menjamin bahwa semua kegiatan usaha Bank
telah  dilaksanakan  sesuai  dengan  ketentuan  dan  peraturan  perundang- undangan  yang  berlaku,  baik  ketentuan  yang  dikeluarkan  oleh  pemerintah,
otoritas  pengawasan  Bank  maupun  kebijakan,  ketentuan  dan  prosedur  intern yang ditetapkan oleh Bank.
b.  Tersedianya  informasi  keuangan  dan  manajemen  yang  benar,  lengkap  dan tepat waktu Tujuan Informasi
Tujuan  informasi  adalah  untuk  menyediakan  laporan  yang  benar,  lengkap, tepat  waktu  dan  relevan  yang  diperlukan  dalam  rangka  pengambilan
keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. c.  Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha Bank Tujuan Operasional
Tujuan operasional dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan aset dan sumber daya lainnya dalam rangka melindungi
Bank dari risiko kerugian. d.  Meningkatkan efektivitas budaya risiko Risk Culture pada organisasi secara
menyeluruh. Tujuan  budaya  risiko  dimaksudkan  untuk  mengidentifikasi  kelemahan  dan
menilai  penyimpangan  secara  dini  dan  menilai  kembali  kewajaran  kebijakan dan prosedur yang ada di Bank secara berkesinambungan.
Terselenggaranya  sistem  pengendalian  intern  yang  handal  dan  efektif  menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam  organisasi Bank.
F. Internal Audit