Penerapan audit berbasis risiko di Bank Muamalat

(1)

PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO

DI BANK MUAMALAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:

YANA FEBRINA

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1432 H/2011


(2)

PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO

DI BANK MUAMALAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

YANA FEBRINA

NIM. 107 04610 2325

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. ABDUL MALIK, MM. ERIKA AMELIA, SE. M.Si.

NIP. 150183066 NIP. 197711092009122001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, penulis panjatkan kehadirat-Nya, atas limpahan rahmat, nikmat, pertolongan serta keajaiban-keajaiban dari-Nya. Shalawat beserta salam selalu tercurah kepada suri tauladan seluruh umat Nabi Muhammad SAW, yang telah mencerahkan alam semesta ini dengan bergelimang ilmu pengetahuan.

Penulis merasa bahagia dan sangat bersyukur dengan selesainya studi dan skripsi ini tetapi kebahagian ini tidak akan tercapai tanpa do’a, dukungan dan ketulusan yang penuh dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, MA, SH, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Mu’min Rauf, M.A, Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. Abdul Malik, M.M, Dosen Pembimbing I, serta Ibu Erika Amelia, SE. M.Si, Dosen Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta sabar dalam memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

4. Ibu Sunarti selaku Kepala Bagian Riset Muamalat Institute, kepada para auditor Bank Muamalat dan Bapak Hapsari Nazli yang turut membantu dan membimbing penelitian penulis.

5. Bapak Mohammad Hassan, Ak. MAFIS selaku Direktur Pengembangan Yayasan Pendidikan Internal Audit.

6. Para dosen yang telah mendidik penulis hingga menyelesaikan studi di Program Studi Muamalat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Terutama untuk kedua orangtua tercinta yang luar biasa. Makasi banyak yo ama jo apa ku nan tacinto.... yang tiada bosan dan henti-hentinya mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan mendoakan penulis dengan segenap ketulusan hati di setiap ayunan tangan dan langkah kaki penulis dalam kehidupan ini. Banyak keajaiban yang penulis alami berkat doa-doa beliau. Semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagian, kedamaian, kesehatan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.

8. Kepada adik-adikku tersayang, Ryan yang gagah lagi rajin, Irvan yang ganteng lagi baik hati, Viola yang cantik lagi cerdas. Kalian semua sangat berarti bagi penulis.

9. Kepada sahabat-sahabatku PSA07 Disfa Lidian Handayani, Sisil, Wawa, Ima, Tia, Uus, Netty, Fika, Tika, Nur dan para penghuni young executive class lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas persahabatan dan semangat yang ditularkan kepada penulis.


(5)

10.Untuk teman-teman KKN penulis yang super unik, Fena, Puput, Bunda Helda, Dewi, Elok Nandra, Pak Tua Ishaq, Yudi, Ferly, Hamim, Bedul, Ahda, Wandi, Ridwan, Rizki. Sungguh kehadiran kalian semua, membuat perjalanan kehidupan penulis semakin manis.

11.Kepada Grup Magic Mujahidah (GM2) Desti, Riri, Husnul, Mata dan Atiqoh. Terimakasih untuk segala keceriaan, canda tawa yang telah menemani penulis dalam menjalani hari-hari dikosan.

12. Teruntuk Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat yang begitu

memberikan kesan mendalam bagi penulis. KMM tak bisa dilepaskan dari kisah hidup penulis selama diperantauan. Gelak, tawa, air mata, bahagia, marah, senang, cemas, peduli, cemburu, semangat, semuanya terlalu lengkap untuk dituliskan. Penulis tak mampu menuliskan satu nama pun, karena semuanya begitu berarti, begitu berkesan, begitu indah, penuh warna-warni. Love U ALL...

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Ciputat, 1 Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Pembatasan Masalah 7

C. Perumusan Masalah 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

E. Metode Penelitian 8

F. Review Studi Terdahulu 10

G. Sistematika penulisan 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Audit 13

B. Audit dalam Perspektif Islam 13

C. Risiko dan Jenis Risiko 14

D. Manajemen Risiko 20

E. Pengendalian Intern 22

F. Internal Audit 27


(7)

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah dan Profil Bank Muamalat 34

B. Tujuan Pendirian Bank Muamalat 37

C. Produk dan jasa Bank Muamalat 37

D. Manajemen Risiko Bank Muamalat 48

BAB IV PEMBAHASAN

A. Audit Internal Bank Muamalat 51

B. Kebijakan Manajemen Risiko Bank Muamalat 55

C. Gambaran Tahapan dalam Menerapkan Audit Berbasis Risiko 61

D. Penilaian Divisi Internal Audit Dalam Mengevaluasi 66

Pengendalian Intern

E. Peran Divisi Internal Audit BMI dalam Manajemen Risiko 76

Bank Muamalat

F. Perbedaan Audit Konvensional dengan Audit Berbasis Risiko 77

G. Kelebihan dan Kelemahan dari Audit Berbasis Risiko 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 82

B. Saran 84

DAFTAR PUSTAKA 85


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi, transportasi, globalisasi, pertumbuhan pasar, regulasi, persaingan, dan restrukturisasi telah mendorong persaingan usaha yang semakin kompetitif, termasuk dalam industri perbankan. Saat ini industri perbankan berkembang dengan pesat dan memiliki kegiatan usaha yang semakin beragam. Hal ini menyebabkan perbankan dihadapkan pada risiko yang semakin kompleks khususnya perbankan syariah. Dan oleh karena itulah perbankan syariah dituntut untuk meningkatkan kebutuhan tata kelola bank yang sehat serta manajemen risiko yang baik bagi kegiatan usaha perbankan syariah.

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat di perkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodelogi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko.1

1

Adiw arman Karim , Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, ed.IV,(Jakart a: Raja Grafindo Persada, 2010) h.255.


(9)

Bank Syariah yang saat ini sedang berkembang pesat, mulai dari bertambahnya Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan BPRS yang semakin banyak dari segi kuantitas. Data perkembangan Bank Syariah di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Indikator Desember 2009 2010

2007 2008 Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei

Bank Umum Syariah (BUS)

Jumlah Bank 3 5 5 6 6 7 8 9 10

Jumlah Kantor 401 581 660 711 820 852 934 918 970

Unit Usaha Syariah (UUS)

Jumlah Bank 26 27 24 25 25 25 25 25 24

Jumlah Kantor 196 241 264 287 288 294 299 312 298

BPR Syariah

Jumlah Bank 114 131 137 138 140 142 143 144 144

Jumlah Kantor 185 202 220 225 262 265 266 271 271

Total Kantor 925 1187 1310 1392 1541 1585 1675 1679 1717

Sumber:Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) Bank Indonesia Mei 2010


(10)

Data yang disajikan menunjukan perkembangan perbankan syariah di Indonesia sangat menjanjikan bagi para investor dalam negeri dan luar negeri. Data statistik menunjukkan semakin positifnya respon masyarakat serta perusahaan untuk menyimpan dana komersil dan dana sosialnya melalui bank-bank syariah untuk pengembangan sektor industrial dan usaha kecil.

Perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang dan dapat terus meningkatkan sharenya terhadap perbankan nasional, jika segala risiko yang melekat di dunia perbankan syariah dapat di antisipasi dengan baik.

Namun, beberapa kasus yang muncul belakangan ini seperti kasus City Bank, kredit macet di Bank Mandiri, pembobolan Bank BCA, serta permasalahan intern Bank Indonesia yang dapat mempengaruhi citra dan kualitas dunia perbankan yang mengandalkan kepercayaan publik. Pada dasarnya kasus-kasus tersebut bersumber dari lemahnya kontrol yang ada terhadap sistem yang berjalan. Jadi bukannya sistemnya yang tidak bagus, melainkan kontrol atas sistem tersebut yang dirasakan sangat minim.

Berdasarkan kasus-kasus di atas, maka sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko.

Selain itu, diperlukan juga sebuah audit untuk memastikan sebuah perusahaan dalam operasionalnya telah menerapkan risk management proses yang memadai.


(11)

Pelaksanaan manajemen risiko diuraikan dalam Peraturan Bank Indonesia No 5/8/2003/ tanggal 19 Mei 2003, dimana mulai Januari 2005 Bank Umum diwajibkan menerapkan manajemen risiko dalam pengelolaan banknya.

Penerapan manajemen risiko sangat diperlukan karena bank berada dalam bisnis berisiko tinggi, dimana bank dalam menjalankan usahanya melakukan penawaran jasa-jasa keuangan, bank juga harus mengambil atau menerima dan mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif agar dampak negatifnya tidak terjadi. Selain itu para banker juga mengakui bahwa krisis moneter 1997 terjadi sebagai karena belum terciptanya manajemen risiko.

Oleh karena itu dalam terciptanya kondisi bank yang sehat dan baik maka perlu diterapkannya manajemen risiko dengan melakukan audit yang dilaksanakan oleh auditor internal, auditor internal yang objektif memerlukan alokasi sumber daya, sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya anggaran, sumber daya manusia, dan hari kerja efektif auditor internal yang mengalami keterbatasan. Maka perlu pendekatan audit yang dapat membantu kegiatan operasional dengan sumber daya yang tersedia.

Pendekatan audit berbasis risiko merupakan alternatif untuk melakukan fungsi audit internal bank berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain pelaksanaan audit internal bank berbasis risiko merupakan konsekuensi dari penerapan manajemen risiko.

Dengan audit berbasis risiko maka proses audit akan dilaksanakan dengan mengevaluasi risiko-risiko apa yang mungkin terjadi dalam proses sistem informasi.


(12)

Evaluasi pada risiko-risiko ini kemudian di tanggulangi dengan menerapkan kontrol yang efektif.2

Aktivitas penaksiran risiko yang harus dilakukan oleh fungsi audit internal dalam rangka penyusunan jadwal pekerjaan audit. Penaksiran risiko didefinisikan sebagai proses penaksiran dan pengintegrasian pertimbangan-pertimbangan professional (professional judgements) tentang kemungkinan timbulnya kondisi-kondisi dan atau peristiwa-peristiwa yang merugikan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjadi urgensi bagi fungsi audit internal akan perlunya suatu pendekatan audit yang memasukkan proses penaksiran risiko sebagai centerpiece dari keseluruhan tahapan audit. Pendekatan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan audit berbasis risiko.3

Audit berbasis risiko bukanlah suatu metodologi yang menggantikan secara total pendekatan audit konvensional yang selama ini telah digunakan dalam pelaksanaan audit, melainkan merupakan suatu pendekatan, dan pemahaman atas risiko yang harus diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.4

Berdasarkan paparan diatas, penggunaan audit berbasis risiko ini merupakan salah satu solusi bagi pemerintah untuk memperbaiki dunia perbankan yang ada di

2

Anjar Priandoyo, “ Audit Sist em Inform asi Berbasis Risiko Unt uk Usaha Kecil dan M enengah” , 3-4 m ei 2006. Inst it ut Teknologi Bandung, Hal:142

3

St atement s on Int ernal Auditing St andards (SIAS) No. 9 t entang Risk Assessm ent

4


(13)

Indonesia. Dalam hal ini penulis akan fokus pada perbankan syariah. Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang penulis dalam melakukan penelitian ini.

Pertama, bagi perbankan nasional, audit berbasis risiko ini baru mulai diterapkan dan dimaksimalkan pada tahun 2009. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya pernyataan dari Direktur Eksekutif Banker Association for Risk Management, Pardi Sudrajat mengatakan bahwa dewasa ini perbankan telah menerapkan manajemen risiko lebih baik yang posisinya sejajar dengan dengan pertumbuhan bisnis sehingga proses pemantauan risiko dalam operasional dan inovasi produk telah diterapkan lebih sistematis. Untuk itu, proses audit terhadap suatu bank tidak perlu lagi dilakukan pada seluruh cabang, tetapi cukup memilah beberapa sektor saja yang dianggap berisiko, karena pemetaannya sudah dilakukan bagian manajemen risiko, sehingga bank akan menjadi semakin efisien. Atas dasar ini penulis berharap dapat membuahkan kesimpulan yang tepat terkait penerapan dan pengaruh audit berbasis risiko ini pada perbankan syariah.

Kedua, penulis memilih bank syariah sebagai objek penelitian karena bank syariah dalam melaksanakan fungsi auditnya di landasi oleh audit sistem berlapis.5

Selain itu pada bank syariah banyak hal yang harus di perhatikan termasuk kepatuhan atas aturan dan prinsip-prinsip syariah dalam keseluruhan aspek operasional bank syariah. Hal inilah membuat penulis lebih tertarik untuk mengamati audit berbasis risiko pada bank syariah, dan dalam hal ini penulis memilih Bank

5

M uhamm ad Syafi’I Ant onio, Bank Syariah dari Teori ke Prakt ek (Jakart a: Gem a Insani, 2001), h.209.


(14)

Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia dan fokus pada manajemen risiko operasionalnya.

Oleh karena itulah, dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul penelitian “Penerapan Audit Berbasis Risiko di Bank Muamalat”.

B. Pembatasan Masalah

Untuk menjaga agar penulisan skripsi lebih terarah dan menghindari kemungkinan pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti, maka skripsi ini memilih Bank Muamalat yang merupakan salah satu perusahaan perbankan terkemuka sekaligus yang pertama dalam sektor perbankan syariah di Indonesia sebagai objek penelitian. Penulis akan membandingkan implementasi audit internal pada perusahaan tersebut dengan teori-teori secara umum audit internal berbasis risiko. Selain itu, hal lain yang akan dibahas adalah bagaimana peranannya terhadap manajemen risiko yang ada di perusahaan tersebut dan keunggulan serta kelemahan dari penerapannnya.

C. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah:

1. Apakah Bank Muamalat menerapkan audit berbasis risiko?

2. Bagaimanakah gambaran umum penerapan audit berbasis risiko pada Bank Muamalat?

3. Bagaimanakah peranannya terhadap manajemen risiko Bank Muamalat? 4. Bagaimanakah perbedaannya dengan audit konvensional serta kelebihan


(15)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah menyelesaikan penelitian ini, dan berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan audit internal berbasis risiko guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi audit internal dalam perusahaan tersebut. Selanjutnya dengan tercapainya tujuan tersebut diatas, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh manfaat antara lain, sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan bagaimana menerapkan audit berbasis risiko yang baik sebagai upaya mengevaluasi implementasi audit internal dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada perusahaan guna meningkatkan kinerja perusahaan. 2. Bagi akademika, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman

atau referensi yang berguna dalam melakukan penelitian lebih lanjut dan juga dapat menambah wawasan dan khasanah pustaka bagi yang berminat mendalami pengetahuan dalam pendekatan audit berbasis risiko.

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang audit internal dengan pendekatan audit berbasis risiko pada perbankan nasional khususnya perbankan syariah, serta dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang pernah penulis dapatkan selama masa perkuliahan.


(16)

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yaitu pemecahan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, menganalisa dan menginterpretasikannya.6

2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah: a. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan penelitian lapangan.

Data penelitian diperoleh dengan penelitian langsung ke perusahaan sebagai sumber data melalui observasi dengan mengamati dan manganalisis catatan-catatan dan laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu, metode data yang diperoleh melalui wawancara dan memberikan kuesioner kepada pihak-pihak terkait, terutama ke Divisi Internal Audit.

b. Data Sekunder yaitu kajian kepustakaan. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data dan teori yang berhubungan dengan auditing, audit internal, bank syariah dan manajemen risiko serta audit berbasis risiko melalui buku bacaan, jurnal, makalah seminar, hasil penelitian terdahulu dan artikel-artikel yang berkaitan dengan penelitian. Dan

6


(17)

yang paling penting dari data yang telah diberikan oleh Bank Muamalat.

3. Metode Analisa Data

Peneliti mengolah data yang bersumber dari bahan dokumentasi, bahan pustaka, hasil wawancara dan kuisioner yang kemudian di analisis dengan menggunakan metode deskriptif komparatif, yaitu membandingkan antara teori-teori yang ada dengan kenyataan atau fakta yang terjadi dalam kegiatan perusahaan selanjutnya disimpulkan guna memberikan saran atau rekomendasi yang dianggap perlu. 7

F. Review Studi Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai audit berbasis risiko ini belum banyak ditemukan karena pada dasarnya pendekatan audit berbasis risiko tergolong masih sangat baru di Indonesia apalagi untuk objek penelitian di bank syariah.

Namun demikian, audit berbasis risiko ini erat sekali kaitannya dengan manajemen risiko yang ada pada perusahaan. Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah:

7


(18)

No. Peneliti Judul Hasil

1 Harun

Masykur (Skripsi FSH UIN Jakarta, 2008) Manajemen Risiko Operasional Bank Syariah

Hambatan manajemen risiko operasional adalah kesulitan mengumpulkan data risiko operasional dan kepekaan karyawan dalam manajemen risiko operasional. Dan untuk kesimpulan sementara, urutan jenis risiko operasional yang sering terjadi adalah risiko akibat SDM, risiko akibat kegagalan system, kegagalan proses internal dan risiko eksternal.

2. Nunung Isnainijati (Tesis, FE Universitas Indonesia, 2009)

Risk Based Audit

untuk mencover risiko operasional pada proses audit jaringan kantor cabang Bank ABC

Dengan menerapkan Risk Based Audit pada proses audit jaringan ternyata mampu mencover risiko operasional lebih efektif dan efisien. karena dengan pendekatan ini, audit tidak perlu di semua jaringan yang

tersebar melainkan cukup dengan

mengaudit jaringan yang memang

memiliki risiko berdasarkan hasil dari manajemen risiko.

3. Ahmad

Busyaeri (FSH UIN Jakarta, 2008) Urgensi Audit Internal Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance Pada Bank Syariah

Salah satu bentuk upaya mewujudkan

Good Corporate Governance yang salah satunya adalah melibatkan peran ganda audit internal. Peran ganda audit internal terjadi pada perkembangan dalam peran yang dibawakannya, yaitu dari sekedar unit yang mengecek kepatuhan, menjadi sebuah fungsi yang berperan aktif dalam mitra


(19)

bagi manajemen yang mendukung penerapan Good Corporate Governance.

3 Desse Harviyanti (FEIS UIN Jakarta 2009) Pengaruh Audit Berbasis Risiko pada aktivitas pendanaan Terhadap Kinerja Perusahaan

Dengan diterapkannya audit berbasis risiko pada aktivitas pendanaan ternyata sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh yang diberikan pun bersifat positif yakni semakin efektif dan

efisiennya pelaksanaan kegiatan

perusahaan. 5. Sovia Lolita

A.P (Tesis, FE Universitas Indonesia, 2008) Peranan Internal Audit dalam Risk Management

Bank BNI

Divisi Internal Audit dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap proses risk

management sudah sesuai dengan

perencanaan audit berbasis risiko. Pelaksanaan audit dan pelaporannya telah dilakukan sesuai dengan Standard Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan memberika dampak yang positif.

Jika dilihat dari penelitian di atas, maka terlihat jelas perbedaannya, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah bagaimana implementasi audit berbasis risiko di Bank Muamalat yang diterapkan oleh auditor internal serta pengaruhnya dibandingkan dengan sebelumnya.


(20)

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, studi review terdahulu, dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori tentang bank syariah, risiko operasional, auditor internal, pengendalian internal dan audit berbasis risiko.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan sejarah dan perkembangan perusahaan, visi dan misi Bank Muamalat, produk dan jasa perusahaan Bank Muamalat

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembasan dan menganalisa data-data yang diperoleh dalam penelitian sehingga didapat hasilnya, yang kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan kesimpulan.


(21)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Audit

Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke (1981) mendefinisikan audit yaitu:

“Auditing adalah satu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan yang memberikan informasi sehingga akuntan yang memberikan informasi sehingga akuntan dapat menyatakan suatu pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku”.

Pengertian auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pedapat mengenai laporan kewajaran laporan keuangan tersebut menurut Sukrisno Agoes (1996:1).

Sedangkan pengertian auditing menurut PSAK - Tim Sukses UKT Akuntansi 2006 adalah suatu proses sistematik yang bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas pernyataan atau asersi tentang aksi-aksi ekonomi dan kejadian-kejadian dan melihat bagaimana tingkat hubungan antara pernyataan atau asersi dengan kenyataan dan menkomunikasikan hasilnya kepada yamg berkepentingan.


(23)

Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses secara sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

B. Audit dalam Perspektif Islam

Banyak sekali pesan tentang audit dan control dalam ajaran Islam. Berikut ini adalah beberapa nash Al-Qur’an dan hadits yang dapat dijadikan renunangan oleh para banker dan praktisi keuangan.8

1. Al-Qur’an

“Hai Orang-Orang Yang Beriman, Jika Datang Kepadamu Orang Fasik Membawa Suatu Berita, Periksalah Dengan Teliti Agar Kamu Tidak Menimpakan Suatu Musibah Kepada Suatu Kaum Tanpa Mengetahui Keadaannya Yang Menyebabkan Kamu Menyesal Atas Perbuatanmu Itu”(Al-Hujuraat:6)

Dari ayat diatas terlihat jelas, bagaimana kita diminta untuk memeriksa sesuatu dengan teliti, selain itu kita juga di minta untuk adil, sebagaimana ayat dibawah ini:

“Hai orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil…” (Al-Maa’idah:8)

8


(24)

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kucuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran,” (al-Ashr: 1-3)

2. Al-Hadits

“Katakanlah kebenaran itu sekalipun pahit.” (al-Hadits)

“Barangsiapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangan (kekuasaan)-nya. Apabila tidak sanggup, dengan ucapannya. Apabila tidak sanggup, dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” (Al-Hadits)

C. Risiko dan Jenis Risiko

1. Definisi Risiko

Menurut Robert ada beberapa definisi mengenai risiko, tergantung jenis keperluan risiko tersebut9. Dan menurut Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Risiko bagi Bank Umum, risiko didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian bank.

9

Robert Tam pubolon, Risk and Syst em Based (Jakarta: PT. Elex M edia Kom put indo, 2005),h. 19-21.


(25)

David Mc. Namee dan Georger Selim memberikan definisi tentang risiko (risk) sebagai suatu konsep yang digunakan untuk mengekspresikan ketidakpastian tentang kejadian dan/atau dampaknya yang dapat memiliki efek atas pencapaian tujuan organisasi.10

Ringkasnya risiko bank dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa tersebut pada bank. Setiap kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak terjadi dengan konsekuensi atau dampak yang memberi peluang untuk untung (Upside) atau mengancam sebuah kesuksesan (Downside).

Untuk melihat peran Risk Based Internal Auditing , risiko didefinisikan sebagai sebuah konsep untuk menunjukkan tingkat ketidakpastian yang berdampak secara material terhadap tujuan usaha sebuah organisasi. Apabila disederhanakan, risiko adalah berbagai peristiwa atau situasi yang dapat menghambat/menggagalkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.11

2. Jenis – jenis risiko

Secara umum, risiko-risiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank syariah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis risiko, yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar; terdiri dari forex risk, interest rate risk, liquidity risk

10

David M c Nam ee and Georgers Salim PhD. Inst itut e Int ernal Audit or, “Risk M anagement , Changing t he Audit or Paradigm” Decem ber 1988.

11


(26)

dan price risk, serta risiko operasional; terdiri dari transactional risk, compliance risk, strategic risk, reputation risk dan legal risk.12 :

a. Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.

b. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko pasar adalah risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki oleh bank akibat adanya pergerakan variabel pasar (Adverse

Movement) berupa Suku Bunga dan Nilai Tukar.

Risiko pasar ini mencakup empat hal, yaitu risiko tingkat suku bunga (interst rate risk), risiko pertukaran mata uang (foreign exchange risk), risiko harga (price risk), dan risiko likuiditas (liqudity risk).

c. Risiko Operasional (Operational Risk)

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, human error,

kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Ada tiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya risiko ini, yaitu:

12


(27)

1) Infrastruktur, seperti Teknologi, kebijakan, lingkungan, dan sebagainya,

2) Proses, dan 3) Sumber daya.

Risiko ini mencakup lima hal, yaitu risiko reputasi (reputation risk), risiko kepatuhan (compliance risk), risiko transaksi (transactional risk), risiko strategis (strategic risk), dan risiko hukum (legal risk).

1) Risiko Reputasi

Risiko Reputasi (Reputation Risk) adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan bank atau adanya persepsi negatif terhadap bank.

Hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap reputasi antara lain :

a) Manajemen

b) Pemegang saham

c) Pelayanan yang di sediakan d) Penerapan prinsip-prinsip syariah e) Publikasi

Bila manajemen dalam pandangan para stakeholder dinilai baik maka risiko reputasi menjadi rendah, demikian juga bila peruahaan dimiliki oleh pemegang saham yang kuat maka risiko reputasi juga rendah. Dalam hal pelayanan, bila pelayanan kurang baik maka risiko reputasi menjadi tinggi. Dalam penerapan prinsip-prinip syariah haruslah dilaksanakan secara


(28)

konsekuen agar tidak timbul penilaian negatif terhadap penerapan sistem syariah tersebut yang dapat mengakibatkan timbulnya publikasi negatif sehingga akan menaikan tingkat risiko reputasi.

2) Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)

Risiko Kepatuhan adalah risiko yang di sebabkan oleh tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun eksternal.

3) Risiko Strategik (Strategic Risk)

Risiko Strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penepatan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau bank tidak mematuhi / tidak melaksanakan perubahan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian internal secara konsiten.

Indikasi dalam risiko strategi ini dapat dilihat dari kegagalan dalam mencapai target bisnis yang telah ditetapkan, baik target keuangan maupun non-keuangan.

4) Risiko Transaksi (Transactional Risk)

Risiko transaksi adalah risiko yang disebabkan oleh permasalahan dalam pelayanan atau produk-produk yang disediakan. Penyebab timbulnya risiko ini antara lain adalah sebagai berikut:


(29)

a) Kekeliruan b) Kecurangan

c) Sistem teknologi dan informasi d) Pos-pos terbuka

5) Risiko Hukum (Legal Risk)

Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, seperti: adanya tuntunan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan (perjanjian) seperti tidak terpenuhinya syarat keabsahan suatu kontrak atau pengikatan agunan yang tidak sempurna.

Dalam kaitan dengan risiko hukum ini, hal-hal yang di perhatikan adalah:

a) Kaharusan memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis

b) Keharusan melaksanakan prosedur analisis aspek hukum terhadap produk dan aktivitas baru

c) Keharusan memiliki satuan kerja yang berfungsi sebagai “legal watch”, tidak saja terhadap hukum positif tetapi juga terhadap fatwa DSN dan ketentuan-ketentuan lainnya berdasarkan prinsip syariah d) Keharusan menilai dampak perubahan ketentuan/peraturan terhadap

risiko hukum.


(30)

f) Keharusan untuk melakukan kajian secara berkala terhadap akad, kontrak dan perjanjian-perjanjian bank dengan pihak lain dalam hal efektivitas dan enforceability.

Dampak dari risiko operasional yang mencakup risiko reputasi, risiko kepatuhan, risiko strategis, risiko transaksi dan risiko hukum ini dapat berupa:

a) Penarikan besar-besaran terhadap Dana Pihak Ketiga; b) Timbul masalah likuiditas;

c) Ditutup oleh Bank Indonesia; d) Kebangkrutan.

D. Manajemen Risiko

1. Definisi Manajemen Risiko

Konsep manajemen risiko mulai banyak dibicarakan di Indonesia, khususnya setelah tahun 2003 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan mengenai manajemen risiko bagi semua bank umum (commercial bank).

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 yang diuraikan lebih rinci dalam lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 mendefinisikan Manajemen Risiko sebagai:

“Prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank”.

Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat


(31)

risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan usaha bank.

2. Ruang Lingkup Manajemen Risiko

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan Manajemen Risiko Bank Indonesia, Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif. Penerapan manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup :

a. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit

c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko

d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

Penerapan manajemen risiko wajib disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank.

3. Karakter Manajemen Risiko Dalam Bank Syariah

Manajemen risiko dalam bank syariah mempunyai karakter yang berbeda dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat hanya pada bank-bank yang beroperasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank syariah dan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur (how to measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to measure). Perbedaan tersebut akan tampak terlihat dalam


(32)

proses manajemen risiko operasional bank syariah yang meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko dan monitoring risiko.13

Perkembangan manajemen risiko sebagai proses tata kelola kunci yang masih berada pada tahap awal di Indonesia merupakan peluang bagi profesi Audit Intern untuk segera mengubah fokus pemeriksaannya yang semula lebih pada pengendalian dan kepatuhan menjadi fokus ke risiko.

Penerapan manajemen risiko membutuhkan profesi Audit Intern yang juga harus memiliki paradigma baru, karena manajemen risiko bukanlah sebuah alat yang secara otomatis akan membebaskan sebuah organisasi dari risiko. Manajemen risiko bukan sebuah bola kristal yang dapat mengidentifikasi semua risiko. Oleh karena itu manajemen risiko tidak dapat berfungsi dengan sendirinya, tanpa dukungan profesi lain sepertinya halnya Audit Intern.14

E. Pengendalian Intern

Where there are risk to the achievement of objective, which mean failure is a strong possibility, controls have to be put in place to address these risks”15. Kutipan tersebut mencoba menjelaskan bahwa kegiatan pengendalian, contohnnya pengendalian intern, dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan cara mengendalikan risiko-risiko yang menghambat pencapaian tujuan tersebut.

13

Adiw arman Karim. Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan, h.256

14

Robert Tam pubolon. Risk and Syst em Based Int ernal Audit , h.9

15

K.H. S pencer Picket t , The Essential Handbook of Internal Audit ing (John Wiley & Sons, Lt d) h.85.


(33)

COSO (Commitee of Sponsoring Organizations) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh manajemen, karyawan, serta pihak yang terkait, yang didesaian untuk menyediakan keyakinan yang memadai dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan berikut16:

1. Memfasilitasi terciptanya efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi dengan memberikan respon yang tepat terhadap risiko usaha, risiko operasi, risiko keuangan, risiko kepatuhan dan risiko-risiko lainnya yang bersifat signifikan untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Hal ini termasuk menjaga penggunaan aset dari kegiatan penyalahgunaan atau kehilangan, dan memastikan kewajiban tersebut telah diidentifikasi dan dikelola dengan baik. 2. Membantu menjamin kualitas dari laporan baik internal maupun eksternal.

Tujuan ini membutuhkan pengelolaan semua proses dan pencatatan, sehingga menghasilkan informasi yang handal, relevan dan tepat waktu.

3. Membantu menjamin kepatuhan terhadap hukum dan peraturan; dan juga kebijakan-kebijakan internal perusahaan.

COSO (1994) juga menyatakan tentang elemen-elemen pengendalian internal (Pickett, 2005, hal.91-92), terdiri dari:

a. Control Environment

Control Environment terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh dari manajemen puncak, komisaris, direksi dan pemilik perusahaan. Faktor-faktor Control Environment meliputi integritas,

16


(34)

nilai etika dan kompetensi orang-orang di dalam entitas; filosofi manajemen dan gaya operasional; manajemen cara dalam menugaskan otoritas dan tanggung jawab, dan mengorganisir dan mengembangkan orang-orangnya; dan perhatian dan petujuk yang dihasilkan oleh dewan direksi.

b. Risk Assesment

Setiap entitas menghadapi berbagai macam risiko dari sumber-sumber eksternal maupun internal yang harus diperkirakan. Prekondisi untuk melakukan

Risk Assesment adalah membangun tujuan-tujuan, yang terhubung di level-level yang berbeda dan konsisten secara internal. Risk Assesment adalah identifikasi dan analisis atas risiko-risiko yang relevan untuk pencapaian tujuan, yang membentuk sebuah basis untuk menetukan bagaimana risiko sebaiknya dikelola.

c. Information and Communication

Informasi yang tepat harus diidentifikasi, ditangkap dan dikomunikasikan dalam sebuah form dan kerangka waktu yang memungkinkan orang-orang untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Komunikasi yang efektif juga harus muncul dengan perasaan yang meluas, yang mengalir turun, melewati dan naik dalam organisasi. Semua personil harus menerima pesan yang jelas dari manajemen puncak, yang mengendalikan tanggung jawab, yang harus dijalankan secara serius.

d. Control Activities

Control Activities adalah kebijakan dan prosedur yang membantu untuk meyakinkan petunjuk manajemen dijalankan. Control Activities membantu untuk


(35)

meyakinkan bahwa tindakan-tindakan penting diambil untuk menempatkan risiko-risiko ke dalam pencapaian fungsi-fungsi.

e. Monitoring

Sistem pengendalian internal perlu untuk dimonitor. Monitoring adalah sebuah proses untuk memperkirakan kualitas dari kinerja sistem sepanjang waktu. Hal ini dicapai melalui aktivitas monitoring secara terus-menerus dalam jalur operasional.

Bank Indonesia sendiri, melalui Surat Edaran Bank Indonesia no.5/22/DPNP tanggal 29 September 2003, mendefinisikan pengendalian intern adalah suatu mekanisme pengawasan yang ditetapkan oleh manajemen bank secara berkesinambungan (on going basis), guna:

a. Menjaga dan mengamankan harta kekayaan Bank b. Menjamin tersedianya laporan yang lebih akurat

c. Meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku

d. Mengurangi dampak keuangan/kerugian, penyimpangan termasuk kecurangan (fraud) dan pelanggaran aspek kehati-hatian

e. Meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efesiensi biaya

Prinsip pengendalian intern oleh Bank Indonesia ini mengadaptasi prinsip Internal Control yang ada dalam Bank for International Settlement (BIS). Adapun tujuan dari pengendalian intern tersebut menurut SE no.5/22/DPNP tanggal 29 September 2003 adalah terdiri dari empat buah tujuan seperti dijelaskan dibawah ini:


(36)

a. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan kepatuhan adalah untuk menjamin bahwa semua kegiatan usaha Bank telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah, otoritas pengawasan Bank maupun kebijakan, ketentuan dan prosedur intern yang ditetapkan oleh Bank.

b. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap dan tepat waktu (Tujuan Informasi)

Tujuan informasi adalah untuk menyediakan laporan yang benar, lengkap, tepat waktu dan relevan yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha Bank (Tujuan Operasional) Tujuan operasional dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan aset dan sumber daya lainnya dalam rangka melindungi Bank dari risiko kerugian.

d. Meningkatkan efektivitas budaya risiko (Risk Culture) pada organisasi secara menyeluruh.

Tujuan budaya risiko dimaksudkan untuk mengidentifikasi kelemahan dan menilai penyimpangan secara dini dan menilai kembali kewajaran kebijakan dan prosedur yang ada di Bank secara berkesinambungan.


(37)

Terselenggaranya sistem pengendalian intern yang handal dan efektif menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam organisasi Bank.

F. Internal Audit

Menurut Arens dan Loebbecke17, terdapat empat jenis auditor yang dikenal umum. Jenis-jenis tersebut adalaah akuntan publik, akuntan pemerintah, internal revenue agents (audit ini dikenal di Amerika Serikat dengan tanggung jawab memeriksa pajak penghasilan), dan audit intern. Arens dan Loebbecke juga mengatakan bahwa audit intern juga terbagi menjadi dua fungsi, yaitu sebagai

financial auditing dan operational auditing.

Di dalam financial auditing, internal auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah pengendalian intern perusahaan telah berjalan efektif dan apakah laporan keuangan telah disampaikan dengan wajar. Sementara itu didalam

operational auditing, internal auditor bertujuan untuk menguji efektivitas dan efisiensi dari seluruh bagian organisasi.

The Institute of Internal Auditors (IIA), yang mana adalah asosiasi profesional dari auditor intern. The IIA’s Standards for the Professional of Internal Auditing

mendefinisikan audit internal, yaitu: “an independent appraisal function established within an organization”, yang kemudian pada tahun 1999 disempurnakan menjadi sebagai berikut:

17

Alvin A. Arens dan Jam es K.Loebbecke, Audit ing and Assurance Services, 7t h Edition (New Jersey: Prentice Hall, 1997), h.20.


(38)

an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish it objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance processes.”

Dari definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa tujuan dari audit intern adalah untuk membantu perusahaaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar tujuan ini tercapai, IIA juga menegaskan bahwa aktivitas audit intern sebaiknya melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi kepada peningkatan manajemen risiko, kontrol dan proses-proses tata kelola dengan menggunakan sebuah pendekatan yang sistematis dan disiplin.

Aktivitas audit intern sebaiknya mengevaluasi pengungkapan risiko yang terkait dengan tata kelola, operasional dan sistem informasi perusahaan dengan memperhatikan18:

1. Reliability dan integritas dari informasi keuangan dan operasional 2. Efektivitas dan efisiensi operasional

3. Safeguarding atas aset

18


(39)

4. Kepatuhan terhadap hukum, regulasi dan kontrak

Bank Indonesia, melalui Peraturan Bank Indonesia no.1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum, menyatakan dalam rangka menjaga dan mengamankan kegiatan usaha bank, diperlukan adanya pelaksanaan fungsi audit intern bank yang efektif. Ukuran minimal yang harus dipatuhi dan diwajibkan bagi semua bank dalam melaksanakan fungsi audit internal adalah Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB). Berdasarkan SPFAIB tersebut, bank wajib untuk menyusun Piagam Audit Intern (Internal Audit Charter), membentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dan menyusun panduan audit intern. SKAI bertugas dan bertanggung jawab untuk:

a. Membantu tugas direktur utama dan dewan komisaris dalam melakukan pengawasan dengan cara menjabarkan secara operasional baik perencanaan,pelaksanaan maupun pemantauan hasil audit;

b. Membuat analisis dan penilaian di bidang keuangan, akuntansi, operasional dan kegiatan lainnya melalui pemeriksaan langsung dan pengawasan secara tidak langsung;

c. Mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya dan dana;

d. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua tingkatan manajemen.


(40)

Selain itu, menurut Sofyan S. Harahap, ada beberapa hal yang diatur dalam etika profesi audit internal seperti sikap independent, perlunya menjaga kerahasiaan, pengaturan tentang publikasi dan promosi, aturan tentang surat penugasan, aturan tentang pergantian akuntan, penentuan fee/honorium, kewajiban kepada pihak ketiga, perilaku yang tidak dibolehkan kepada langganan, kewajiban manajemen dan auditor seta hubungan istimewa dengan langganan.19

G. Audit Berbasis Risiko

1. Definisi Audit Berbasis Risiko

Perkembangan bank yang pesat, baik dalam peningkatan jenis produk, peningkatan efektivitas, sampai pada peningkatan jumlah cabang umumnya sulit dikejar oleh penyediaan tenaga auditor baik dalam kuantitas maupun kualitas. Karena keterbatasan itu, memfokuskan dan memprioritaskan pengendalian khususnya audit pada aspek dan area yang berisiko tinggi akan mudah disesuaikan dengan jumlah tenaga.

Risk Based Auditing adalah audit yang difokuskan dan diprioritaskan pada risiko bisnis dan prosesnya serta pengendalian terhadap risiko yang dapat terjadi.20

Dengan demikian audit berbasis risiko berfungsi mulai dari saat penetapan tujuan perusahaan sampai kepada upaya untuk mencapai tujuan tersebut dengan memberikan fokus lebih kepada risiko (termasuk kontrol) yang telah

19

Sofyan S. Harahap, Auditing Dalam Perspekt if Islam, h.225-226.

20


(41)

diidentifikasi oleh Manajemen, khususnya risiko yang dapat menggagalkan pencapaian tujuan perusahaan.

Dalam konsep audit berbasis risiko, semakin tinggi risiko suatu area, maka harus semakin tinggi pula perhatian dalam audit area tersebut. Untuk mengidentifikasi suatu risiko bisnis, auditor harus memahami aspek pengendalian dari bisnis termasuk memahami risiko dan pengendalian dari system dalam mencapai sasaran atau tujuan organisasi.21

2. Tujuan Audit Berbasis Risiko

Tujuan audit berbasis risiko secara umum adalah dalam rangka mengurangi risiko, mengantisipasi risiko potensial yang dapat merugikan operasi perusahaan serta melindungi perusahaan dari kejadian tak terduga yang diantisipasi sebelum kejadian tersebut benar-benar terjadi.22

Secara lebih rinci, Amin Widjaja menjelaskan tujuan audit berbasis risiko adalah untuk memberikan keyakinan atau kepastian (assurance) kepada Komite Audit atau dewan komisaris dan direksi, bahwa:

a. Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko, dan proses tersebut telah dirancang dengan baik.

b. Proses manajemen risiko dimaksud telah diintegrasikan oleh manajemen perusahaan kedalam semua tingkatan organisasi mulai dari tingkat korporasi,

21

Amin Widjaja Tunggal, Pokok-pokok Audit Int ernal, h.95

22


(42)

divisi, sampai satuan kerja terkecil dan telah berfungsi sebagaimana yang diinginkan.

c. Kerangka kerja kontrol (internal control framework) dan tata kelola yang baik (governance) yang ada telah tersedia secara cukup dan berfungsi secara baik guna mengendalikan risiko-risiko yang ada.

d. Manajemen mampu mengidentifikasi dan menilai risiko yang ada secara baik, serta telah memberikan tanggapan terhadap risiko-risiko tersebut secara cukup dan efektif, guna menurunkan dampak serta kemungkinan terjadinya risiko ke tingkat yang dapat diterima oleh dewan komisaris dan direksi.

3. Perbandingan Audit Berbasis Risiko dengan Audit Konvensional

Pendekatan audit berbasis risiko bukan berarti menggantikan pendekatan audit konvensional yang selama ini dilakukan audit internal melainkan suatu metodologi audit yang dapat dijalankan melalui pendekatan dan pemahaman atas risiko yang harus diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen guna mencapai tujuan.

Berikut disajikan perbandingan pendekatan audit secara konvensional dan pendekatan audit berpeduli risiko secara umum menurut Pusdiklatwas BPKP (2007) :


(43)

No Audit Konvensional Audit Berbasis Risiko

1. Perhatian auditor dititikberatkan pada risiko manajemen dalam kaitannya akan melakukan analisis risiko

manajemen yang mempengaruhi

tujuan auditnya. Semakin memadai pengendalian intern, maka pengujian dan pembuktian audit (besarnya sampel pengujian) yang harus dilakukan akan berkurang.

Perhatian auditor lebih jauh lagi dititikberatkan pada penilaian atas risiko (risk assessment). Auditor melakukan penilaian risiko bukan hanya semata-mata untuk audit namun lebih difokuskan pada risiko

atas kelangsungan dan

perkembangan aktivitas dalam

rangka pencapaian tujuan

manajemen.

2. Auditor berfokus pada kejadian dan kondisi masa lalu yang berdampak pada tujuan audit yang telah di tetapkan dengan tujuan untuk menilai tingkat kewajarannya.

Auditor mencoba membuat scenario risiko di masa kini dan di masa depan yang akan berdampak pada pencapaian tujuan organisasi,

sehingga dalam memberikan

rekomendasi audit lebih

dititikberatkan pada pengelolaan risiko (risk management) selain

pengelolaan pengendalian

(management control)

3. Laporan audit merupakan informasi yang disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan pengguna laporan sesuai tujuan audit yang sudah ditetapkan.

Dalam laporan audit, auditor lebih menitikberatkan pada pengungkapan proses yang memiliki risiko selain dari berfungsi atau tidaknya pengendalian.


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah dan Profil Bank Muamalat

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor


(45)

perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak


(46)

memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun


(47)

Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).

B. Tujuan Pendirian

Tujuan pendirian Bank Muamalat tercermin dalam visi dan misi Bank Muamalat itu sendiri. Adapun visi dan misi Bank Muamaat adalah:

Bank Muamalat Indonesia mempunyai visi menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional

Bank Muamalat Indonesia mempunyai misi menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.

C. Pruduk dan Jasa

1. Produk Penghimpunan Dana

a. Shar-e

Shar-e adalah tabungan instan Investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan dapat dibeli di kantor layanan Bank Muamalat juga di Kantor Pos Online di


(48)

seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp. 125.000, langsung dapat diperoleh satu paket kartu Shar-e dengan saldo awal tabungan Rp. 100.000.

Shar-e adalah sarana menabung dan berinvestasi di Bank Muamalat dan diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif. Shar-e memiliki fasilitas Tarik Tunai bebas biaya di seluruh jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat (Phone banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi history transaksi, transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta dan berbagai fitur pembayaran). Shar-e juga sudah terhubung dengan jaringan ATM Malaysia yang tergabung dalam MEPS (Malaysian Electronic Payment System) : Maybank, Hong Leong Bank, Affin Bank dan Southern Bank.

Shar-e memiliki beberapa pengembangan produk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia, yaitu :

1) Shar-e fulPROTEK, berkerja sama dengan PT Asuransi Takaful Keluarga

2) Shar-e Sharia Mega Covers, bekerja sama dengan PT Asuransi Jiwa Mega Life

3) Shar-e Taawun Card, bekerja sama dengan PT Asuransi Bintang 4) Shar-e Fitrah Card, bekerja sama dengan PT Asuransi Jiwa Sinarmas


(49)

b. Tabungan Ummat

Merupakan investasi tabungan dengan akad Mudharabah di kantor layanan Bank Muamalat di seluruh Indonesia yang penarikannya dapat dilakukan secara bebas biaya di seluruh counter Bank Muamalat, ATM Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama. Tabungan Ummat dengan Kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Selain itu, nasabah tabungan Ummat akan memperoleh bagi hasil yang kompetitif perbulannya.

c. TabunganKu

Merupakan tabungan bebas biaya administrasi bulanan yang dapat diakses dengan mudah dan murah. Nasabah cukup menyediakan dana Rp 20.000 untuk dapat memiliki rekening TabunganKu. Nasabah TabunganKu dapat menyetor di seluruh kantor cabang dan menarik di kantor cabang Bank Muamalat secara bebas biaya.

d. Tabungan Haji Arafah dan Arafah Plus

Merupakan tabungan yang ditujukan bagi nasabah yang berencana untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa secara cuma-cuma nasabah akan mendapat penggantian sebesar selisih nilai biaya Ibadah Haji (BPIH) dengan saldo tabungan melalui ahli waris manakala


(50)

meninggal dunia. Tabungan haji Arafah juga menjamin Nasabah untuk memperoleh porsi keberangkatan karena Bank Muamalat telah terhubung on-line dengan Siskohat Departemen Agama.

Tabungan Haji Arafah Plus diperuntukkan bagi nasabah premium yang memiliki perencanaan haji singkat. Dengan menjadi nasabah Tabungan Haji Arafah Plus, nasabah juga akan mendapat perlindungan cacat, rawat inap dan layanan darurat medis.

e. Deposito Mudharabah

Merupakan jenis investasi syariah bagi nasabah perorangan dan badan hukum yang memberikan bagi hasil yang optimal. Dana nasabah yang disimpan pada Deposito Mudharabah akan dikelola melalui pembiayaan kepada berbagai jenis usaha sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan dengan pilihan mata uang dalam rupiah dan USD. Deposito Mudharabah dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan juga dapat dijadikan jaminan pembiayaan di Bank Muamalat.

f. Deposito Fulinves

Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan. Deposito Fulinves memiliki keunggulan perlindungan asuransi jiwa secara cuma-cuma dan dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan dapat


(51)

dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan di Bank Muamalat. Deposito Fulinves memberikan bagi hasil setiap bulan yang optimal.

g. Giro Wadi’ah

Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan aplikasi pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Fasilitas khusus giro perorangan, nasabah akan mendapat kartu ATM dan Debit, tarik tunai bebas biaya di seluruh jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama serta akses di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA.

h. Kas Kilat

Muamalat kas kilat-i (mk2) adalah layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman dari Malaysia ke keluarga di tanah air melalui rekening tabungan Shar-e. Layanan kas kilat bekerja sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad membantu nasabah mengirimkan uang secepat kilat dari Malaysia ke Indonesia.

i. Dana Pensiun Muamalat

DPLK Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia 18 tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45-65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp. 50.000 perbulan dan pembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program WASIAT


(52)

UMAT, dimana selama masa kepesertaan akan dilindungi asuransi jiwa sesuai ketentuan berlaku. Dengan asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun.

2. Produk Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Muamalat dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Pembiayaan yang diberikan dapat digunakan untuk kebutuhan Modal Kerja, Investasi atau Konsumtif.

Penyalurannya dapat dilakukan secara bilateral yaitu oleh satu bank syariah kepada satu pihak maupun secara multilateral/sindikasi yaitu oleh lebih dari satu bank syariah/ unit usaha syariah/lembaga keuangan kepada satu pihak.

a. Pembiayaan Jual Beli

1. Murabahah

Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif.


(53)

2. Salam

Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana pembayaran dilakukan dimuka secara tunai. Konsep Salam cocok untuk pembiayaan di bidang pertanian.

3. Istishna’

Adalah jual beli dimana produsen (shaani’) ditugaskan untuk membuat suatu barang pesanan dari pemesan (mustashni’). Istishna’ mirip dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya, pembayaran Istishna’ dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pesanan. Konsep Istishna’ cocok untuk pembiayaan pembangunan property dan penyediaan barang atau aset yang memiliki kriteria spesifik.

b. Pembiayaan Bagi Hasil

1. Musyarakah

Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, pekerjaan atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi.


(54)

2. Musyarakah Mutanaqisah

Adalah Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya. Konsep ini dapat digunakan untuk pembelian rumah, melalui pengajuan pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah (KPR) Syariah Baiti Jannati.

3. Mudharabah

Adalah kerja sama antara dua pihak dimana salah satu pihak (Bank) bertindak sebagai penyedia dana (shahibul maal), dan pihak lain (nasabah) bertindak sebagai pengelola usaha (mudharib). Dalam hal ini, Bank menyerahkan modalnya kepada nasabah untuk dikelola. Pembiayaan Mudharabah banyak digunakan untuk pembiayaan proyek atau usaha-usaha yang memiliki proyeksi dan pencatatan pendapatan dan biaya usaha yang definitif. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi.

c. Pembiayaan Sewa

1. Ijarah

Adalah perjanjian antara Bank sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan nasabah selaku penyewa (musta’jir) atas suatu barang atau aset milik Bank. Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang atau aset yang disewakannya.


(55)

2. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)

Adalah perjanjian antara Bank sebagai pemberi sewa (Mu’ajjir) dengan nasabah selaku penyewa (Musta’jir). Dengan konsep IMBT, nasabah (penyewa) setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut dari pemberi sewa. Pembiayaan Ijarah dan IMBT umumnya digunakan untuk pembiayaan investasi alat-alat berat.

3. Qardh

Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari Bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus. Konsep ini dapatdigunakan untuk Pembiayaan Dana Talangan Haji.

d. Produk Jasa

1. Perwakilan (Wakalah)

Berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Secara teknis perbankan, wakalah adalah akad pemberian wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai


(56)

wakil) untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberikan kuasa. Prinsip wakalah biasa digunakan untuk layanan L/C collection, agency, dan arranger sindikasi pembiayaan.

2. Penjaminan (Kafalah)

Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Konsep kafalah biasa digunakan untuk layanan Bank Garansi.

3. Penanggungan (Hawalah)

Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam pengertian lain, merupakan pemindahan beban hutang dari pihak yang berutang (muhil) menjadi tanggungan pihak yang berkewajiban membayar hutang (muhal’alaih).

4. Gadai (Rahn)

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana, rahn adalah perikatan jaminan hutang atau gadai.


(57)

e. Jasa Layanan

1. Layanan ATM 24 jam

Layanan ATM 24 jam yang memudahan Nasabah melakukan penarikan dana tunai, pemindahbukuan, transfer antar Bank, pemeriksaan saldo, pembayaran Zakat-Infaq-Sedekah (ZIS), dan tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu ATM Muamalat dapat diakses di seluruh ATM Muamalat, ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, secara bebas biaya di seluruh Indonesia. Kartu ATM Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA.

a) SalaMuamalat

Merupakan layanan phone banking 24 jam dan call center yang dapat diakses melalui nomor telepon (021) 2511616, dan 0807 1 MUAMALAT. SalaMuamalat memberikan kemudahan kepada nasabah, setiap saat dan dimanapun nasabah berada untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo dan informasi transaksi, pemindahbukuan antar rekening pembayaran, serta mengubah PIN.

b) Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)

Merupakan Jasa yang memudahan Nasabah dalam membayar Zakat-Infaq-Sedekah (ZIS), melalui kantor dan ATM Bank Muamalat, baik ke lembaga pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga-lembaga ZIS lainnya yang bekerjasama dengan Bank Muamalat. Nasabah juga dapat membayar (ZIS), melalui layanan SalaMuamalat.


(58)

Bank Muamalat juga menyediakan jasa-jasa perbankan lainnya kepada masyarakat luas, seperti transfer, collection, standing instruction, bank draft, referensi bank.

D. Manajemen Risiko Bank Muamalat

Belakangan ini situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan yang pesat diikuti semakin kompleksnya risiko yang dihadapi oleh industri perbankan. Hal ini menuntut setiap pelaku usaha dalam industri perbankan untuk menerapkan manajemen (pengelolaan) risiko agar aktivitas usaha yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian yang dapat mengganggu kelangsungan usaha bank.

Bank Muamalat telah menerapkan prinsip manajemen risiko dengan melakukan fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian terhadap :

(1) risiko pembiayaan; (2) risiko pasar/ nilai tukar; (3) risiko operasional; (4) risiko likuiditas; (5) risiko hukum; (6) risiko reputasi; (7) risiko stratejik dan (8) risiko kepatuhan.

Profil risiko komposit Bank Muamalat tahun 2010 dinilai ”sedang” (moderate risk) dan selama setahun terakhir, memperlihatkan kecenderungan yang stabil. Perhatian manajemen terhadap pentingnya pengelolaan risiko yang dihadapi (risk awareness) semakin tinggi dengan ditetapkannya status satuan kerja yang melaksanakan fungsi manajemen risiko, pada tingkat divisi Risk Management Division. Tahap awal pengembangan struktur organisasi risk management division,


(59)

dimulai dari Financing Risk Management Unit ditingkat cabang, area hingga kantor pusat.

Fungsi utama Financing Risk Management Unit adalah menjalankan independent financing risk assessment yang merupakan ”filterisasi” awal terhadap setiap proposal pembiayaan nasabah yang diajukan oleh cabang, sebelum diputuskan oleh Komite Pembiayaan sesuai dengan limit kewenangannya. Dalam struktur organisasi Risk Management Division, terdapat Financing Risk Management Unit, Operational Risk Management Unit, Market & Liquidity Risk Management Unit, serta Information Tecnology (IT) Risk Management Unit.

Operational Risk Management Unit bertanggung jawab terhadap pelaksanaan manajemen risiko untuk kelompok risiko operasional (mencakupi risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan), yang prosesnya dilakukan melalui unit terkait.

Pengidentifikasian dan pengukuran risiko operasional dilakukan oleh Resident Auditor yang ada di cabang berdasarkan temuan pemeriksaan yang dilaporkan dengan menggunakan media Lembar Kerja Pencatatan Penyimpangan dan Transaksi Berisiko (LKPPTB).

Selain itu untuk pengendalian risiko operasional dijalankan oleh segenap Operation Manager dan Supervisi Operasi Kantor Pusat Non Operasional (KPNO) unit dibawah General Administration & Network Operation Division.


(60)

Market & Liquidity Risk Management Unit menangani manajemen risiko yang berkaitan risiko likuiditas dan risiko pasar (khususnya risiko nilai tukar). Dalam hal ini Market & Liquidity Risk Management Unit memonitor aktivitas harian yang dilaksanakan Treasury Division.

Kualitas pelaksanaan manajemen risiko sangat ditentukan oleh pemahaman dan pengetahuan segenap karyawan terhadap risiko. Sehubungan itu, pengurus dan pejabat bank umum harus memiliki sertifikat manajemen risiko sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/19/PBI/2009 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 4 Juni 2009.

Jumlah karyawan Bank Muamalat yang telah memiliki mendapatkan sertifikat manajemen risiko sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/19/PBI/2009, adalah :

1. Manajemen risiko tingkat 1 : 171 orang 2. Manajemen risiko tingkat 2 : 29 orang 3. Manajemen risiko tingkat 3 : 1 orang 4. Manajemen risiko tingkat 4 : 17 orang 5. Manajemen risiko tingkat 5 : 1 orang


(61)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Audit Internal Bank Muamalat

Mengacu kepada definisi yang dibuat oleh The IIA tentang Audit Intern, kegiatan audit yang dilaksanakan oleh Audit Intern harus dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi. Nilai tambah tersebut dapat dicapai dengan memberikan jaminan indepensi dan obyektivitas kegiatan audit yang dilakukan serta aktivitas konsultasi yang diberikan untuk mendukung tercapainya tujuan.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 1/6/PBI/1999 tentang Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) Bank Umum, bagian ini akan menjelaskan penerapan dari peraturan tersebut terhadap kebijakan Bank Muamalat. Panduan ini hanya menjadi standar minimal yang wajib diterapkan. Jadi, perusahaan dapat menerapkan pedoman lain yang dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan pedoman standar yang wajib diterapkan oleh Bank Indonesia.

Pada Bank Muamalat, fungsi audit internal dilakukan oleh Audit Internal Division (IAD). Tugas IAD adalah :

a) Membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan. b) Membantu Direksi dalam memastikan kecukupan dan keandalan sistem

pengendalian intern yang dibangun; serta

c) Menilai keefektivitasan pengelolaan risiko, tata kelola Perusahaan maupun fungsi kepatuhan.


(62)

Dalam melaksanakan Tugasnya, IAD berpedoman pada PBI Nomor.1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank Umum (SPFAIB), Internal Audit Charter, serta praktek-praktek terbaik (best practices) di bidang audit internal.

1. Kedudukan Divisi Internal Audit :

a. Divisi Internal Audit bertanggung jawab kepada Direktur Utama namun memiliki wewenang untuk berkomunikasi langsung dengan Dewan Komisaris guna menginformasikan berbagai hal yang berhubungan dengan audit.

b. Laporan Hasil Audit disampaikan langsung kepada Direktur Utama dan Komisaris Utama, dengan tembusan kepada Komite Audit, Direktur Kepatuhan dan Direktur terkait lainnya.

2. Ruang Lingkup Pekerjaan Divisi Internal Audit

Ruang lingkup pekerjaan audit IAD mencakup seluruh aspek dan unsur kegiatan Bank Muamalat. Dalam menjalankan tugasnya, IAD berkewenangan untuk melakukan akses terhadap setiap sumber informasi yang dibutuhkan. IAD bebas dari Intervensi pihak manapun, dan berhak menyampaikan hasil audit kepada setiap pihak yang berkepentingan, guna memastikan temuan hasil audit ditanggapi dan ditindaklanjuti secara setimpal.


(1)

jawab, manajemen Grup Head IA sudah memikirkan cara untuk menghindar dari munculnya kebingungan dan konflik antar personil bahkan antar tim.

1.13 Grup Head IA telah membuat suatu prosedur penugasan yang terintegrasi dari keseluruhan aktifitas pekerjaan Grup Head IA.

Program Kerja Pemeriksaan Periodik mengacu pada

program tahunan IA 2. Penilaian Risiko

2.1 Grup Head IA sudah memiliki prosedur penilaian risiko yang berpotensi mempengaruhi tujuan Grup Head IA.

√ Menggunakan risk assessment

2.2 Grup Head IA sudah memiliki fungsi penilaian risiko yang merespon semua perubahan yang potensial menjadi risiko.

2.3 Sudah ada tujuan dari penilaian risiko yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern yaitu tujuan operasional, tujuan pelaporan keuangan dan tujuan kepatuhan.

2.4 Proses penilaian risiko sudah dilakukan disetiap tingkatan dan aktivitas dalam Grup Head IA.

2.5 Apabila sudah ada sistem penilaian risiko yang layak, proses risiko tersebut sudah mengikuti langkah sesuai saran COSO (Commitee of Sponsoring Organizations):


(2)

 Memperkirakan risiko yang potensial

√  menghitung frekuensi keseringan

risiko tersebut muncul

√  Penanganan risiko dan tindakan

yang harus diambil.

√ 2.6 Dalam penilaian proses risiko, sudah

mempertimbangkan faktor intern maupun ekstern.

√ untuk faktor ekstern belum optimal

3. Aktivitas Pengendalian

3.1 Grup Head IA sudah mempunyai kebijakan dan prosedur yang dapat membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilakukan dalam mengahadapi risiko yang akan mempengaruhi pencapaian misinya.

√ Adanya proses

pengendalian mutu audit

3.2 Aktivitas pengendalian telah diterapkan disetiap tingkatan dan aktivitas Grup Head IA.

3.3 Aktivitas pengendalian yang dilakukan telah mendukung struktur pengendalian

√ 3.4 Grup Head IA sudah memiliki pengendalian

(general control dan application system control) pada sistem informasinya.

4. Informasi dan Komunikasi

4.1 informasi yang diperlukan telah dikomunikasikan ke seluruh elemen unit √


(3)

untuk membantu pekerjaan masing-masing elemen tersebut.

4.2 Sistem informasi yang dimiliki sejalan dengan kebutuhan Grup Head IA secara keseluruhan.

4.3 Sistem informasi yang dimiliki Grup Head IA terintegrasi antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya.

√ 4.4 Dalam kaitan dengan kualitas informasi

yang disyaratkan oleh COSO (Commitee of Sponsoring Organizations), informasi yang dimiliki Grup Head IA adalah informasi yang:

 mempunyai isi yang pantas dilaporkan; selalu tepat dan tersedia pada saat dibutuhkan;

Dibangun sistem pelaporan yang baku dan adanya IAMS (Internal Audit Management System)

 selalu diperbarui; √

 memuat data yang benar; informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang yang tepat.

√ 4.5 Saluran komunikasi yang bersifat formal

dan informal telah tersedia dan dapat menjamin keamanan si pembawa berita.

Berdasarkan observasi

4.6 Saluran komunikasi yang dimiliki meliputi orang-orang yang berada di dalam unit maupun orang-orang yang berada di luar unit


(4)

4.7 Dalam komunikasi selalu didokumentasikan dengan baik.

√ Komunikasi informal belum sepenuh 4.8 Komunikasi yang terjadi bersifat 2 arah √

5. Monitoring

5.1 Sudah tersedia prosedur kegiatan pemantauan yang efektif atas pelaksanaan pengendalian intern, baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat khusus

Mekanisme laporan realisasi

5.2 Hasil dari tindakan tersebut diatas telah diikuti dengan pengambilan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan

Mekanisme tindak lanjut perbaikan

5.3 Sudah tersedia sistem dokumentasi yang berbentuk formal atas prosedur pemantauan √ Audit Berbasis Risiko

1. Lebih mengutamakan area finansial dan kepatuhan kepada undang-undang, regulasi, kebijakan serta prosedur internal.

Tergantung area mana yang

mempunyai risiko lebih tinggi 2. Lebih kepada memberikan kepastian bahwa

risiko yang diidentifikasikan telah dimitigasi ke tingkat yang dapat diterima. Efektivitas kontrol justru dilihat dalam kaitannya dengan risiko yang ada dan manajemen akan melihat pentingnya kontrol dalam mengelola risiko.


(5)

3. Audit akan lebih diprioritaskan ke area berisiko tinggi, hal mana yang akan diinformasikan dan didiskusikan bersama dengan manajemen.

4. Pemisahan yang ada hanya antara project audit (tanpa follow up) dan ongoing process audit

5. Komisaris (komite audit) dan direksi terlibat dalam seluruh tahapan audit, mulai dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, penilaian kinerja audit sampai meyakinkan semua pihak yang berkepentingan.

Pada Bank Muamalat juga terdapat Komite Pemantau Risiko yang turut membantu Dewan Direksi. 6. satu subjek audit dialokasikan kepada satu

atau lebih auditor untuk satu periode tertentu.

√ Masih kekurangan SDM

7. Tugas lapangan lebih kepada memastikan

bahwa perusahaan telah

mengidentifikasikan, memantau dan mengendalikan semua risiko yang ada.

8. Waktu audit akan lebih mudah dianggarkan √ Perencanaan yang lebih komplek 9. Masih tetap menggunakan teknik pengujian

yang sama, tetapi lebih memastikan bahwa kontrol utama berfungsi dengan baik untuk memitigasi risiko.

10. Lebih kepada memberikan keyakinan bahwa semua risiko, khususnya yang utama √


(6)

telah dikelola secara baik, dan melaporkan secara rinci risiko yang tidak dimitigassi dengan baik (addressing the process risk) 11. Rekomendasi akan diberikan dalam

kaitannya dengan manajemen risiko agar risiko dihindari, ditransfer, didiversifikasi, atau diterima dan dikelola.

12. Lebih mengutamakan laporan kinerja dari group audit intern untuk menjadi dasar perhitungan jasa produksi.

√ 13 SKAI diisi oleh staf yang bermotivasi

tinggi, dan punya pengalaman bekerja dengan manajemen puncak.

√ 14 Staff SKAI tidak semuanya akuntan √