Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi, transportasi, globalisasi, pertumbuhan pasar, regulasi, persaingan, dan restrukturisasi telah mendorong persaingan usaha yang semakin kompetitif, termasuk dalam industri perbankan. Saat ini industri perbankan berkembang dengan pesat dan memiliki kegiatan usaha yang semakin beragam. Hal ini menyebabkan perbankan dihadapkan pada risiko yang semakin kompleks khususnya perbankan syariah. Dan oleh karena itulah perbankan syariah dituntut untuk meningkatkan kebutuhan tata kelola bank yang sehat serta manajemen risiko yang baik bagi kegiatan usaha perbankan syariah. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat di perkirakan anticipated maupun yang tidak dapat diperkirakan unanticipated yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodelogi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko. 1 1 Adiw arman Karim , Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, ed.IV, Jakart a: Raja Grafindo Persada, 2010 h.255. Bank Syariah yang saat ini sedang berkembang pesat, mulai dari bertambahnya Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan BPRS yang semakin banyak dari segi kuantitas. Data perkembangan Bank Syariah di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Indikator Desember 2009 2010 2007 2008 Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei Bank Umum Syariah BUS Jumlah Bank 3 5 5 6 6 7 8 9 10 Jumlah Kantor 401 581 660 711 820 852 934 918 970 Unit Usaha Syariah UUS Jumlah Bank 26 27 24 25 25 25 25 25 24 Jumlah Kantor 196 241 264 287 288 294 299 312 298 BPR Syariah Jumlah Bank 114 131 137 138 140 142 143 144 144 Jumlah Kantor 185 202 220 225 262 265 266 271 271 Total Kantor 925 1187 1310 1392 1541 1585 1675 1679 1717 Sumber:Statistik Perbankan Syariah Islamic Banking Statistics Bank Indonesia Mei 2010 Data yang disajikan menunjukan perkembangan perbankan syariah di Indonesia sangat menjanjikan bagi para investor dalam negeri dan luar negeri. Data statistik menunjukkan semakin positifnya respon masyarakat serta perusahaan untuk menyimpan dana komersil dan dana sosialnya melalui bank-bank syariah untuk pengembangan sektor industrial dan usaha kecil. Perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang dan dapat terus meningkatkan sharenya terhadap perbankan nasional, jika segala risiko yang melekat di dunia perbankan syariah dapat di antisipasi dengan baik. Namun, beberapa kasus yang muncul belakangan ini seperti kasus City Bank, kredit macet di Bank Mandiri, pembobolan Bank BCA, serta permasalahan intern Bank Indonesia yang dapat mempengaruhi citra dan kualitas dunia perbankan yang mengandalkan kepercayaan publik. Pada dasarnya kasus-kasus tersebut bersumber dari lemahnya kontrol yang ada terhadap sistem yang berjalan. Jadi bukannya sistemnya yang tidak bagus, melainkan kontrol atas sistem tersebut yang dirasakan sangat minim. Berdasarkan kasus-kasus di atas, maka sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko. Selain itu, diperlukan juga sebuah audit untuk memastikan sebuah perusahaan dalam operasionalnya telah menerapkan risk management proses yang memadai. Pelaksanaan manajemen risiko diuraikan dalam Peraturan Bank Indonesia No 582003 tanggal 19 Mei 2003, dimana mulai Januari 2005 Bank Umum diwajibkan menerapkan manajemen risiko dalam pengelolaan banknya. Penerapan manajemen risiko sangat diperlukan karena bank berada dalam bisnis berisiko tinggi, dimana bank dalam menjalankan usahanya melakukan penawaran jasa-jasa keuangan, bank juga harus mengambil atau menerima dan mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif agar dampak negatifnya tidak terjadi. Selain itu para banker juga mengakui bahwa krisis moneter 1997 terjadi sebagai karena belum terciptanya manajemen risiko. Oleh karena itu dalam terciptanya kondisi bank yang sehat dan baik maka perlu diterapkannya manajemen risiko dengan melakukan audit yang dilaksanakan oleh auditor internal, auditor internal yang objektif memerlukan alokasi sumber daya, sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya anggaran, sumber daya manusia, dan hari kerja efektif auditor internal yang mengalami keterbatasan. Maka perlu pendekatan audit yang dapat membantu kegiatan operasional dengan sumber daya yang tersedia. Pendekatan audit berbasis risiko merupakan alternatif untuk melakukan fungsi audit internal bank berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain pelaksanaan audit internal bank berbasis risiko merupakan konsekuensi dari penerapan manajemen risiko. Dengan audit berbasis risiko maka proses audit akan dilaksanakan dengan mengevaluasi risiko-risiko apa yang mungkin terjadi dalam proses sistem informasi. Evaluasi pada risiko-risiko ini kemudian di tanggulangi dengan menerapkan kontrol yang efektif. 2 Aktivitas penaksiran risiko yang harus dilakukan oleh fungsi audit internal dalam rangka penyusunan jadwal pekerjaan audit. Penaksiran risiko didefinisikan sebagai proses penaksiran dan pengintegrasian pertimbangan-pertimbangan professional professional judgements tentang kemungkinan timbulnya kondisi- kondisi dan atau peristiwa-peristiwa yang merugikan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjadi urgensi bagi fungsi audit internal akan perlunya suatu pendekatan audit yang memasukkan proses penaksiran risiko sebagai centerpiece dari keseluruhan tahapan audit. Pendekatan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan audit berbasis risiko. 3 Audit berbasis risiko bukanlah suatu metodologi yang menggantikan secara total pendekatan audit konvensional yang selama ini telah digunakan dalam pelaksanaan audit, melainkan merupakan suatu pendekatan, dan pemahaman atas risiko yang harus diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 4 Berdasarkan paparan diatas, penggunaan audit berbasis risiko ini merupakan salah satu solusi bagi pemerintah untuk memperbaiki dunia perbankan yang ada di 2 Anjar Priandoyo, “ Audit Sist em Inform asi Berbasis Risiko Unt uk Usaha Kecil dan M enengah” , 3-4 m ei 2006. Inst it ut Teknologi Bandung, Hal:142 3 St atement s on Int ernal Auditing St andards SIAS No. 9 t entang Risk Assessm ent 4 Pusdiklat w as BPKP- 2007 Indonesia. Dalam hal ini penulis akan fokus pada perbankan syariah. Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang penulis dalam melakukan penelitian ini. Pertama, bagi perbankan nasional, audit berbasis risiko ini baru mulai diterapkan dan dimaksimalkan pada tahun 2009. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya pernyataan dari Direktur Eksekutif Banker Association for Risk Management, Pardi Sudrajat mengatakan bahwa dewasa ini perbankan telah menerapkan manajemen risiko lebih baik yang posisinya sejajar dengan dengan pertumbuhan bisnis sehingga proses pemantauan risiko dalam operasional dan inovasi produk telah diterapkan lebih sistematis. Untuk itu, proses audit terhadap suatu bank tidak perlu lagi dilakukan pada seluruh cabang, tetapi cukup memilah beberapa sektor saja yang dianggap berisiko, karena pemetaannya sudah dilakukan bagian manajemen risiko, sehingga bank akan menjadi semakin efisien. Atas dasar ini penulis berharap dapat membuahkan kesimpulan yang tepat terkait penerapan dan pengaruh audit berbasis risiko ini pada perbankan syariah. Kedua, penulis memilih bank syariah sebagai objek penelitian karena bank syariah dalam melaksanakan fungsi auditnya di landasi oleh audit sistem berlapis. 5 Selain itu pada bank syariah banyak hal yang harus di perhatikan termasuk kepatuhan atas aturan dan prinsip-prinsip syariah dalam keseluruhan aspek operasional bank syariah. Hal inilah membuat penulis lebih tertarik untuk mengamati audit berbasis risiko pada bank syariah, dan dalam hal ini penulis memilih Bank 5 M uhamm ad Syafi’I Ant onio, Bank Syariah dari Teori ke Prakt ek Jakart a: Gem a Insani, 2001, h.209. Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia dan fokus pada manajemen risiko operasionalnya. Oleh karena itulah, dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul penelitian “Penerapan Audit Berbasis Risiko di Bank Muamalat”. B. Pembatasan Masalah Untuk menjaga agar penulisan skripsi lebih terarah dan menghindari kemungkinan pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti, maka skripsi ini memilih Bank Muamalat yang merupakan salah satu perusahaan perbankan terkemuka sekaligus yang pertama dalam sektor perbankan syariah di Indonesia sebagai objek penelitian. Penulis akan membandingkan implementasi audit internal pada perusahaan tersebut dengan teori-teori secara umum audit internal berbasis risiko. Selain itu, hal lain yang akan dibahas adalah bagaimana peranannya terhadap manajemen risiko yang ada di perusahaan tersebut dan keunggulan serta kelemahan dari penerapannnya.

C. Perumusan Masalah