tingkah laku pada individu, konsistensi tingkah laku sepanjang waktu, dan konsistensi tingkah laku dalam berbagai situasi.
Para ahli teori kepribadian melihat seseorang secara menyeluruh, dan mencoba untuk memahami bagaimana aspek-aspek fungsi individual yang
berbeda berhubungan satu sama lain secara rumit. Misalnya, penelitian tentang kepribadian bukanlah penelitian tentang persepsi, tapi melihat bagaimana
individu-individu dibedakan melalui persepsi mereka dan bagaimana perbedaan tersebut berhubungan dengan keseluruhan fungsi individu. Penelitian tentang
kepribadian kemudian berfokus bukan hanya pada proses-proses psikologis, tapi juga pada hubungan diantara proses-proses tersebut Pervin et al, 2005.
2.2.2. Pengertian Trait
Ketika membicarakan orang-orang, kita seringkali menggunakan istilah personality trait
—kata yang menggambarkan tipe gaya seseorang ketika mengalami suatu peristiwa dan tingkah lakunya. Misalnya, ketika diminta
menuliskan deskripsi kepribadian seorang teman, banyak murid mengeluarkan satu daftar penjabaran trait kepribadian, seperti friendly, kind, happy, lazy, moody,
and shy John dalam Pervin et al, 2005.
Trait kepribadian mengarah pada bentuk konsisten pada cara seseorang berprilaku, merasakan, dan berfikir. Trait dapat dijalankan melalui tiga fungsi
utama. Trait mungkin digunakan untuk menyimpulkan, memprediksi, dan menjelaskan tingkah laku seseorang. Menyimpulkan, maksudnya bagaimana
seseorang berbeda dengan orang lain. Trait “baik” pada seseorang menyimpulkan sejarah dari banyaknya perilaku berbeda mengenai “kebaikan”. Trait juga
membuat kita bisa memprediksi tingkah laku seseorang yang akan datang., misalnya seorang mempelai wanita mengharapkan mempelai pria yang baik hati
untuk menjadi suami yang baik. Trait juga mengusulkan penjelasan tentang tingkah laku seseorang akan ditemukan pada diri individu itu sendiri, bukan pada
situasinya, misalnya seorang yang baik akan berprilaku dengan baik meskipun tidak ada situasi yang menekan atau imbalan dari luar untuk melakukan hal
tersebut, menganjurkan beberapa macam proses internal atau mekanisme yang menghasilkan tingkah laku Pervin et al, 2005.
Pendekatan trait pada kepribadian awal mula diperkenalkan oleh Carl Jung yang menggunakan istilah ekstroversi dan introversi dalam teori kepribadian.
Namun istilah tersebut baru memiliki arti dan berkembang setelah teori Hans Eysenck muncul Friedman Schustack, 2008.
Kemudian dilanjutkan oleh Allport, Eysenck, dan Cattell. Mereka memberikan gambaran bahwa trait sebagai unit fundamental dari kepribadian,
menunjukkan watak-watak luas untuk merespon dengan cara-cara khusus. Di waktu yang sama, para ahli teori tersebut mempunyai gambaran yang berbeda
sekali tentang penggunaan analisis faktor dan tentang jumlah dan asal dimensi- dimensi trait yang diperlukan untuk menjelaskan kepribadian lebih akurat Pervin
et al, 2005. Cattell mulai menggunakan metode statistik untuk menyederhanakan dan
mengobjektifkan struktur kepribadian. Cattell mengembangkan metode leksikal berdasarkan bahasa. Cattell mengelompokkan, menilai, dan menghitung yang
Alport temukan dengan metode analisis faktor Friedman Schustack, 2008.
Analisis faktor adalah teknik statistik yang membantu kita mengurangi informasi yang sudah kita miliki agar lebih mudah dimengerti. Misalnya,
sejumlah angka skor dapat diringkas ke dalam dua pengukuran statistik—mean rata-rata dan pengukuran variasi seperti standar deviasi. Hubungan dua
variabel—pasangan nilai—dapat dilihat dari koefisien korelasi r. Analisis faktor melangkah lebih jauh dengan cara meringkas sekumpulan koefisien korelasi. Jika
kita mengetahui korelasi asosiasi sejumlah variabel, analisis faktor membantu kita menyimpulkan ini ke dalam sejumlah kecil dimensi. Dengan
mempertimbangkan keadaan tumpang-tindih antara satu variabel dengan yang lain varian bersama, analisis faktor menggabungkan informasi tersebut secara
matematis. Variabel-variabel yang berkorelasi satu sama lain tetapi tidak berkorelasi dengan variabel lain membentuk satu dimensi atau “faktor” Friedman
Schustack, 2008. Berdasarkan hasil analisis faktornya, Cattell 1966 mengemukakan
adanya 16 trait kepribadian dasar. Dengan ditampilkan dalam bentuk dikotomi, 16 faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Supel-Tertutup, Lebih-Kurang
Pintar, Stabil-Emosional, Asertif-Rendah Hati, Ceria-Pendiam, Cermat-Ceroboh, Berani-Pemalu, Penerima-Keras Kepala, Penuh Curiga-Mudah Percaya,
Imajinatif-Praktis, Licik-Jujur, Pencemas-Tenang, Suka mencoba Hal Baru- Konservatif, Mandiri-Tergantung pada Orang Lain, Teratur-Spontan, Tegang-
Relaks. Faktor-faktor ini dinilai menggunakan Sixteen Personality Factors Questionnaire yang disingkat dengan 16PF Friedman Schustack, 2008.
Berbeda dengan Cattell, Allport berpikir bahwa analisis faktor tidak mungkin menunjukkan keseluruhan hidup seseorang, karena faktor tidak lebih
dari sekedar kombinasi statistik, analisis faktor tidak mungkin memberikan gambaran individu dengan baik. Menurutnya juga, analisis faktor menghasilkan
faktor, tetapi tidak memberikan label dari faktor tersebut; penamaan faktor tergantung dari seorang analis faktor dan seringkali masuk akal untuk mencurigai
apakah nama yang diberikan sepenuhnya menggambarkan esensi dari faktor tersebut. Selain itu, Allport juga mengemukakan esensi pendekatan trait
menurutnya yaitu mengenai ekuivalensi fungsional functional equivalence. Ia percaya bahwa konsistensi muncul karena 1 Individu mengamati banyak situasi
dan stimulus dengan cara yang sama dan 2 Banyak perilaku individu yang memiliki kesamaan makna—dengan kata lain, mereka memiliki ekuivalensi
fungsional Friedman Schustack, 2008. Selain itu, Allport juga mengemukakan bahwa karena orang memiliki
warisan biologis yang umum dan orang yang berada dalam suatu budaya memiliki warisan budaya umum yang sama, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa
orang memiliki banyak struktur yang terorganisasi trait yang umum. Ia menyebutnya “trait umum common trait”. Trait umum adalah trait yang dimiliki
bersama oleh orang-orang dalam populasi; trait-trait tersebut adalah dimensi dasar Friedman Schustack, 2008.
Alport juga mengemukakan istilah disposisi personal, yaitu sebuah trait— struktur neurofisik umum—yang khas pada masing-masing individu. Misalnya
kepribadian kompleks artis Picasso, yang kepribadian uniknya terlihat melalui gaya ekspresif lukisannya Friedman Schustack, 2008.
Sementara itu, Eysenck berpendapat bahwa hanya terdapat kurang dari lima dimensi dasar kepribadian yang merupakan akar dari kepribadian. Dimensi
kepribadian pertama menurut Eysenck adalah extroversion yang mencakup faktor keramahan dan asertivitas dari Cattell. Yang kedua adalah neuroticism; dimensi
ini mencakup faktor ketidakstabilan emosi dan kekhawatiran dari Cattell. Faktor ketiga adalah psychoticism—kecenderungan menderita psikopatologi, yang
melibatkan impulsivitas dan kekejaman. Psychoticsm mencakup faktor kecenderungan untuk keras kepala dan ketekunan dari Cattell. Pendekatan
Eysenck adalah salah satu pendekatan yang berusaha menjelaskan dasar biologis kepribadian, teori kepribadian, dan bukti yang muncul dari analisis statistik dan
empiris dari trait Friedman Schustack, 2008. Eysenck menentang model yang sebelumnya pernah ada dan sampai
sekarang masih diteliti oleh banyak orang yaitu model trait kepribadian 5 faktor atau Five-Factor Model, atau yang lebih dikenal Big Five.
Dalam dua dekade terakhir, taksonomi dari trait kepribadian tersebut telah menerima perhatian dan dukungan luar biasa dari para peneliti tentang
kepribadian. Model five-factor berasal dari kombinasi pendekatan leksikal dan pendekatan statistik. Trait-trait besar yang menyusun big five antara lain: I.
Surgency atau
extraversion, II.
Agreeableness, III.conscientiousness,
IV.emotional stability, V.openness-intelect Larsen Buss, 2002.
Model ini muncul dari analisis faktor kata sifat yang digunakan untuk menggambarkan kepribadian dan dari analisis faktor berbagai tes dan skala
kepribadian yang setara. Pendekatan big five terhadap kepribadian kebanyakan didasarkan pada penelitian daripada teori, atau dengan kata lain merupakan suatu
pendekatan induktif terhadap kepribadian yang berarti bahwa teori dihasilkan dari data Friedman Schustack, 2008.
Selain itu, Pervin et al. 2005 mengatakan bahwa model five-factor dibangun melalui pedekatan yang sederhana. Para investigator coba menemukan
unit-unit kepribadian dengan menganalisis kata-kata yang orang-orang awam gunakan untuk menggambarkan kepribadian seseorang. Prosedur dasarnya disini
ialah individu menilai diri mereka sendiri atau orang lain macam-macam trait yang diambil dari kamus. Penilaiannya kemudian menggunakan analisis faktor
untuk melihat trait-trait mana yang sama. Pada tahun 1981, Lewis Goldberg melihat kembali penelitian-penelitian
yang ada dan terkesan dengan kekonsistensian hasil-hasil tersebut, dan menganjurkan “ini harusnya dapat membuktikan bahwa beberapa model untuk
menyusun perbedaan individu akan mencakup—pada beberapa level—sesuatu seperti dimensi ‘Big Five’ ini”. Kemudian design big five factor mulai eksis. Big
merujuk pada penemuan bahwa setiap faktor memasukkan sejumlah trait-trait yang lebih spesifik Pervin et al, 2005.
Big Five dirancang untuk memotret trait-trait kepribadian tersebut yang orang pertimbangkan paling penting dalam hidupnya. Goldberg menyebut
pendekatan ini dalam istilah fundamental lexical bahasa hypothesis: “perbedaan
individual yang paling penting dalam transaksi manusia akan dikodekan dengan satu istilah dalam beberapa atau semua bahasa-bahasa di dunia” Goldberg dalam
Pervin et al, 2005. Contoh dari hipotesis leksikal misalnya beberapa penulis mencatat bahwa
individu berbeda dalam tingkat dimana mereka membutuhkan keragaman dalam hidupnya, atau dalam tingkat dimana mereka dapat mentoleransi ambiguitas
ketika mengambil keputusan; berbeda dengan hipotesis leksikal, tidak terdapat satu istilah dalam bahasa Inggris yang cocok dengan kualitas-kualitas ini McCrae
Costa dalam Pervin et al, 2005. Banyak peneliti menyetujui bahwa perbedaan individual dapat diorganisir
dengan berguna dalam istilah lima cakupan luas, dimensi-dimensi bipolar John Srivastava, 1999; McCrae Costa, 2003 dalam Pervin et al, 2005. Secara umum
ini diketahui sebagai dimensi-dimensi trait “Big Five”bukan karena mereka sangat besar, tapi karena keluasan dan tingkat abstaksi mereka yang luar biasa.
Jadi, trait
kepribadian big five
adalah pendekatan dalam melihat kepribadian seseorang yang muncul dari analisis faktor kata sifat yang digunakan
untuk menggambarkan kepribadian dan dari analisis faktor berbagai tes dan skala kepribadian yang setara, dimana kelima faktor tersebut diantaranya adalah
extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism , dan openess to
experience .
2.2.3. Dimensi Kepribadian Big Five