Sumbangan ilmu biomedis dalam menemukan faktor-faktor penting yang mengakibatkan kemandulan benar-benar tidak dapat diabaikan. Begitu
juga, langkah-langkah biomedis yang disebut di atas jelas memberi harapan kepada pasangan yang sulit memperoleh anak, tetapi tidak dapat dibantah
bahwa teknik-teknik untuk mengatasi persoalan kemandulan tersebut memang memunculkan beberapa masalah atau persoalan etika dan hukum
yang tidak dapat disetujui begitu saja dalam kerangka agama Islam.
13
B. Proses Pelaksanaan Inseminasi Buatan
Untuk menjalankan proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim, perlu disediakan ovum sel telur dan sperma. Ovum diambil dari tuba fallopi
kandung telur seorang ibu dan sperma diambil dari ejakulasi seorang ayah. Sperma tersebut diperiksa terlebih dahulu apakah mengandung benih yang
memenuhi persyaratan atau tidak. Begitu juga dengan sel telur seorang ibu, dokter berusaha menentukan dengan tepat saat ovulasi bebasnya sel telur dari
kandung telur, dan memeriksa apakah terdapat sel telur yang masak atau tidak pada saat ovulasi tersebut. Bila pada saat ovulasi terdapat sel-sel yang benar-
benar masak, maka sel telur itu dihisap dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut. Sel telur itu kemudian ditaruh di dalam suatu tabung kimia
13
Abul Fadl Muhsin Ebrahim, Biomedical Issues Islamic Perspective,. h. 100
dan agar telur tetap dalam keadaan hidup, sel telur tersebut disimpan di laboratorium yang diberi suhu menyamai panas badan seorang wanita.
14
Lebih tepatnya di dalam proses pelaksanaan inseminasi buatan pada teknik fertilisasi in virto
FIV transfer embrio khususnya, terdiri dari beberapa tahapan,
15
yaitu: Tahap Pertama
: Pengobatan merangsang indung telur. Pada tahap ini isteri diberi obat yang merangsang indung telur, sehingga dapat mengeluarkan banyak
ovum dan cara ini berbeda dengan cara biasa, hanya satu ovum yang berkembang dalam setiap siklus haid. Obat yang diberikan kepada isteri dapat berupa obat
makan atau obat suntik yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah ternyata sel-sel telurnya matang. Pematangan sel-sel telur
dipantau setiap hari dengan pemeriksaan darah isteri, dan pemeriksaan ultrasonografi
USG. Ada kalanya indung telur gagal bereaksi terhadap obat itu. Tahap Kedua
; Pengambilan Sel Telur. Apabila sel telur isteri sudah banyak, maka dilakukan pengambilan sel telur yang akan dilakukan dengan
suntikan lewat vagina di bawah bimbingan USG. Tahap Ketiga; Pembuahan atau fertilisasi sel telur. Setelah
berhasil mengeluarkan beberapa sel telur, suami diminta mengeluarkan sendiri sperma. Sperma akan diproses, sehingga sel-sel sperma suami yang baik saja
14
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah Al-Haditsah,. h. 71.
15
Sudraji Sumapraja, et. All, Eds., Penuntun Pasutri Program Melati, Program Melati RSAB “Harapan Kita” Jakarta, Jakarta, 1990. h. 47.
yang akan dipertemukan dengan sel-sel telur isteri dalam tabung gelas di laboratorium. Sel-sel telur isteri dan sel-sel sperma suami yang sudah
dipertemukan itu kemudian dibiakan ke dalam lemari pengeram. Pemantauan berikutnya dilakukan 18-20 jam kemudian. Pada pemantauan keesokan harinya
diharapkan sudah terjadi pembelahan sel. Tahap Keempat
; Pemindahan Embrio. Kalau terjadi fertilisasi sebuah sel telur dengan sebuah sperma, maka terciptalah hasil pembuahan yang akan
membelah menjadi beberapa sel, yang disebut embrio. Embrio ini akan dipindahkan melalui vagina ke dalam rongga rahim ibunya 2-3 hari kemudian.
Tahap Kelima ; Pengamatan terjadinya kehamilan. Setelah implantasi
embrio, maka tinggal menunggu apakah akan terjadi kehamilan. Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio tidak terjadi haid, maka dilakukan pemeriksaan
kencing untuk menentukan adanya kehamilan. Kehamilan baru dipastikan dengan pemeriksaan USG seminggu kemudian.
C. Sejarah dan Perkembangan Bioteknologi Inseminasi Buatan