2. Dampak Inseminasi Buatan Terhadap Kewarisan
Kedudukan hukum anak yang dilahirkan melalui proses inseminasi buatan yang menggunakan sperma suami, tidaklah bermasalah seperti apa yang telah
dikemukakan di atas. Anak yang terlahir dari proses inseminasi buatan yang menggunakan sperma suami dapat disamakan sebagai anak kandung. Anak
kandung berhak mendapatkan warisan dari orang tua kandungnya, apabila orang tuanya pewaris telah meninggal dunia. Pada pasal 830 KUH Perdata dikatakan
“Pewarisan hanya terjadi karena kematian”. Menurut hukum waris Islam bahwa anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma dan
ovum dari pasangan suami isteri adalah sebagai anak sah dan dapat disamakan dengan anak yang dilahirkan secara alami.
Anak sah dengan sendirinya berhak untuk mewaris dari orang tuanya pewaris. Syekh Hasanain Muhammad Mahluf memberikan komentar tentang
berhak atau tidaknya anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma suami. Ia mengatakan:
Apabila sperma yang dimasukkan ke dalam rahim isteri dari sperma suaminya, maka cara seperti ini dibolehkan dan anak yang lahir itu mempunyai
keturunan nasab dari ayahnya serta mendapat hak waris seperti anak yang lahir dari proses biasa.
17
Di dalam kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma donor dan ovum dari isteri kemudian embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri selalu mendatangkan mudharat dari pada
17
Muhammad Shaheb Tahar,. Inseminasi Buatan Menurut Hukum Islam, cet.I. Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1987, h.29
maslahah. Maslahah yang dibawa inseminasi buatan memang membantu suami isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan
keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar pada inseminasi buatan yang menggunakan
sperma donor, antara lain sebagai berikut: a.
Pencampuran nasab. Islam sangat menjaga kesucian atau kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan
kemahraman dan kewarisan. b.
Bertentangan dengan Sunnatullah atau Hukum Islam. Karena anak yang terlahir dari inseminasi buatan dengan sperma donor dapat dikatakan
sebagai anak hasil zina. c.
Inseminasi pada hakikinya sama dengan prostitusi, karena terjadi pencampuran sperma pria, dan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
d. Kehadiran anak hasil inseminasi buatan dengan sperma donor bisa menjadi
sumber konflik dalam rumah tangga. e.
Anak hasil inseminasi buatan lebih banyak unsur negatifnya dari pada anak adopsi.
f. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama
bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada
pasangan suami isteri yang punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami.
18
Anak dalam kandungan melalui proses inseminasi buatan menurut Hukum Islam dan KUH Perdata yang menggunakan sperma donor hanya mendapatkan
hak waris dari ibunya saja. Kecuali jika suami ibunya mau mengakuinya sebagai anak sah, maka menurut KUH Perdata anak tersebut mendapat hak waris dari
kedua orang tuanya. Hal ini didasarkan pada pasal 280 KUHPerdata yang mengatakan, antara anak luar nikah dan orang tuanya mempunyai hubungan
hukum hubungan hukum perdata apabila si bapak dan si ibu mengakuinya. Begitu pun dengan Hukum Islam dikatakan anak tersebut hanya mempunyai
hubungan waris-mewarisi dengan ibunya dan keluarga ibunya saja, sebagaimana yang ditegaskan pada Pasal 186 Kompilasi Hukum Islam : “Anak yang lahir di
luar perkawinan hanya mempunyai hubungan saling mewarisi dengan ibunya dan keluarga dari pihak ibunya”. Dengan demikian, maka anak tersebut secara
hukum tidak mempunyai hubungan hukum saling mewarisi dengan ayahbapak alami genetiknya.
Inseminasi buatan dengan sperma donor sejak awal hingga akibatnya yang terakhir tidak ada kebaikannya jika dibanding mafsadah dan bahaya serta
kesulitan-kesulitan yang ditimbulkannya. Satu-satunya hal yang mungkin dianggap baik oleh sementara kalangan adalah terlahirnya anak, akan tetapi
apalah artinya anak itu jikalau menimbulkan berbagai masalah. Seperti
18
Setiawan Budi Utomo, Fikih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, h. 190.
kekacauan nasab dan keturunan, lenyapnya harkat dan martabat kemanusiaan, sirnanya kasih sayang yang murni, hapusnya nilai-nilai luhur perkawinan dan
rumah tangga dan lain-lain akibat buruk yang sangat bertentangan dengan cita- cita mulia insani.
3. Dampak Inseminasi Buatan Terhadap Kesehatan