Inseminasi Buatan Pada Manusia Menurut Hukum Islam

BAB IV TINJAUAN HUKUM INSEMINASI BUATAN DAN DAMPAK

PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI

A. Inseminasi Buatan Pada Manusia Menurut Hukum Islam

Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam, yang tidak hanya berisi hal-hal yang berkaitan dengan spiritual semata, tetapi merupakan kitab yang lengkap yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan persoalan dunia dan akhirat, baik itu yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, hukum-hukum, ilmu dan teknologi maupun yang berkaitan dengan proses kejadian manusia. Ada beberapa surat di dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang proses kejadian manusia, di antaranya pada surat Al-Mu’min40 ayat 67: ْ آﱠﺪﺷأ اﻮﻐ ْﺘ ﱠ ﺎ ْ ْ ﻜ ﺮْ ﻳ ﱠ ﺔﻘ ْ ﱠ ﺔ ْﻄ ْ ﱠ باﺮﺗ ْ ْ ﻜﻘ ﺧ يﺬﱠا ﻮه ﱠ نﻮ ﻘْ ﺗ ْ ﻜﱠ و ﻰً ﺴ ﺎ أ اﻮﻐ ْﺘ و ْ ْ ﻰﱠﻮﺘﻳ ْ ْ ﻜْ و ﺎﺧﻮ ﺷ اﻮ ﻮﻜﺘ ﺆ ا ٤ : Artinya: Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian kamu dibiarkan hidup supaya kamu sampai kepada masa dewasa, kemudian dibiarkan kamu hidup lagi sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. kami perbuat demikian supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya. QS. Al- Mu’min40: 67 ﺎ ﱠﺪ لﻮ ر ﻪﱠ ا ﻰﱠ ﻪﱠ ا ﻪْ ﱠ و ، ﻮهو قدﺎﱠﺼ ا قوﺪْﺼ ْا : ﱠنإ ْ آﺪ أ ْﺠﻳ ﻪﻘْﺧ ْﻄﺑ ﻪ أ ﺑْرأ ﺎ ْﻮﻳ ، ﱠ نﻮﻜﺗ ﻚ ذ ﺔﻘ ْﺜ ﻚ ذ ، ﱠ نﻮﻜﺗ ﻚ ذ 44 Artinya: Rasulullah SAW menceritakan kepada kami, Dia adalah orang yang jujur dan dipercaya: Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam waktu 40 empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga 40 hari, kemudian diutuslah Malaikat kepadanya dan ditiupkan ruhnya, kemudian diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara; rejeki, ajal, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. Apabila diperhatikan proses kejadian manusia seperti dikemukakan di atas, ternyata sama dengan prosedur bayi tabung. Yang berbeda hanyalah dalam proses pembuahan saja. Di dalam teknik bayi tabung, pembuahan antara sperma dan ovum terjadi dalam tabung gelas, lalu dipindahkan ke dalam rahim isteri. Sedangkan di dalam firman Allah tersebut proses pembuahannya terjadi dengan sendirinya di dalam rahim. Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Seperti Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam mukhtamarnya tahun 1980 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor. Lembaga Fiqih Islam OKI Organisasi Konferensi Islam di Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor, dan membolehkan pembuahan dengan sel sperma dan ovum dari isteri sendiri. Vatikan secara resmi 1 Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain an-Nawawi, Sahîh Muslim Bi Syarh An-Nawawi, T.tp: al-Matbaah al-Misriyyah, 1930 M, juz. 16, cet. 1, h. 189-190. tahun 1987 ini telah mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibu titipan, dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tidak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. 2 Untuk inseminasi buatan pada manusia dengan sperma suami sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan di luar rahim bayi tabung, maka dalam hal ini dibolehkan asal keadaan suami dan isteri tersebut benar-benar membutuhkan untuk memperoleh keturunan. Hal ini telah disepakati para ulama dan sesuai dengan kaidah hukum fiqh Islam: تارْﻮﻈْ ْ ﺗ ةرْوﺮﱠ ا ﺔ ﺰْ لﺰْﺗ ﺔ ﺎ ا . Artinya: Hajat kebutuhan yang sangat penting itu diperbolehkan seperti dalam keadaan terpaksa, padahal keadaan darurat atau terpaksa itu membolehkan melakukan hal-hal yang terlarang. 3 تارﻮﻈ ا ﺗ تاروﺮ ا . 4 Artinya: Kedharuratan itu membolehkan hal-hal yang dilarang. Berdasarkan Firman Allah: 2 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, cet. VII, Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1994, h. 156. 3 M. Ali Hasan, Fiqhiyyah Al-Haditsah Pada Masalah Kontemporer Hukum Islam, cet.I. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2000, h. 76. 4 Gurrat Abid al-Di’as, al-Qawaid al-Fiqhiyyah Ma’a al-Syarh al-Wajiz, Dimasyq: Dar al- Turmudzi, 1989, cet. 3. h. 43. غﺎﺑ ﺮْ ﱠﺮﻄْﺿا ﻪﱠ ا ﺮْﻐ ﻪﺑ ﱠ هأ ﺎ و ﺮﻳﺰْ ْا ْ و مﱠﺪ او ﺔﺘْ ْا ﻜْ مﱠﺮ ﺎ ﱠإ ر رﻮ ﻪﱠ ا ﱠنإ ﻪْ ْإ ﺎ دﺎ ﺎ و ةﺮﻘ ا : Artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Al- Baqarah2: 173 Hukum Islam cukup menaruh perhatian terhadap keadaan-keadaan khusus yang kesukarannya perlu dikurangi bagi orang-orang yang terpaksa, sebagaimana dinyatakan Al-Qur’an: ﺮْﺴ ْا ﻜﺑ ﺪﻳﺮﻳ ﺎ و ﺮْﺴ ْا ﻜﺑ ﻪﱠ ا ﺪﻳﺮﻳ … ةﺮﻘ ا : ٨ … Artinya: Allah menghendaki kelonggaran bagimu dan tidak menghendaki kesempitan bagimu. QS. Al-Baqarah2: 185 Menurut Mahmud Syaltout, penghamilan itu menggunakan air mani suami untuk isterinya, maka yang demikian itu masih dibenarkan hukum dan syariat yang diikuti masyarakat beradab. Lebih lanjut beliau katakan “…..Dan tidak menimbulkan dosa dan noda”. Di samping itu, tindakan yang demikian dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk memperoleh anak yang sah menurut syari’at yang jelas ibu bapaknya. 5 Inseminasi buatan dengan sperma donor, di samping sebagiannya dilakukan karena ada kelainan pada perangkat dalam, dan sebagiannya lagi dilakukan karena alasan kesehatan melainkan karena alasan dan motivasi lain. 5 Ibid., h. 83 Sementara ahli pikir memperluas teori mereka sebagai usaha memperbanyak jumlah manusia, untuk tujuan perluasan daerah atau sebagai ganti dari manusia yang banyak meninggal karena wabah atau penyakit atau peperangan. Dengan tujuan itu, maka penghamilan buatan menurut para ahli pikir yang ceroboh itu, dianggap sebagai tindakan yang diperbolehkan. Dengan demikian mereka telah menyamakan kedudukan pengembangbiakan pada hewan dan tumbuh- tumbuhan dengan penghamilan buatan pada manusia. 6 Ulama mengharamkan inseminasi buatan dengan menggunakan sperma donor, seperti pendapat Yusuf el-Qardlawi. Lebih tegas lagi Mahmud Syaltout menyatakan, “…Setelah ditinjau dari beberapa segi penghamilan buatan adalah pelanggaran yang tercela dan dosa yang besar, perbuatan itu setaraf dengan zina, dan akibatnya pun sama pula, yaitu memasukkan mani orang asing ke dalam rahim perempuan yang antara kedua orang tersebut tidak ada hubungan nikah secara syara’ yang dilindungi hukum syara’. 7 Karena inseminasi buatan dengan sperma donor diharamkan, maka sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi buatan tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. 8 Jumhur ulama pun menghukumi haram karena sama hukumnya dengan zina yang akan mencampuradukan nasab. Hal ini didukung oleh firman Allah SWT: 6 Ibid., h. 76 7 Ibid., h. 77 8 Mahmud Syaltout, Al-Fatâwa, Jilid II. Penerjemah H. Bustami A. Gani dan Zaini Dahlan, cet.I. Jakarta: Bulan Bintang, 1973, h. 326 ﻳﻮْﻘﺗ ﺴْ أ نﺎﺴْﺈْا ﺎ ْﻘ ﺧ ْﺪﻘ ﺘ ا : ٤ Artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya. QS. At-Tiin95: 4 ﺮْ ْاو ﱢﺮ ْا ْ هﺎ ْ و مداء ﺑ ﺎ ْ ﱠﺮآ ْﺪﻘ و ْ هﺎ ْﱠ و تﺎ ﱢﱠﻄ ا ْ هﺎ ْزرو ﺎ ْﺗ ﺎ ْﻘ ﺧ ْ ﱠ ﺮ ﺜآ ﻰ ءاﺮ ﻹا : Artinya: Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkat mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan . QS. Al-Israa’ 17: 70 ﱠﺈ ْ ﻬ ﺎ ْﻳأ ْ ﻜ ﺎ ْوأ ْ ﻬ اوْزأ ﻰ ﺎﱠإ نﻮﻈ ﺎ ْ ﻬ وﺮ ْ ه ﻳﺬﱠاو ﻮ ﺮْ ْ ﻬ نودﺎ ْا ه ﻚﺌ وﺄ ﻚ ذ ءارو ﻰﻐﺘْﺑا نﻮ ﺆ ا : - Artinya: Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang- orang yang melampaui batas. QS. Al-Mu’minuun23: 5-7 Menurut ulama, ayat-ayat ini menunjukkan manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai manusia yang mempunyai kelebihan atau keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia yang sejajar dengan hewan yang diinseminasi. Allah memerintahkan kepada seluruh hambanya agar menjaga kemaluannya dari perbuatan-perbuatan yang melampaui batas perbuatan tercela. Dalam hukum Islam AID inseminasi buatan oleh donor diharamkan, karena dilakukan oleh seorang donor dan bukan oleh suami si wanita. Apabila seorang wanita melahirkan seorang anak melalui AID, maka anak tersebut bernasab hanya kepada ibunya saja. Tentang hubungan nasab antara anak dan ayah, kebanyakan ulama mutakhir menyatakan dengan jelas bahwa anak itu dipandang sebagai anak yang punya donor tersebut, anak itu menjadi ahli warisnya dan bermahram dengan isterinya dan anak-anak yang lain. 9

B. Inseminasi Buatan Pada Manusia Menurut Hukum Perdata di Indonesia