Dasar Ideal Dasar Struktural Materi Pendidikan Agama Islam di SLTP

Dengan dasar tersebut setiap aktivitas yang dilakukan manusia lebih terarah dan jelas sasaranya. Pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari segi:

a. Dasar Yuridis Hukum

Yakni dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung ataupun secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama, di sekolah-sekolah ataupun dilembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. Adapun dasar dari yuridis formal tersebut ada 3 macam, yakni:

1. Dasar Ideal

Yakni dasar dari falsafah negara: Pancasila, di mana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama. Untuk merealisir hal tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan agama kepada anak-anak, karena tanpa adanya pendidikan agama, akan sulit untuk mewujudkan sila pertama dari pancasila tersebut.

2. Dasar Struktural

Yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: - Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. - Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Bunyi dari pada UUD tersebut diatas adalah mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama. Dalam arti orang-orang atheis dilarang hidup dinegara Indonesia. Meskipun, negara Indonesia bukanlah negara agama. Namun, negara melindungi umat beragama, untuk menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agama masing-masing. Karena itu, agar supaya umat beragama tersebut dapat menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing diperlukan adanya pendidikan agama. 16

3. Dasar Operasional

Yang dimaksud dasar operasional ialah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia seperti yang disebutkan pada undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 sisdiknas tentang sistem pendidikan nasional, pada bab I tentang ketentuan umum pasal 1 yang berbunyi: bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 17 Begitu pula dalam pasal 30 ayat 1 sampai 5 yang menjelaskan tentang pelaksanaan pendidikan keagamaan yang berbunyi: 1 Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah, danatau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2 Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya danatau menjadi ahli ilmu agama. 3 Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. 4 Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja, samanera, dan bentuk lain yang sejenis. 5 Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan 4, diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 18 16 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 25-26. 17 Anggota IKAPI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas Tentang Sistem Pendidikan Nasional , Bandung: Fokusmedia, 2006, hal 2. 18 Anggota IKAPI, Undang-Undang…, hal 16.

b. Dasar Religius

Yang dimaksud dengan religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur`an maupun Al-Hadits. Dalam ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya 19 . Dalam Al- Qur`an banyak ayat-ayat yang menunjukan adanya perintah tersebut, antara lain: 1. Dalam Surat Al-Alaq: ayat 1-5, yang berbunyi: 20 Artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya Al-Qur`an sebagai dasar pendidikan agama Islam, memiliki pembendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Ia merupakan sumber pendidikan yang lengkap, baik pendidikan masyarakat sosial, moral akhlak, maupun spiritual kerohanian, serta material kejasmanian dan alam semesta. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam Al-Qur`an. Dengan berpegang pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur`an, maka dalam pelaksanaan pendidikan Islam mampu mengarahkan dan 19 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 26. 20 Departeman agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, Penerbit: PT. Karya Toha Putra Semarang, juz 30, hal 1079. mengantarkan manusia menjadi insan yang berakhlak mulia, serta mampu mencapai esensi-esensi nilai ubudiyah pada khaliknya. 21 Dari penjelasan-penjelasan di atas tidak lah berlebihan kalau kitab Al- Qur`an sebagai sumber utama bagi pendidikan Islam. 2. Hadits Nabi ﺪ ﺎ ﺪ , ﺎ ﺮ ا ﺪ ﻮ ﺪ ﺎ ﺮ ا ﺎ ا ﺪ ﺎ ا نﺎ ﻮ , ﺔ ﻄ نﺎ , ﷲا ﺪ ﻮ ا ﺔ آ ا لﺎ وﺮ و ﷲا ﷲا لﻮ ر لﺎ ا ﻮ و اﻮ اﻮ ﺪ و ﺔ اﺬه رﺎ ا ﺪ ْاﻮ اﺪ بﺬآ و جﺮ و اﺮ ا ﺪ Artinya: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Muhammad bin Yusuf memberitahukan kepada kami dari Abdurrahman Tsabit bin Tsauban Al-Abid Asy Syami, dari Hasan bin Athiyah, dari Abu Kabsyah As-Saluli dari Abdullah bin Amr berkata:” Rasulullah Saw bersabda: ‘sampaikanlah dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah apa yang datang dari bani israil dan tidak ada dosa, dan barang siapa berdosa atasku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di dalam neraka” Hadits ini adalah hasan shahih. 22 Dalam dunia pendidikan, peran As-Sunnah memliki dua peranan pokok: a. As-Sunnah, mampu menjelaskan konsep pendidikan Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur`an dan menerangkan hal-hal yang rinci yang tidak terdapat di dalamnya. b. As-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam menentukan metode pendidikan. Misalnya kita dapat menjadikan kehidupan rasulullah dengan para sahabatnya sebagai sarana penanaman keimanan Ayat dan hadits diatas memberikan penjelasan kepada kita bahwa dalam ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik manusia dan mengajarkan 21 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 27. 22 Mohammad Zuhri. Dipl, Tafl dkk, Terjamah Sunan At-Tirmidzi Semarang:: CV, Asy Syifa, Juz 4, hal 294. agama, baik pada keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya walaupun hanya sedikit. c. Dasar Sosial Psikologis Semua manusia selama hidup di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Mereka akan merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa 23 . Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Ar-Ra`d13:28, yang berbunyi : ☺ Artinya: yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. 24 Karena itu, maka manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada tuhan, hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkan diri kepada tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan agama yang dianutnya. Itulah sebabnya bagi orang-orang muslim diperlukan adanya Pendidikan Agama Islam, agar dapat mengarahkan fitrah meraka ke arah yang benar sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran agama Islam. 25 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Segala usaha yang dilakukan tentu saja mempunyai tujuan, sebab tujuan merupakan salah satu yang diharapkan setelah usaha atau kegiatan selesai dilakukan. Tujuan merupakan faktor yang penting dalam suatu kegiatanusaha. 23 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 28. 24 Departeman agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya..., hal 373. 25 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran..., hal 28-29. Demikian pula dalam proses pendidikan, tanpa adanya suatu tujuan maka akan menimbulkan ketidaktentuan dalam prosesnya. Pendidikan agama Islam adalah bagian yang integral dari pendidikan nasional pendidikan agama merupakan suatu segi dari pada keseluruhan pendidikan anak didalam GBHN tujuan umum dari pendidikan agama sebagaimana dikutip oleh Zakiah Darajat dikatakan bahwa tujuan pengajaran agama yaitu membina manusia beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah laku tindakan keseluruhan hidupnya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup di dunia dan akhirat. 26 Tujuan pendidikan agama Islam dapat dirumuskan pula oleh para ahli, antara lain: a. Muhammad Abdul Qadir Ahmad, mengemukakan pendapat bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu: 1. Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah, mencintai, mentaati- Nya dan berkepribadian yang mulia. 2 Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan mengenalkan adab sopan santun Islam, serta membimbing kecenderungan mereka untuk mengembangkan pengetahuan sampai mereka terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaraan agama atas dasar cinta dan senang hati. 3. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa-siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia, dan membenci akhlak yang rendah 4. Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat yang dapat membantu mereka berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk orang lain dan memeliahara hak milik pribadi, negara, dan kepentingan umum. b. H. Mahmud Yunus menjelaskan tujuan pendidikan agama Islam sebagai berikut: 26 Zakiyah Daradjat ,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 1995, hal 177. 1. Menanamkan rasa cinta dan taat kepada Allah SWT dalam hati anak-anak, yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya. 2. Mendidik anak-anak dari kecil, supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik. 3. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, budi luhur, dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama c. Masaruddin Siregar mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT 27 Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian muslim yang bermoral, budi luhur, bertakwa kepada tuhan agar memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

4. Materi Pendidikan Agama Islam di SLTP

Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: a. Hubungan manusia dengan Allah SWT. Hubungan manusia dengan Allah Swt merupakan hubungan yang vertikal antara manusia dengan khalik, menempati prioritas utama dalam pendidikan agma Islam, isi ajarannya meliputi segi iman, islam dan ihsan. b. Hubungan manusia dengan sesama manusia. Merupakan hubungan yang bersifat horizontal, yaitu antara manusia dengan manusia dalam kehidupan, ruang lingkup pengajarannya berkisar pada pengaturan hak dan kewajiban antara manusia dengan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri Ini merupakan suatu hal yang amat penting, yaitu dengan memiliki rasa tanggung jawab, menjaga dan memelihara yang terdapat dalam diri manusia 27 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, hal 29-33. agar nantinya dapat menjaga diri dari hal-hal yang sifatnya dapat menjerumuskan kedalam suatu kehancuran, maka hanya dengan diri sendiri lah yang dapat melakukan ini semua. d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Hubungan manusia dengan alam sekitar, sekurang-kurangnya memiliki 3 arti bagi kehidupan anak didik, yaitu: 1. Mendorong anak didik mengenal dan memahami alam, sehingga ia menyadari kedudukannya sebagai manusia yang memiliki, dan dengan kemampuan untuk mengambil sebanyak-banyknya dari alam sekitar. 2. Dari pengenalan itu akan tumbuh rasa cinta dengan alam yang melahirkan kekaguman baik karena keindahan, maupun keanekaragaman kehidupan yang terdapat di dalamnya. 3. Pengenalan, pemahaman dan cinta alam. Ini mendorong anak melakukan penelitian dan eksperimen dan mengeksplorasi alam, sehingga menyadarkan dirinya akan sunatullah dan kemampuan akan menciptakan suatu bentuk baru dan bahan-bahan yang ada disekitarnya. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP secara umum meliputi tujuh unsur pokok, yaitu: a. Keimanan e. Muamalah b. Ibadah f. Syari’ah, dan c. Al-Qur’an g. Tarikh 28 d. Akhlak Keimanan bersifat i`tijad, mengajarkan keesaan kepad Allah Swt, sebagai tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Ibadah yaitu mengerjakan semua rukun Islam, membicarakan hal-hal yang wajib dan sunah, yang membuat ibadah itu sahbatal, rukun, syarat dan lain-lain. Al-Qur`an adalah yang mengajarkan tentang cara membaca, memahami, menyalin, mengartikan dan menghayati isi kandungan al-Qur`an. Muamalah adalah yang mengajarkan 28 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, hal 23-24. tentang tata cara dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat, seperti hukum jual beli, sewa-menyewa serta hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari. Syari`ah adalah mengajarkan tentang hal-hal yang berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukumnya guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia. Akhlak adalah mengajarkan siswa untuk selalu berbuat baik kepada semua makhluk dan selalu memiliki sifat-sifat kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tarikh adalah yang mengajarkan siswa untuk mampu mengambil hikmahmanfaat dari sejarah perkembangan Islam sejak masa kenabian, masa khulafaur rasyidin, sampai pada sahabat-sahabat nabi yang lain serta mampu meneladaninya.

B. Pengertian sikap

Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa objek. Hal ini sesuai dengan pengertian sikap yang dikemukakan oleh Dr. Sarlito Wirawan Sarwono bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. 29 G.W.Allport 1935 mengemukakan bahwa “sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. 30 Ngalim purwanto mendefinisikan sikap sebagai suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. 31 Pengertian sikap juga dikemukakan oleh Dra, Zikri Neni Iska, M.Psi, yang menjelaskan bahwa sikap adalah kesiapan seseorang untuk beritndak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu, atau sikap juga dapat diartikan kecendrungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. 32 29 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1982, Cet Ke-II, hal 103. 30 Michael Adryanto, Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 1994, Cet Ke III, hal 137. 31 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Cet Ke XVI, hal 141. 32 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Diri Dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother`s, 2006, Cet Ke-I, hal 109.