Sikap Keagamaan KERANGKA TEORITIS

orang-orang yang pandai menguasai seperangkat ilmu agama dan umum, namun belum berhasil mentransformasikan nilai-nilai sosial kemanusiaan dari ilmu-ilmu tersebut. 57

D. Sikap Keagamaan

Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif persamaan terhadap agama sebagai komponen aktif dan perilaku terhadap agama sebagai komponen konatif, di dalam sikap keagamaan antara komponen kognitif, afektif dan konatif saling berintegrasi sesamanya secara kompleks. Pendidikan agama yang bersikap drissur, dan menggugah akal serta perasaan memegang peranan penting dalam pembentukan sikap keagamaan. Mc. Nair dan Brown 1983 dalam penelitiannya menemukan bahwa dukungan orang tua berhubungan secara signifikan dengan sikap siswa. Begitu juga Zakiah Daradjat 1988 mengatakan bahwa sikap keagamaan merupakan perolehan dan bukan bawaan. Ia terbentuk melalui pengalaman langsung yang terjadi dalam hubungannya dengan unsur-unsur lingkungan materi dan sosial, misalnya rumah yang tenteram, orang tertentu, teman orang tua, jamaah dan sebagainya. Walaupun sikap terbentuk karena pengaruh lingkungan, namun faktor individu itu sendiri ikut pula menentukan. Menurut siti partini pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengolah atau menganalisis pengaruh yang datang dari luar, termasuk di sini minat dan perhatian. 57 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001, h. 101-102. 2. Faktor eksternal, berupa faktor di luar diri individu yaitu pengaruh lingkungan yang di terima. Dengan demikian walaupun sikap keagamaan bukan merupakan bawaaan akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal individu 58 . Bila penulis dapat simpulkan, antara sikap sosial keagamaan yang penulis maksud di sini adalah bagaimana proses sosial yang lahir dari seorang siswa yang mereka dapatkan di sekolah, dapat bercorakkan dan bernilai sesuai dengan sikap keagamaan yang siswa peroleh dari pengalamannya, baik dari faktor internal maupun eksternal. Dalam proses pendidkan tidaklah tercapai suatu keberhasilan yang ingin dicapai, kalau tidak dibantu oleh faktor lain, yaitu kepala sekolah dan guru. Menurut penulis kedua faktor inilah yang dapat menentukan keberhasilan suatu proses pendidikan di sekolah. 1. Kepala sekolah Kepala sekolah adalah sebagai pemimpin di lingkungan sekolahnya tidak hanya wajib melaksankan tugas-tugas bagaimana harus mengatur seluruh program sekolah. Dia harus mampu memimpin dan mengarahkan aspek-aspek baik administratif maupun proses kependidikan disekolahnya, sehingga sekolah yang dipimpinnya menjadi dinamis dan dialektis dalam usaha inovasi. Peranan kepemimpinannya di sekolah harus digerakan sedemikian rupa sehingga pengaruhnya dapat dirasakan di kalangan staf dan guru-guru langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu perilakunya sebagai orang yang memegang kunci dalam perbaikan administrasi dan pengajaran harus mampu menggerakkan kegiatan-kegiatan dalam rangka inovasi dibidang metode pengajaran, teknik 58 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu..., hal 131-132. mengajar, dalam mencobakan ide-ide baru dan mencobakan praktek baru, serta dalam bentuk manajmen kelas yang lebih efektif dan sebaginya. 59 Manajemen dapat dilihat sebagai proses kegiatan, sehingga ada kegiatan pimpinan sebagai manajer dan kegiatan pelaksana. Proses kegiatan pimpinan berjalan melalui lima tahap: a. Perencanaan planning b. Pengorganisasian organizing c. Pengarahan direction d. Pengkoordinasian coordinating e. Pengawasan controling Dalam menjalankan fungsinya sebagai manajer ini kepala sekolah perlu berpedoman pada prinsip-prinsip manajemen pendidikan di sekolah. Pada buku pedoman penyelenggaraan SPG yang diterbitkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan 1977:218 diketengahkan bahwa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyelanggaraan manajemen sekolah antara lain ialah: 1 Perencanaan secara jelas, sederhana, fleksibel dan seimbang. 2 Organisasi tegas dan memiliki asas-asas: a adanya kesatuan komando. b adanya pengawasan yang terus menerus. c adanya pembagian tanggung jawab yang seimbang d adanya pembagian tugas yang logis dengan memperhatikan usia, masa kerja, pangkat dan kemampan. 3 Staffing secara tepat: the right man on the right place. 4 Pengarahan secara terus menerus oleh setiap unsur pimpinan kepada bawahan. 5 Koordinasi yang menimbulkan suasana kerja dan kerja sama secara harmonis. 6 Pengawasan secara cermat sehingga terhindar dari penyimpangan- penyimpangan kegiatan. 7 Pelaporan yang dapat dimanfaatkan untuk memelihara dan mengembangkan hal-hal yang baik dan mungkin dari terhalangnya kegagalan. 8 Pembiayaan yang hemat merata dan dapat dipertanggung jawabkan. 9 Pelaksanaannya berlangsung secara tertib, lengkap, tepat, dan cepat sehingga cepat dipakai. 10 Peka terhadap pembaruan agar dapat melayani proses pembaruan pendidikan. Menurut buku “Pedoman Administrasi dan supervisi“ 1978: 4-5 disebutkan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai manajer adalah: 1 Menguasai garis-garis besar program pengajaran GBPP 2 Bersama-sama guru menyusun program sekolah untuk satu tahun kegiatan. 59 H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam Dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1991,Cet I, hal 156. 3 Menyusun jadwal pelajaran 4 Mengkoordinasi kegiatan penyusunan model satuan pelajaran. 5 Mengatur pelaksanaan evaluasi belajar dengan memperhatikan syarat-syarat dan norma-norma penilaian. 6 Mencatat dan melaporkan hasil-hasil kemajuan kepada instansi atasan Kanwil Dinas P dan K. 7 Melaksanakan penerimaan murid baru berdasar ketentuan dari dep P dan K. 8 Mengatur kegiatan program bimbingan penyuluhan BP. 9 Meneliti dan mencatat kehadiran murid. 10 Mengatur program-program ke-kurikuler seperti UKS, Kepramukaan dan sebagainya. 11 Merencanakan pembagian tugas guru. 12 Mengusulkan formasi pengangkatan, kenaikan tingkat dan mutasi guru. 13 Mengatur usaha-usaha kesejahteraan personal sekolah. 14 Memelihara pencatatan buku sekolah. 15 Merencanakan, mengembangkan dan memelihara alat pelajaran peraga. 16 Mengatur pemeliharaan gedung dan halaman sekolah. 17 Memelihara perlengkapan sekolah. 18 Mengatur dan bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan sekolah. 19 Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan masyarakat 20 Memelihara dan mengatur penyimpangan arsip kegiatan sekolah. 60 2. Guru Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari guru pendidik dan murid-muridanak-anak didik. Antara mereka sudah barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik antara gurupendidik dengan murud-muridnya maupun antara murid dengan murid. Para guru sebagai pendidik dengan wibawanya dalam pergaulan membawa murid sebagai anak didik kearah kedewasaan. 60 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, Cet I, hal 182-185. Memanfaatkanmenggunakan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah jurang pemisah antara guru dengan murid. Sisa-sisa warisan penjajah berupa jurang pemisah antara guru dengan murid memang harus tidak ada lagi yaitu sikap guru yang memperlakukan murid seperti sikap seseorang terhadap binatang, melainkan sikap guru sebagai pendidik menunjukan dekatnya hubungan tetapi tetap memelihara kewibawaannya 61 Guru adalah pendidik di sekolah yang menjalankan tugasnya karena suatu jabatan profesional. Profesi guru tidak dapat dipegang oleh sembarang orang yang tidak memenuhi syarat profesi tersebut. Pekerjaan profesi guru adalah pekerjaan yang cukup berat, namun mulia. Berat karena dipercaya dan diserahi tanggung jawab oleh orang tua murid masyarakatuntuk mendidik anak-anaknya. Luhur dan mulia karena ini adalah tugas kemanusiaan, memanusiakan manusia. Menurut pandangan Islam memiliki ilmu yang diamalkan termasuk amal yang tidak akan putus dan akan mendapat pahala terus menerus dari Allah swt selama ilmu tersebut masih bermanfaat. Begitu juga seorang pendidik guru. 62 Imam Al-Ghazali menyusun sifat-sifat yang harus dimiliki guru sebagai berikut: a. Guru hendaknya memandang murid seperti anaknya sendiri: menyayangi dan memperlakukan mareka seperti layaknya anak sendiri. b. Dalam menjalankan tugasnya, guru hendaknya tidak menghrapkan upah atau pujian, tetapi hendaknya mengharapkan keridhaan Allah dan berorientasi mendekatkan diri kepadanya. c. Guru hendaknya memanfaatkan setiap peluang untuk memberi nasihat dan bimbingan kepada murid bahwa tujaun menuntut ilmu ialah mendekatkan diri kepada Allah, bukan memperolah kedudukan atau kebanggaan duniawi. 61 Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan..., hal 26 62 Soetinah Soewondo dan Anggota IKAPI, Dasar-Dasar Pendidikan, Semarang: Effhar Offset, 1990, Cet I, hal 53. d. Terhadap murid yang bertingkah laku buruk, hendaknya guru menegurnya sebisa mungkin dengan cara menyindir dan penuh kasih-sayang. e. Hendaknya guru tidak fanatik terhadap bidang studi yang diasuhnya, lalu mencela bidang studi yang diasuh guru lain. f. Hendaknya guru memperhatikan fase perkembangan berfikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berfikir murid. g. Hendaknya guru memperhatikan murid yang lemah dengan memberinya pelajaran yang mudah dan jelas, serta tidak menghantuinya dengan hal-hal yang serba sulit dan dapat membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran. h. Hendaknya guru mengamalkan ilmu, dan tidak sebaliknya perbuatannya bertentangan dengan ilmu yang diajarkannya kepada murid. 63 Al-Kanani w.733 H dalam bukunya Tadzkirah al-Sami’wa al- Mutakallimin fi adab al-Alim wa al-muta”allim , mengemukakan persyaratan guru yang berkenaan dengan dirinya sendiri, pelajaran, dan muridnya. Pertama, syarat-syarat guru yang berhubungan dengan dirinya yaitu: a. Hendaknya guru senantiasa insaf akan pengawasan Allah terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah kepadanya. b. Hendaknya guru memelihara kemuliaan ilmu. c. Hendaknya guru berzuhud. d. Hendaknya guru memelihara syiar-syiar Islam, seperti melaksanakan shalat berjamaah di masjid, mengucapkan salam, serta menjalankan amar ma`ruf dan nahi munkar. e. Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunatkan olah agama, baik dengan lisan maupun perbuatan, seperti membaca Al-Qur`an, berdzikir, dan shalat tengah malam. f. Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk. Kedua syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu: a. Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya guru bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan maksud mengagungkan ilmu dan syariat. b. Ketika keluar dari rumah hendaknya guru berdoa agar tidak menyesatkan atau disesatkan, dengan terus berdzikir kepada Allah hingga sampai ke majlis pengajaran. 63 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999,Cet I, hal 97-99 c. Hendaknya guru mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh semua murid. d. Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya membaca dari sebagian dari Al- Qur`an agar memperolah berkah dalam mengajar, kemudian membaca basmalah. e. Hendaknya guru mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras hingga membisingkan ruangan, tidak pula terlalu rendah hingga tidak terdengar oleh murid. f. Hendaknya guru menjaga ketertiban majlis dengan mengarahkan pembahasan pada objek tertentu. g. Guru hendaknya menegur murid-murid yang tidak menjaga sopan santun di dalam majlis. h. Guru hendaknya bersikap bijak dalam melakukan pembahasan, menyampaikan pelajaran, dan menjawab pertanyaan. i. Guru hendaknya menutup setiap akhir kegiatan belajar mengajar dengan kata- kata Wallahu a`lam Allah maha tahu. Ketiga kode etik guru ditengah-tengah para muridnya, antara lain: a. Guru hendaknya mengajarkan dengan niat: mengharapkan ridha Allah. b. Guru hedaknya tidak menolak untuk mengajar murid yang tidak mempunyai niat tulus dalam belajar. c. Guru hendaknya memotifasi murid untuk menuntut ilmu seluas mungkin. d. Guru hendaknya mencintai muridnya seperti ia mencinatai dirinya sendiri. e. Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dan berusaha agar muridnya dapat memahami pelajaran. f. Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua muridnya. g. Guru hendaknya terus memantau perkembangan murid, baik intelektual maupun akhlak. 64 Selain persyaratan guru di atas, adapula persyaratan lain yang harus di miliki oleh seorang guru, yaitu: a. Berijasah pendidikan guru. Ini merupakan persyaratan profesional. b. Sehat jasmani dan rohani. c. Memiliki knowledge, skill, dan attitude. Knowledge dalam arti guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup yang diperlukan untuk pekerjaan mendidik, skill dalam arti guru harus terampil dalam melaksankan tugasnya sebagai pendidik, Attitude dalam arti guru harus memilki sikap mental yang 64 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan…, hal 97-103. positip terhadap pendidik, mencintai pekerjaannya, merasa terpanggil dan menyenangi pekerjaannya. 65 Dalam buku pedoman Administrasi dan Supervisi yang di terbitkan Dep P dan K 1978: 4 tertulis tugas dan tanggung jawab guru sebagai manajer, sebagai berikut. a. Menguasai program pengajaran garis-garis besar program b. Menyusun program kegiatan mengajar. c. Menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu. d. Melaksanakan tata usaha kelas, antara lain pencatatan data murid. 66

D. Kerangka Berfikir