Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap Aspek-aspek Sikap :

Dari pengertian sikap diatas sehingga penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa sikap ialah respon atau bentuk tubuh seseorang ketika melihat suatu objek yang dilihatnya yang akan menimbulkan suatu prilaku tertentu.

1. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap

Proses pembentukan dan perubahan sikap antara lain: a. Adopsi: Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. b. Diferensiasi: Hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, berkembang sejalan dengan berkembangnya inteligensi, pengalaman dan usia yang kemudian dipandang tersendiri terlepas dari jenisnya. Misalnya, balita yang mulanya takut dengan dengan orang dewasa yang bukan ibunya, maka lama kelamaan sesuai dengan perkembanganya si-balita dapat membedakan antara bapaknya, bibinya, pamannya, dan kakanya, yang disukai dengan orang tidak disukainya. c. Integrasi: Pembentukan sikap terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu sehingga terbentuknya sikap mengenai hal tersebut. d. Trauma: Pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman- pengalaman yang traumatis dapat menyebabkan terbentuknya sikap. Misalnya, orang yang pernah kecopetan di bis kota tidak mau dia naikigunakan. 33

2. Aspek-aspek Sikap :

a. Aspek Kognitif : yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek tertentu. 33 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar..., hal 109-111. b. Aspek Afektif : Berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, dan sebagainya yang ditujukan kepada obyek-obyek tertentu. c. Aspek Konatif : Berwujud proses tendensikecederungan untuk berbuat suatu obyek, misalnya : kecenderungan memberikan pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya. 34 Membahas mengenai sikap, maka secara tidak langsung mengajak penulis untuk membahas hal-hal yang masih ada kaitanya dengan masalah sikap itu sendiri, yang diantaranya adalah: akhlaq, Etika, Moral, Adat Kebiasaan, Kepribadian 1. Akhlak Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Secara linguistik kebahasaan kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghairu mustaq , yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlaq adalah jama dari kata khuluqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan di atas. Kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai pemakaiannya di dalam hadits sebagai terlihat berikut ini : ﺎ ا ﺆ ا آا و ﷲا ﻰ ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ ةﺮ ﺮه ا ﺎ ﺎ ﻬ ا دوادﻮ ا اور Artinya: Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Swa bersabda: Orang mu`min yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. HR. Abu Daud 35 ﻚ ﺎ ﺪ : ﺎ و ﷲا ﻰ ﷲا لﻮ ر نا ﺪ ا ل : ﺎ ا ق ا مرﺎﻜ ﻚ ﺎ ور 34 Abu Ahmadi dkk, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, hal 162. 35 Imam Sulaiman As-Sajastani, Shahih Sunan Abu Daud, Riyad: Al-Ma`rifat, t,t,p, Juz 3, hal 141. Artinya: “Diberitahukan dari Malik, sesungguhnya telah sampai kepadanya imam Malik, sesungguhnya rasulullah Saw bersabda: Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik” HR. Malik. 36 Hadits pertama menggunakan khuluq dengan arti budipekerti, dan hadits yang kedua menggunakan kata akhlaq untuk arti budipekerti. Dengan demikian kata akhlaq dan khuluq secara kebahasaan berarti budipekerti, adat kebiasaan,perangai, atau segala sesuatu yang sudah menjadi suatu tabiat atau tradisi 37 Di dalam da`iratul ma`arif dikatakan ا ْ ق ه تﺎ ْ ا نﺎ د ا ﺔ Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik . Prof.Dr.Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak, contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan. Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, kesadaran etika dan moral yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia. Al-Mu`jam al-wasit menyebutkan definisi akhlak sebagai berikut: ْا ْ لﺎ ْ را ﺔ ْﺪ ر ْﻬ ﺎ ْا ْ لﺎ ْ ْﺮ ا ْو ﺮ ْ ْﺮ ﺎ ﺔ ا ﻰ ْﻜ ﺮ و ر ْؤ ﺔ Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-macam perbutan baik dan buruk, tanpa, membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. 38 Ibnu Miskawih dalam kitabnya Tahdzibul Akhlaq, mengatakan bahwa akhkaq adalah : لﺎ ْ دا ﺔ ﻬ ﺎ ا ْ ا ﺎ ﻬ ﺎ ْ ْﺮ ْﻜ ﺮ و ر ْو ﺔ 36 Imam Malik, Muwatha, Husnul Khuluk, Madinah: Darul Harits, 1993, Juz I, hal 686. 37 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak atau Budipekerti dalam Ibadah dan Tasawuf , Jakarta : CV. Karya Mulia, 2005, hal 25-26. 38 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, Cet II, hal 2. Artinya : ”Sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi”. Sementara itu imam Al-Ghazali yang bergelar sebagai Hujjatul Islam Pembela Islam, karena kepiawannya membela Islam dari berbagai paham yang menyesatkan, dengan agak lebih luas lagi yang dikemukakkan ibnu Miskawih di atas. Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutif oleh Muhamad Ardani, bahwa akhlak tidak hanya terbatas pada apa yang dikenal dengan ”teori menengah” dalam keutamaan seperti yang disebut oleh Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini berkerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Akhlak menurut Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutif oleh Muhamad Ardani, bahwa akhlak mempunyai tiga dimensi: • Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan tuhannya, seperti ibadah dan shalat. • Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya dengan sesamanya. • Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya. 39 Al-Ghazali memberi definisi akhlak sebagai berikut: ﺔ ار ا ﻰ ﺔ ه ةرﺎ , ﺮ ﺮ و ﺔ ﻮﻬ لﺎ ا رﺪ ﺎﻬ ﺔ ورو ﺮﻜ ﻰ ا ﺔ ﺎ , رﺪ ﺔ ﻬ ا ﺎآ نﺎ ﺔ ا لﺎ ا ﺎﻬ ﺎﻬ ردﺎ ا نﺎآ ناو ﺎ ﺎ ﺔ ﻬ ا ﻚ ﺎ ﺮ و ةدﻮ ا ﺎ ﺎ رﺪ ا ه ا ﺔ ﻬ ا ﺔ ا لﺎ ا Artinya: Akhlak adalah suatu sikap bay`ah yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya 39 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…, hal 27-28. lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara, maka ia disebut akal yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbutan tercela, maka sikap tersebut di sebut akhlak yang buruk. Dengan demikian akhlak itu mempunyai empat syariat : a. Perbuatan baik dan buruk b. Kesanggupan melakukanya c. Mengetahuinya d. Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu dua sifat tersebut, sehingga mudah melakukan yang baik atau yang buruk. 40 Ibnu sina lebih menekankan akhlak pada hubungan yang sepantasnya terjadi antara individu dengan orang lain. Dalam kaitanya dengan filsafat akhlaknya ini Ibnu sina mengatakan bahwa manusia merupakan sasaran pengaruh materi, sehingga ia banyak melakukan kesalahan dan dosa, keadaan ini merupakan sebab utama yang menghambat manusia dalam memperoleh kebahagiaan sebagai tujuan hidupnya, oleh sebab itu, manusia harus mengetahui keburukan dan kekurangannya itu, lalu memperbaikinya. Untuk mengetahui akhlak diri sendiri itu, Ibnu sina mengemukakan dua cara, yaitu dengan cara mengenal akhlak diri sendiri melalui orang lain, setelah cara yang pertama ini ditempuh, dan masih terasa belum memiliki akhlak yang terpuji, maka hendaknya ia menempuh cara perbuatan yang terpuji dan mendatangkan pahala, serta menjauhi perbuatan tercela, yang mendatangkan siksa, dalam hal akhlak ini, Ibnu sina juga berbicara mengenai sifat-sifat terpuji dan tercela, keutamaan dan keburukan daya keinginan dan keutamaan yang tinggi dalam pembinaan akhlak. 41 Dalam konsepnya akhlaq adalah suatu sikap mental halun lin nafs yang mendorong untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa 40 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…, hal 28-29. 41 Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf Dirasah Islamiyah IV, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001Cet V, hal 94-95. ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak tempramen dan ada yang berasal kebiasaan dan latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur: unsur watak naluri dan unsur usaha lewat kebiasaan dan latihan. Sedangkan menurut Al-Farabi, sebagaimana yang telah dikutif oleh Muhamad Ardani, ia menjelaskan bahwa akhlaq itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang. 42 Jadi, pada hakikatnya khuluk budi pekerti atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran 43 Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tetanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya, sifat itu dapat terlahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk, yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Pola hubungan manusia dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah dan menghindari syirik, bertaqwa kepadanya, memohon pertolongan kepadanya dan lain-lain. b. Pola hubungan manusia dengan rasulullah saw, yaitu menegakkan sunah rasul, menziarahi kuburannya di madinah dan membacakan shalawat. c. Pola hubungan manusia dengan dirinya, seperti menjaga kesucian diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan keberanian dalam menyampaikan yang hak dan memberantas kedzaliman. d. Pola hubungan dengan masyarakat, dalam konteks kepemimpinan, seperti menegakkan keadilan, berbuat ihsan, menjunjung tinggi musyawarah, 42 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf …,hal 29. 43 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, Cet II, hal 1-3. memandang kesederajatan manusia dan membela orang-orang yang lemah, mentaati pemimpin, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan kepemimpinan. 44 2. Etika Perkataan etika berasal dari perkataan yunani etos yang berarti adat kebiasaan, di dalam ensiklopedi pendidikan diterangkan bahwa etika adalah sifat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Di dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi baik dan buruk. Pengertian etika dilihat dari suatu terminologi bahwa etika ialah ilmu tentang sifat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya. Di dalam dictionary education dikatakan bahwa etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenaranya, sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia. Etika sebagai salah satu dari cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal fikiran atau dengan kata lain, dengan akallah orang dapat menentukan baik buruknya perbuatan manusia. Hamzah Ya`qub menyimpulkanmerumuskan sebagaimana yang telah di kutif oleh Franz Magnis Suseno : “Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal fikiran. 45 Menurut Aristoteles bahwa etika adalah tindakan betul sejauh mengarah kepada kebahagiaan, salah sejauh mencegah kebahagiaan, etika Aristoteles bukan 44 Muslim Nurdin dkk, Moral dan Kognisi Islam, Bandung: CV ALVABETA, 1993, hal 205-209. 45 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19, Yogyakarta: Kanisius, 1997, Cet 14, hal 40. universalistic karena yang diperhatikan bukan akibatnya pada umumnya, melainkan akibat bagi si pelaku,. Karena itu, etika Aristoteles sering dikatakan termasuk etika EGOIS dalam arti bahwa yang menentukan adalah bagi si pelaku. Menurut Aristoteles orang hendaknya bertindak sedemikian rupa sehingga ia diarahkan kepada kebahagiaan. Etika Aristoteles juga disebut EUDEMONISME karena nilai tinggi adalah kebahagiaan. Cita-citanya adalah “HIDUP YANG BAIK”, euzen. Etika Aristoteles mau mengantar kepada cara hidup yang terasa bermakna, positif, bermutu, memuaskan. 46 Pemakaian istilah etika sering disamakan dengan pengertian ilmu akhlak, namun antara keduanya mempunyai segi-segi perbedaaan dan persamaan, persamaannya antara lain terletak pada objeknya yaitu sama-sama membahas buruk baik tingkah laku manusia, sedangkan perbedaanya, etika menentukan buruk baik perbuatan manusia dengan tolak ukur akal fikiran, ilmu akhlak menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama Al-Qur`an dan Al-Hadits 47 3. Moral Moral berasal dari bahasa latin mores yaitu jama dari mos yang berarti adat kebiasaan, di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dictionary education dijelaskan bahwa moral ialah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk. Di dalam The Advenced learler`s Dictionary of Current English dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut: a. Prinsif-prinsif yang berkenaan dengan benar dan salah b. Baik dan buruk c. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah d. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik 46 Franz Magnis Suseno..., hal 41. 47 Asmaran, Pengantar Studi...,hal 7. Dengan melihat keterangan di atas, moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilaihukum baik dan buruk benar atau salah. Dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk dengan tolak ukur akal fikiran, dalam pembahasan moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang hidup di masyarakat. Pengertian moral yang disebutkan di dalam Ensiklopedi Pendidikan adalah nilai dasar dalam masyarakat untuk memilih nilai hidup moral, juga adat istiadat yang menjadi dasar untuk menentukan baikburuk, maka untuk mengukur tingkah laku manusia baik atau buruk dapat dilihat dari persesuaiannya dengan adat istiadat yang umum diterima yang meliputi kesatuan sosial lingkungan tertentu, karena itu dapat dikatakan baik atau buruk yang diberikan secara moral hanya bersifat lokal. 48 Sekarang dapat dilihat persamaan antara ilmu akhlak, etika dan moral, yaitu menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk, perbedaan terletak pada tolak ukurnya masing-masing, ilmu akhlak dalam menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al-Qur`an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal fikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. 49 4. Adat Kebiasaan Tiap suku atau bangsa mempunyai adat istiadat tertentu yang diwariskan dari nenek moyangnya, dipandang baik bagi orang yang megikutinya, dan dipandang buruk bagi siapa yang melanggarnya. Oleh karena itu, orang berusaha mendidik anak-anaknya agar dapat mengikuti adat istiadat yang ada dan jangan sampai melanggarnya. Menurut pendapat ini, suatu perbuatan dapat dikatakan baik bila ia sesuai dengan adat istiadat yang ada dimasyarakat dan dikatakan buruk bila ia menyalahinya. 48 Asmaran, Pengantar Studi…, hal 8. 49 Asmaran, Pengantar Studi…, hal 9. Jika diselidiki secara seksama adat istiadat itu tidak dapat sepenuhnya digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan buruk baiknya perbuatan manusia, karena ada perintah atau larangan yang berdasarkan adat kebiasaan tidak dapat diterima oleh akal yang sehat. Pada orang jahiliyah bangsa Arab umpamanya, kebiasaan meguburkan anak perempuan yang masih bernyawa dianggap perbuatan yang mulia, tetapi bagi kita, perbuatan itu adalah perbuatan yang tercela 50 . 5. Kepribadian Gw Allport berpendapat bahwa personality atau kepribadian adalah suatu organisasi psikhopysis yang dinamis dari pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. May berpendapat bahwa personality itu merupakan perangsang bagi orang lain jadi bagaimana cara orang lain itu bereaksi terhadap kita itu lah kepribadian kita. Menurut prience, disamping disposisi yang dibawa sejak lahir berperan pula disposisi-disposisi psykhis lainya yang diperoleh dari pengalaman Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa: a. Personality itu merupakan suatu kebulatan b. Kebulatan itu bersifat kompleks c. Kompleksnya itu disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar yang ikut menentukan kepribadian itu. 51 Menurut Wetherington bahwa kepribadian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya. 50 Asmaran, Pengantar Studi…, hal 27 51 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, Cet VII, hal 11. b. Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dari keseluruhan itu. c. Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada fikiran orang lain dan isi fikiran itu ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang. d. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentuk badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang. e. Kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, setiap orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial. 52 Dari keenam konsep di atas menentukan yang sangat erat sekali dengan sikap, akan tetapi konsep sikap yang apabila masuk kepada salah satu dari enam konsep di atas dapat berbeda-beda dalam hal penilaiannya terhadap sikap itu sendiri, misalnya baik buruknya perbuatan seseorang bila dinilai dari segi moral maka dapat di tentukan dengan nilai yang ada di dalam masyarakat, lain halnya dengan akhlak, baik buruknya perbuatan seseorang bila dinilai dari segi akhlak maka dapat ditentukan dengan nilai yang ada di dalam Al-Qur`an dan Sunnah, akan tetapi persamaannya adalah pada letak obyeknya yaitu sama-sama menilai baik burukbenar salah tingkah laku manusia, dengan kata lain tingkah laku yang timbul dari diri seorang manusia, yang diawali dengan adanya sikap yang lahir akibat respon terhadap obyekorang terlebih dahulu

C. Konsep sosialisasi 1. Pengertian sosialisasi