Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Salah satu tugas lembaga pengelola zakat yang keberadaannya dipayungi undang-undang adalah mewujudkan peran zakat sebagai solusi untuk
menanggulangi kemiskinan. Zakat dan kondisi ekonomi umat memiliki hubungan timbal balik yang erat. Tingkat ekonomi umat semakin baik akan
meningkatkan penerimaan zakat, dan sebaliknya dana zakat yang dikelola dan disalurkan secara benar pada kelompok mustahik diharapkan dapat merubah peta
kemiskinan ditengan masyarakat. Sistem penghimpunan dan penyaluran zakat dari masa kemasa memiliki
perbedaan. Awalnya, zakat lebih banyak disalurkan untuk kegiatan konsumtif, tetapi belakangan ini telah banyak pemanfaatan dana zakat untuk kegiatan
produktif, upaya ini diharapkan dapat merubah setrata sosial dari yang terendah mustahik kepada yang tertinggi muzzaki . Pengumpulan zakat tidak dapat
dilakukan dengan paksaan terhadap muzzaki, melainkan muzzaki melakukan dengan kesadaran sendiri, menghitung sendiri jumlah hartanya yang harus
dibayarkan kewajibannya. Dalam hal, muzzaki tidak dapat menghitung sendiri harta dan kewajiban zakatnya, muzzaki dapat meminta bantuan kepada
BAZLAZ atau Lembaga Pengelolaan Zakat LPZ. Idealnya LPZ menyediakan panduan dalam penghimpunan dana, jenis dana, dan cara dana itu diterima.
Organisasi pengelola menetapkan jenis dana yang diterima sebagai sumber dana.
Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat.
5
Salah satu pertanyaan yang sering muncul mengenai pengelolaan zakat adalah tentang bentuk penyaluran dana produktif. Pemahaman umum bahwa
produktif artinya dana yang ada dipinjamkan oleh amil kepada mustahik untuk bisnis. Kenyataan ini dapat menimbulkan dua pandang yang berbeda yang
berujung kepada kesimpulan bahwa aksi bentuk usaha modal zakat melanggar syar
’i atau tidak. Kalau kita melihat pengelolaan zakat pada masa Rasullah SAW. Dan para sahabat kemudian dan diaplikasikan pada zaman sekarang kita dapati
bahwa penyaluran zakat dapat kita bedakan dalam 2 bentuk ; yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan. Bantuan sesaat buka berarti bahwa zakat hanya
diberikan kepada seseorang satu kali sesaat saja. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya
kemandirian ekonomi pemerdayaan mustahik. Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri seperti pada diri para
orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat yang tidak memungkinkan ia mandiri.
Adapun pemerdayaan adalah penyaluran zakat yang disertai target merubah keadaan penerima lebih di khususkan golongan fakir miskin dari kondisi
kategori mustahik menjadi kategori muzzaki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dicapai dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu,
5
Lili Bariadi, dkk, Zakat Dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005, Cet.1.Hal.20
penyaluran zakat disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahannya adalah kemiskinan harus
diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga kita dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan.
Penyaluran dalam dua bentuk diatas umumnya disertai dengan sifat penyaluran yang berbeda. Untuk bantuan sesaat penyaluran idelnya adalah hibah.
Adapun untuk pemerdayaan dana yang disalurkan identik dengan pinjaman. Ada tiga sifat penyaluran dana dalam pemerdayaan ; hibah, dana bergulir qordul
hasan, dan pembiayaan. Tiga sifat penyaluran ini dibedakan antara dana zakat dengan dana bukan zakat.
6
Dalam pendayagunaan, ada beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan yaitu ada tiga kegiatan besar yakni pengembangan ekonomi, pembinaan SDM
dan layanan sosial. Dalam pengembangan ekonomi ada beberapa yang bisa dilakukan yaitu penyaluran modal, pembentukan lembaga keuangan,
pembangunan industri, peningkatan usaha, pelatihan, pembentukan organisasi. Kemudian dalam pembinaan SDM ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan
yaitu beasiswa, diklat dan krusus keterampilan dan menggelar program sekolah. Selanjutnya dalam layanan sosial yaitu layanan yang diberikan kepada kalangan
mustahik dalam memenuhi kebutuhan mereka.
7
6
Ibid., h. 25
7
Eri Sudewo, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, Ciputat: IMZ,2004, Cet ke-1, Hal. 227-235
Dari beberapa kegiatan pendayagunaan dana ZIS untuk mustahik, penulis ingin membahas tentang layanan sosial pada program pendidikan yaitu beasiswa.
Pendidikan adalah hak seluruh warga masyarakat, mulai lapisan paling atas hingga lapisan paling bawah, masyarakat menengah keatas dengan kondisi sosial
ekonomi yang mendukung, tentunya tidak akan mengalami kesulitan untuk menjangkau pendidikan sampai tingkat atas, namun tidak demikian halnya
dengan masyarakat menengah kebawah. untuk inilah perlu adanya pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan.
8
Tingkat kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan pendidikan yang tergolong mahal. Jika
tidak segera diatasi, kondisi tersebut akan memperparah kondisi masyarakat Indonesia, karena krisis ekonomi telah meningkatkan jumlah masyarakat miskin
dan mengakibatkan naiknya biaya, sehingga semakin menekan akses mereka karena biaya yang semakin tak terjangkau.
Menurut data yang dihimpun dari 34 kantor komnas perlindungan anak indonesia di 33 Provinsi saja ada 10,2 juta siswa wajib belajar SD dan SMP
tidak dapat menyelesaikan wajib belajar Sembilan tahun. Sedangkan sebanyak 3,8 juta tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMU.
Menurut sekjen komnas perlindungan anak indonesia, kasus putus sekolah yang paling menonjol terjadi di tingkat SMP, yaitu 48, adapun tingkat SD
8
IMZ, Zakat dan Empowering, Jurnal Pemikiran dan Gagasan, 2009, Hal. 68
tercatat 23, kalau di gabungkan kelompok puberitas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 dengan kata lain jumlah anak usia remaja yang
putus sekolah tak kurang dari 8 juta orang. Khusus untuk Kota Tangerang Selatan dari data BAZDA Kota Tangerang
Selatan di temukan bahwa di Tangerang Selatan kasus usia remaja putus sekolah di tingkat SD sekitar 3.677 jiwa, SLTP sekitar 2.230 jiwa dan SLTA sekitar
2.369 jiwa. Kondisi seperti ini menimbulkan dampak sosial yang tidak kecil, salah satunya adalah semakin banyak anak-anak yang berkeliaran di jalan,
selanjutnya anak-anak tersebut terdesak untuk membantu ekonomi keluarga dan akhirnya bekerja sebelum waktunya.
Kondisi ini tidak boleh di biarkan, anak-anak usia berkembang seharusnya mendapatkan pendidikan yang baik, pendidikan merupakan hak dasar setiap
manusia. Pendidikan juga menentukan tingginya peradapan manusia. Hanya saja keterbatasan ekonomi memang menjadi alasan kenapa angka putus sekolah terus
meningkat setiap tahun. Oleh karena itu BAZDA Kota Tangerang Selatan mengeluarkan program beasiswa untuk siswa yang kurang mampu untuk
melanjutkan jenjang pendidikan dari tingkat SDMI sampai SLTA. Dari kasus diatas penulis beranggapan bahwa BAZDA Kota Tangerang
Selatan memiliki peranan penting dalam mengelola dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh sehingga dapat membantu kesejahteraan masyarakat khususnya bidang
pendidikan. Untuk itu penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul “ Manajemen Pendistribusian Dana ZIS Pada Program Beasiswa Di Bazda Kota
Tangerang Selatan”. Penulis berharap dengan adanya penelitian tersebut bisa memerikan kontribusi yang baik terhadap penerapan manajemen yang ada di
BAZDA Kota Tangerang Selatan.