Konsep Zakat LANDASAN TEORETIS

Dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat PZ, yang dimuat dalam pasal 1 Bab 1 ketentuan umum dijelaskan bahwa definisi zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha unruk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam. 2. Hukum Zakat Zakat merupakan bagian dari rukun islam, disamping syahadat, sholat, puasa dan haji. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib fardhu atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Sudewo 2004 membagi secara fungsional rukun islam ke dalam dua kategori yaitu ibadah yang bersifat vertikal habluminallah seperti syahadat, sholat, puasa dan haji serta ibadah yang bersifat horizontal habluminannas yaitu zakat, syahadat, sholat, puasa dan haji merupakan rukun islam yang pelaksanaannya dari pribadi, oleh pribadi dan untuk pribadi yang bersangkutan. Sebaliknya, zakat merupakan komponen ibadah yang pelaksanaannya dimulai dari muzakki, dikelola oleh amil dan diperuntukan bagi mustahik. Berikut ini beberapa ayat dalam berbagai surat Al- Qur’an yang menjadi dasar kehujjahan zakat:         “dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat serta rukuklah bersama orang- orang yang ruku” Q.S. Al-Baqarah: 43                                     “dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacem-macem buahnya, zaitundan delima yang serupa bentuk dan warnanya dan tidak sama rasanya. Makanlah dari buahnya yang bermacam-macam itu bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya dengan disedekahkan kepada fakir miskin: dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesumgguhnya allah tidak menyukai orang yang berlebih- lebihan.” Q.S. Al- An’am: 141 3. Fungsi dan Tujuan Penyaluran Zakat Tujuan utama dari zakat adalah menghapus kefakiran, kemiskinan, dan kemelaratan. Yusuf Al-Qardhawi, alam kitabnya Hukum Zakat membagi tujuan zakat kepada tiga bagian, yaitu: dari pihak para wajib zakat muzzaki, pihak penerima zakat dan dari kepentingan masyarakat. Tujuan zakat dan dampaknya bagi muzzaki yaitu: zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir, medidik berinfak dan memberi, berakhlak dengan Akhlak Allah, merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah, mengobati hati dari cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin, menarik rasa simpati cinta, serta dapat mengembangkan harta. Sedangkan bagi penerima zakat, antara lain untuk membebaskan penerima dari kebutuhan hidup dan dapat menghilangkan sifat benci dan dengki yang sering menyelimuti hati mereka jika melihat orang kaya yang bakhil. Adapun tujuan zakat dilihat dari kepentingan kehidupan sosial, antara lain bahwa zakat bernilai ekonomik, merealisasi fungsi harta sebagai alat perjuangan menegakkan agama Allah jihad fi sabilillah, dan mewujudkan keadilan sosial ekonomi masyarakat pada umumnya. Lebih luas lagi wahbah menguraikan tujuan zakat bagi kepentingan masyarakat, sebagai berikut: 1. Manggalang jiwa dan semangat saling menunjang dan solidaritas sosial dikalangan masyarakat islam. 2. Merapatkan dan mendekatkan jarak dan kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat. 3. Menanggulangi pembiayaan yang mungkin timbul akibat berbagai bencana seperti bencana alam dan sebagainya. 4. Menutup biaya-biaya yang timbul akibat terjadinya konflik, persengketaan dan berbagai bentuk kekacauan dalam masyarakat. 5. Menyediakan suatu dana taktis dan khusus untuk penanggulangan biaya hidup bagi para gelandangan, para pengangguran dan para tuna sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang hendak menikah tetapi tidak memiliki dana untuk itu. Al-Tayyar menambahkan, bahwa tujuan zakat selain sebagai ibadah, ia juga bertujuan untuk menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan, menolak bala bencana, serta mendorong meningkatkan semangat dan produktifitas kerja, sehingga pada gilirannya mampu menghilangkan sikap dan status seseorang dari kemiskinan dan tangan di bawah yad al-sufla. 14 Sebagaimana shalat yang menjadi tiang agama, maka zakat merupakan tiang masyarakat, yang apabila tidak ditunaikan dapat meruntuhkan sendi-sendi sosial ekonomi masyarakat, karena secara tidak langsung penahnan tidak menunikan zakat dari oang-orang kaya itu merupakan perekayasaan pemiskinan secara struktural. Zakat yang mempunyai dimensi sosial disamping dimensi sakral, bila tidak ditunaikan akan menimbulkan dampak negatif berupaya kerawnan sosial, seperti banyaknya pengangguran dan masalah-masalah sosial. 4. Syarat-Syarat Wajib Zakat Harta yang akan dikenakan zakatnya harus telah memenuhi persyaratan- persyaratan yang sesuai dengan syara’. Fakhruddin 2008 membagi syarat ini menjadi dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah berdasarkan kitab al-fiqh al- islamiy wa adillatuhu. Adapun syarat wajib zakat adalah: a Merdeka 14 Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Sosial Dan Mahdhah Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Hal. 76-77. Seorang budak tidak dikenai kewajiban membayar zakat, karena dia tidak memiliki sesuatu apapun. Semua miliknya adalah milik tuannya. b Islam Seorang non muslim tidak wajib membayar zakat. Adapun untuk mereka yang murtad keluar dari agama islam, terdapat perbedaan pendapat. Menurut imam syafi’i orang murtad diwajibkan membayar zakat terhadap harta-hartanya seelum dia murtad. Sedangkan menurut imam hanafi, seorang murtad tidak dikenai zakat terhadap hartanya karena peruatan riddahnya telah menggugurkan kewajiban tersebut. Menurut malikiyah, islam adalah syarat sah, ukan syarat wajib. Oleh karena itu orang kafir wajib berzakat meskipun tidak sah menurut islam. c Baligh dan berakal Anak kecil dan orang gila tidak dikenai zakat pada hartanya, karena keduanya tidak dikenai khitab perintah. d Harta tersebut merupakan harta yang memang wajib dizakati, seperti : naqdaini emas dan perak termasuk juga al-auraq al-naqdiyah surat- surat berharga, barang tamang dan temuan rikaz, barang dagangan, taman-tamanan dan buah-buahan, serta hewan ternak. e Harta tersebut telah mencapai nishab ukuran jumlah. f Harta tersebut adalah milik penuh al-milk al-tam. Harta tersebut berada di bawah kontrol dan di dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta itu berada di tangan pemiliknya, di dalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain dan ia dapat menikmatinya. Atau bisa juga dikatakan sebagai kemampuan pemilik harta mentransaksikan miliknya tanpa campur tangan orang lain. Menurut Hanafiyah, Al-Milk Al-tam adalah harta yang berada dalam tangan atau kekuasaannya. Oleh karena itu jika seseorang memiliki sesuatu harta, namun dia tidak menggenggamnya, maka ia tidak wajib di zakati, seperti maskawin bagi seorang perempuan sebelum dia menerimanya. Sedangkan menurut malikiyah, al-milk al- tam adalah kepemilikan seseorang sehingga dia berkesempatan untuk menggunakan harta yang dimilikinya. Oleh karena itu, tidak wajib zakat bagi seorang budak atas segala sesuatu yang dimilikinya karena kepemilikannya tidak sempurna. g Telah berlalu satu tahun atau cukup haul ukuran waktu, masa. Haul adalah perputaran harta satu nisha dalam 12 bulan Qamariyah. Apabila terdapat kesulitan akuntansi karena biasanya anggaran dibuat berdasarkan tahun syamsiyah, dengan penamahan volume rate zakat yang waji diayar, dari 2,5 menjadi 2,575 sebagai akibat kelebihan harta bulan syamsiyah dari hari bulan qomariyah h Tidak adanya hutang. Adurahman al-jaziri dalam Fakhruddin 2008 merinci pendapat para imam mazhab sebagai berikut. Berkait dengan hal itu, Hanafiyah memagi hutang menjadi tiga macam, yaitu pertama, hutang yang murni erkaitan dengan seseorang, kedua, hutang yang berkaitan dengan Allah SWT namun dia dituntut dari aspek manusia, dan ketiga, hutang yang murni berkaitan dengan Allah SWT dan tidak ada tuntutan dari aspek manusia, seperti hutang nadzar dan kafarat, zakat fitrah dan nafkah haji. Hutang yang bisa mencagah seseorang untuk membayar zakat adalah hutang dalam kelompok pertama dan kedua. Oleh karena itu, ketika seseorang telah mencapai nisa dan haul, namun dia masih mempunyai hutang, maka dia tidak waji berzakat kecuali zakat tanam- tanaman dan buah-buahan. Imam Maliki mengatakan bahwa jika seseorang mempunyai hutang yang mengurangi nishab dan dia tidak mempunyai harta yang bisa menyempurnakan nishabnya, maka dai tidak wajib berzakat. Ini adalah syarat khusus untuk zakat emas dan perak jika keduanya bukan arang tambang dan barang temuan. Imam Hambali berpendapat bahwa tidak wajib zakat bagi seseorang yang menghabiskan nishab hartanya atau menguranginya, meskipun hutang terseut bukan sejenis dengan harta yang akan dizakati atau bukan hutang pajak. Hutang terseut mencegah wajibnya zakat pada al-amwal al-bathiniyah seperti uang dan niali arang dagangan, barang tamang, al-amwal al-dzahrah seperti hewan ternak, biji-ijian dan buah- buahan. Jika seseorang mempunyai harta tapi berhutang, maka hendaklah dia melunasi hutangnya dulu kemudian dibayar zakatnya jika memenuhi nishab. i Melebihi kebutuhan dasar atau pokok Barang-barang yang dimiliki untuk kebutuhan pokok, seperti rumah pemukiman, alat-alat kerajinan, alat-alat industri, sarana transportasi dan angkutan, seperti mobil dan perabotan rumah tangga, tidak dikenakan zakat. Demikian juga dengan uang simpanan yang dicadangkan untuk melunasi hutang. Tidak diwajibkan zakat, karena seorang kreditor sangat memerlukan uang yang ada di tangannya untuk melepaskan dirinya dari cengkraman hutang. j Harta tersebut harus di dapatkan dengan cara yang baik dan halal. Maksudnya bahwa harta yang haram, baik substansi bendanya maupun cara mendapatkannya jelas tidak dikenakan kewajiban zakat, karena Allah tidak menerima kecuali yang baik dan halal. k Berkembang Qardhawi dalam Fakhruddin 2008 membagi pengertian tersebut menjadi dua, yaitu pertama, bertambah secara konkrit haqiqi. Dan kedua, bertambah secar tidak konkrit taqdiri. Berkembang secara konkrit adalah bertambah akibat pembiakan dan perdagangan dan sejenisnya. Sedangkan berkembang tidak secara konkrit adalah kekayaan itu berpotensi berkembang baik berada di tangannya maupun di tangan orang lain atas namanya.

B. Konsep Manajemen

1. Pengertian Manajemen Pengertian manajemen berasal dari bahasa inggris dengan katakerja “to manage” secara umum berarti mengurusi. 15 Dalam kamus besar bahasa Indonesia manajemen berarti: a. Proses penggunaan sumberdaya yang efektif untuk mencapai sasaran b. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan. Pada sumber lain disebutkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 16 Dan manajemenberarti prosesperencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan berbagai usaha anggota organisasi dan penggunaansumber- sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, yang telah ditetapkan. 17 15 A.M Kadarman dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Buku Panduan Untuk Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Gama, 2001 Cet-1 Hal, 5S 16 Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, Hal, 54 17 Saud Hasan, Manajemen, Pokok-pokok Pengertian dan Soal Jawaban, Yogyakarta: BPPE, 1989, Cet-1 Hal, 2 Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun nonprofit. Selanjutnya kata benda “manajemen” atau managemen dapat mempunyai berbagai arti. Pertama, sebagai pengelolaan, pengendaliaan atas penanganan managing. Kedua, perlakuan secara terampil untuk menangani sesuatu berupa skillfull treatment. Ketiga, gabungan dari dua pengertian tersebut, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan suatuperusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerjasama dalam mencapai suatu tujuan tertentu, Adapun manajemen menurut istilah: dalam hal ini para ahli berpendapat diantaranya: a. Andrew F. Sikula Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk dan jasa secara efesien. b. George R. Terry Manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan Controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. 18 c. Zaini Muchtaram Manajemen adalah aktifitas untuk mengatur kegunaan sumber daya bagi tercapainya tujuan organisasi secara efektif. 19 Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melali kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Manajemen adalah seni Art atau suatu ilmu pengetahuan. Mengenai ini pun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengantung kebenarannya. Jika menyimak definisi-definisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan mengenai manajemen, bahwa: a. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai. b. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni. c. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, kooperatif dan integrasi dalam memanfaatkan unsure-unsurya. 18 Yayat M. Harujito, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: PT. Grazsindo, 2004, Cet ke-3, Hal, 3 19 Zaini Muchtaram, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-amin dan Ikfa, 1996, Cet ke-1, Hal, 3