hadir sebagai perilaku individu atau beberapa orang saja, bukan kolektiv. Weber berpendapat, untuk beberapa tujuan yang harus dicapai, memperlakukan
kolektivitas pada individu juga penting, namun hanya sebatas sebagai resultan dan mode organisasi dari tindakan individu tertentu, karena semua itu dapat
diperlakukan sebagai agen dalam tindakan yang dipahami secara subyektif. Weber juga tidak dapat mengelak ketika sosiologi tindakan pada akhirnya berkutat pada
individu saja, bukan kolektivitas Ritzer, 2012: 137.
2.7 Semangat Kapitalisme dan Etos Protestan
Tujuan utama Weber dalam hal ini adalah untuk memahami modernitas, perubahan kehidupan sosial yang baru dan radikal yang terjadi di Eropa dan AS
dan berkembang ke kawasan dunia lain. Prinsip sentral yang mengatur sistem modern itu adalah kapitalisme, semangat memproduksi barang yang rasional,
efisien, dan mengejar keuntungan berdasarkan pemilikan pribadi dan usaha wiraswasta individual yang dikatakan Weber sebagai berikut:
“Kapitalisme identik dengan mengejar keuntungan dengan cara berusaha terus-menerus, rasional, dengan perusahaan kapitalis dan
organisasi kapitalis rasional tenaga kerja bebas dalam Sztompka, 2005: 274
”. Salah satu masalah utama yang dipikirkan Weber adalah bagaimana cara
lahirnya kapitalisme dan bagaimana cara ia berhasil hidup terus-menerus. Dengan kata lain, Weber mencari penjelasan mengenai transisi dari masyarakat tradisional
ke masyarakat kapitalis dan perkembangan kapitalisme hingga nanti. Logika dari karya Weber terdiri dari tiga tahap: Bila kapitalisme seperti semua kesatuan
struktural lainnya merupakan hasil tindakan manusia, maka ada tipe tindakan khusus yang dilakukan oleh kelas agen tertentu, memperlihatkan jenis motivasi
khusus yang sangat penting dan akan menjadikan semangat tersendiri, yang terlibat dalam asal-usul kapitalisme Sztompka, 2005: 275.
Tindakan pertama yang dilakukan ketika ada yang bertanya siapa pendiri kapitalisme? Menurut Weber pendiri kapitalisme itu sendiri adalah tipe baru
kewirausahaan dan tipe baru tenaga kerja. Kemunculan tipe baru kewirausahaan dan tipe baru tenaga kerja adalah syarat penting kelahiran kapitalisme menurut
Weber. Yang membedakan tipe baru kewirausahaan dan tipe baru tenaga kerja
ada pada etos atau mental khusus dari semangat kapitalisme. Menurut Weber, keduanya adalah campuran unik antara motivasi dan nilai yang mencakup
keuntungan dalam arti menghasilkan pendapatan, dan khususnya mencari uang sebagai tujuan utama dalam hidup, dan tidak lagi disubordinasikan pada pemuasan
kebutuhan lain. Hal ini memberikan penjelasan tentang kasus pengalihan tujuan dalam hidup, yang semula hanya dinilai sebagai alat untuk mencapai tujuan,
sekarang dialihkan menjadi tujuan itu sendiri Sztompka, 2005: 275. Disini menurut Weber terdapat ide tentang panggilan calling, yakni kewajiban untuk
berhemat, disiplin, tanggap, dan rasional. Ini merupakan sisi kewirausahaan dari orang yang berupaya menjadikan organisasi sebagai tujuan di dalam dirinya
sendiri dan bagi tenaga kerja yang mulai memperlakukan pekerjaannya sebagai tujuan di dalam dirinya sendiri. Menurut Weber, setelah itu semangat kapitalisme
meresapi setiap agen kapitalisme wirausahawan dan tenaga kerja dan menimbulkan tindakan kapitalis mengorganisir dan bekerja, yang merupakan
syarat kelahiran kapitalisme. Ketika ada pertanyaan tentang semangat itu berasal dari mana? Penjelasannya tidak dapat berhenti pada etos saja, tetapi harus diteliti
lebih lanjut lagi dalam sumber etos itu sendiri. dari sinilah berasal sumbangan pemikiran Weber yang paling asli dan yang paling banyak ditentang yaitu Etos
Protestan Sztompka, 2005: 275. Pemikiran Weber tentang kapitalisme bertolak dari fenomena empiris.
Weber mengamati bahwa ada hubungan terus-menerus yang mencolok yaitu di periode awal kapitalisme, agen penting pimpinan perusahaan, tenaga teknis dan
komersial terlatih, tenaga kerja terampil cenderung didominasi oleh orang Protestan Zstompka, 2005: 276. Weber beranggapan bahwa ada kemungkinan
baik Protestantisme maupun semangat kapitalisme disebabkan perkembangan kultural yang sangat tinggi, yang menandai negara tertentu dan tidak dialami oleh
negara lain. Tetapi data yang dibandingkan Weber menunjukkan bahwa kolerasi yang terjadi sama baiknya antara negara maju maupun negara yang kurang maju.
Selain itu ada kemungkinan bahwa di kawasan tertentu, terutama di kawasan yang kaya sumber dayanya, telah terjadi akumulasi kapital selama periode sebelum
Reformasi, dan akumulasi tersebut menyediakan peluang bagi perkembangan
kapitalis berikutnya, terlepas dari kesetiaan agama. Lagi pula di kawasan yang berbeda kekayaan yang dikumpulkannya, jumlah orang Protestan yang bekerja di
jabatan teknis dan memiliki keterampilan jauh lebih besar. Weber juga menguji hipotesis bahwa kekuatan pendorong kewirausahaan dan bekerja efisien, lebih
bersumber pada status minoritas atau marjinal dalam masyarakat ketimbang afiliasi agama tertentu. Tetapi, data menunjukkan bahwa pekerjaan yang
berorientasi bisnis lebih umum di kalangan orang Protestan, terlepas dari status minoritas atau marjinalitas mereka atau terlepas dari posisi berkuasa atau dikuasai
di negara tertentu. Weber menarik kesimpulan bahwa faktor yang menentukan peran khusus orang Protestan dalam menggerakkan kapitalisme adalah karakter
intrinsik permanen, keyakinan agama mereka, dan tidak hanya dalam situasi politik-historis sementara saja Zstompka, 2005: 276.
Menurut Weber di dalam Protestantisme terdapat berbagai sekte terpisah yang berbeda kekuatan pengaruhnya dalam menggerakkan etos kapitalis.
Perbedaan pentingnya terletak pada pandangan terhadap kehidupan duniawi atau ukhrawi
.
Cabang-cabang Protestanisme Calvinisme, Methodisme, Baptisme. Berorientasi pada kehidupan duniawi. Sekte tersebut menyediakan kombinasi
kecerdasan bisnis dengan kesalehan agama. Kecerdasan berbisnis, terungkap dalam ide yang biasa Weber sebut dengan
“panggilan” Zstompka, 2005: 276- 277. Menurut Weber dalam Zstompka, 2005: 277 pemenuhan kewajiban
keduniawian dipandang sebagai bentuk tertinggi aktivitas moral. Kesalehan agama terungkap dalam ide yang disebut takdir. Bahwa pencapaian keampunan
dan keselamatan di akhirat sepenuhnya ditentukan oleh takdir kekuasaan dan kehendak Tuhan. Di dalam kombinasi ideologi yang unik inilah sumber
kapitalisme ditemukan. Menurut Weber, tak ada cara keduniawian untuk mempengaruhi pilihan
Tuhan karena Tuhan sepenuhnya bebas menentukan. Sebaliknya, campur tangan Tuhan di dunia ini jelas bukan untuk menghukum. Karena itu, bila orang sukses
dalam kegiatan keduniawian, maka kesuksesan itu menjadi tanda terbaik dari orang yang terpilih, yang mendapat rahmat di dunia dan keselamatan di akhirat.
Dengan tanda yang sama, bila seseorang malas, menghabiskan waktu untuk
bersenang-senang, berfoya-foya, komsumtif, ini menjadi kemurkaan Tuhan. Bekerja tekun bukan alat untuk mendapatkan keselamatan, tetapi sebagai tanda
lahiriah dari rahmat Tuhan Zstompka, 2005: 277. Kesuksesan prestasi terus menerus terutama yang dapat di ukur secara objektif seperti bidang keuangan
menurut Weber akan membatasi keinginan dan meningkatkan keyakinan. Tak ada yang lebih penting ketimbang sukses. Jadi ditingkat motivasi individual, tekanan
kuat untuk aktif inilah yang menjadi asal kewirausahaan. Suntikan ideologi dari luar dari sumber keagamaan sangat diperlukan untuk menghasilkan mobilitas
dan berpengaruh sebagai dorongan pertama untuk beralih dari ekonomi tradisional ke sistem ekonomi modern. Penilaian keagamaan terhadap kerja keras, ketekunan,
dan sistematis sebagai panggilan keduniawian, sebagai cara tertinggi asketisme, diperkirakan telah menjadi pembangkit perkembangan sikap hidup yang disebut
semangat kapitalisme Weber, 1958: 172 dalam Zstompka, 2005: 277. Menurut Weber, transformasi ini juga bersifat positif, dengan cara
membangun struktur. Dengan memobilisasi diri untuk aktif dan mengejar kesuksesan, sebagai tanda keselamatan, individu mulai membanding-bandingkan
prestasi mereka. Mengakumulasikan kapital ketimbang
mengkonsumsi, menginvestasikan kembali keuntungan ketimbang langsung menggunakannya,
menjadi satu-satunya strategi untuk menjaga kesuksesan di pasar usaha yang kompetitif. Begitu pula, ketekunan dan bekerja efisien menjadi satu-satunya
strategi untuk menjaga kesuksesan di pasar tenaga kerja yang kompetitif. Sistem menimbulkan sanksi-sanksi yang menyebabkan penyesuaian. Bila seorang
usahawan tidak menuruti prinsip ini, usahanya akan gulung tikar bangkrut. Bila seorang tenaga kerja gagal menyesuaikan diri dengan sistem ini, ia akan
kehilangan pekerjaannya. Sistem menyediakan dinamika internal dan kekuatan untuk berkembang Zstompka, 2005: 278. Pada saat demikian, sistem mulai
beroperasi dengan kekuatannya sendiri, memproduksi dirinya sendiri tanpa memerlukan dukungan keyakinan agama selanjutnya. Bahkan lebih dari itu,
sistem mungkin berjalan menentang agama, menciptakan kecenderungan sekulerisasi yang sangat kuat seperti yang dikemukakan Hernes dalam Zstompka,
2005: 278 sebagai berikut:
“Manusia baru, yang dibentuk oleh sekte Protestan, menciptakan tatanan sosial baru yang tak hanya mempesona penciptanya, tetapi
juga aktor lain dalam kegiatan ekonomi di sekitarnya. Begitu terbentuk, struktur baru itu selanjutnya mengubah, mendidik, dan
memilih tipe baru aktor sekuler yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap tatanan baru itu
”. Sistem yang di mulai sebagai kejadian historis di Eropa barat laut itu
memperoleh momentum dan mengembangkan kekuatannya sehingga mencakup sebagian besar dunia Zstompka, 2005: 278.
Kondisi ini tampaknya menyerupai kondisi masyarakat Desa Olehsari yang merasa memiliki semangat kerja yang tinggi setelah melaksanakan Ritual
Seblang. Ritual Seblang yang dilaksanakan di Desa Olehsari membuat semangat kerja masyarakat setempat menjadi lebih menggebu-gebu dari sebelumnya.Setelah
diadakannya Seblang masyarakat menjadi lebih tenang dalam bekerja dan lebih bersemangat untuk hidup yang lebih baik di masa yang akan datang. Semangat
untuk hidup yang lebih baik inilah yang mendorong masyarakat Desa Olehsari untuk lebih semangat berusaha agar dapat mengakumulasikan kapital-kapital
mereka.
2.8 Hasil Penelitian Terdahulu