Gejala Klinis Fisiologi Nyeri

Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. 1.4.9 Radikal Bebas Radikal bebas merupakan faktor eksternal yang mampu menyebabkan kanker bagi individu yang terkena paparannya. Radikal bebas ini berupa gugusan atom atau molekul yang mempunyai elektron bebas yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya. Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses metabolisme. Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun- racun kimiawi dari makanan, minuman, udara yang terpolusi dan sinar ultraviolet matahari yang berlebihan menyebabkan resiko yang tinggi terkena kanker.

1.5 Gejala Klinis

Penderita kanker sering terlambat mengetahui tanda-tanda atau gejala tumbuhnya penyakit kanker. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan atau tidak merasakan sakit sama sekali. Terlebih lagi bila tumor atau kanker tumbuh di bagian tubuh yang tersembunyi, misalnya di otak, di paru-paru, di hati, ginjal, usus dan sebagainya Muttaqin, 2008.

1.6 Diagnosis

Kebanyakan kanker dikenali karena tanda atau gejala tampak atau melalui screening . Beberapa kanker ditemukan secara tidak sengaja pada saat evaluasi medis dari masalah yang tak berhubungan. Tes penyaringan kanker dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kanker. Tes ini dapat mengurangi jumlah kematian akibat kanker, karena jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, biasanya dapat diobati sebelum menyebar lebih jauh. Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. Mendiagnosis adanya kanker dan menentukan jenisnya merupakan hal yang sangat penting. Hal ini hampir selalu memerlukan pengambilan contoh jaringan kanker untuk diperiksa di bawah mikroskop. Sejumlah tes khusus seperti pemeriksaan fisik yang komplit dan menanyakan sejarah medis pasien pribadi dan keluarga. Sebagai tambahan pada pemeriksaan tanda-tanda kesehatan secara umum temperatur, nadi, tekanan darah, dan seterusnya, pasien penderita kanker biasanya melewati tes-tes darah, urin, dan feces. Jika terdapat indikasi adanya kanker maka terhadap jaringan kanker mungkin diperlukan untuk menggambarkan lebih jauh mengenai kanker yang ditemukan. Bila jenis kanker diketahui, akan membantu dokter dalam menentukan pemeriksaan yang akan dilakukan, karena setiap kanker cenderung untuk mengikuti suatu pola pertumbuhan dan penyebaran tertentu. Pada 7 penderita, pemeriksaan dilakukan untuk menemukan metastase penyebaran sebelum kanker asalnya diobservasi. Kadang kanker asalnya tidak dapat ditemukan. Dokter biasanya dapat menentukan jenis tumor utamanya dengan melakukan biopsi dari kanker yang bermetastase dan memeriksanya dibawah mikroskop. Namun identifikasi kanker tidak selalu mudah dan pasti Tamsuri, 2007. Jika ditemukan kanker, pemeriksaan penentuan stadium staging kanker membantu dokter dalam merencanakan pengobatan yang tepat dan menentukan prognosisnya. Serangkaian pemeriksaan digunakan untuk menentukan lokasi tumor, ukurannya, pertumbuhannya ke jaringan di sekitar, dan penyebarannya ke bagian tubuh yang lain. Staging bisa dilakukan dengan menggunakan Scan Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. misalnya scan hati atau tulang, Pewarnaan, CT computed tomography atau MRI magnetic resonance imaging, Mediastinoskopi. 2. Nyeri 2.1 Defenisi Nyeri dan teori nyeri Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial Keefe, 1996. Batasan atau defenisi nyeri yang diusulkan oleh International Association for the Study of Pain sebagai berikut: nyeri adalah suatu pengalaman perasaan dan emosi yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan sebenarnya ataupun yang potensial dari jaringan Priharjo, 1993. Dalam konteks keperawatan defenisi nyeri yaitu apapun yang dikatakan orang yang mempunyai pengalaman nyeri, keberadaannya ada kapan saja saat Ia mengatakan nyeri Mander, 2003. Rasa nyeri selalu subyektif sifatnya. Setiap insan mempelajari penerapan dari kata tersebut melalui pengalaman sebelumnya dalam kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa nyeri adalah perasaan tubuh atau bagian dari tubuh manusia Shone, 1995. Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan Brunner Suddarth, 2001. Teori nyeri yang diterima saat ini salah satunya adalah teori Gate Control. Menurut teori ini, sensasi nyeri dihantar sepanjang saraf sensoris menuju ke otak Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. dan hanya sejumlah sensasi atau pesan tertentu dapat dihantar melalui jalur saraf ini pada saat bersamaan Mander, 2003. Teori Gate Control menyatakan bahwa sinaps pada akar dorsal yang dikenal sebagai substansia gelatinosa berperan sebagai gerbang yang dapat meningkatkan atau menurunkan rangsang nyeri dari saraf perifer ke otak. Gerbang ini terbuka atau tertutup tergantung input dari serabut saraf besar dan kecil. Peningkatan aktivitas serabut saraf kecil akan membuka gerbang dan menyebabkan sensasi nyeri sampai ke otak. Sedangkan peningkatan aktifitas serabut saraf besar akan menutup pintu gerbang sehingga sensasi nyeri tidak sampai ke otak Guyton, l990. Serabut serat A-Beta berdiameter terbesar dan berespon secara maksimal pada sentuhan ringan dan atau rangsang pergerakan Isselbacher et all, 1999, merupakan serat saraf spinalis bermielin dengan ambang tinggi dan berkecepatan antara 30-90 meter perdetik dalam menghantarkan impuls sedangkan serabut serat A-Delta merupakan serat saraf bermielin dan berdiameter kecil yang menghantarkan impuls pada kecepatan rendah yaitu antara 6-30 meter perdetik sedangkan serabut saraf C yang tidak bermielin memiliki kecepatan konduksi 0,5- 20 meter perdetik Guyton, 1990. Serabut saraf A-Delta dan C berespons secara maksimal terhadap nyeri. Pada mekanisme teori ini, serabut saraf A-Beta yang menyampaikan sensasi sentuhan akan melewati mekanisme gerbang. Ketika diaktifkan, serabut saraf ini akan berlomba dengan serabut saraf A-Delta maka gerbang akan tertutup bagi impuls nyeri pada serabut saraf A-Delta sehingga memblok impuls nyeri. Bila gerbang tertutup impuls nyeri terhambat, bila gerbang Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. terbuka sebagian, beberapa impuls nyeri dapat masuk. Bila gerbang terbuka maka nyeri akan dirasakan Kozier, 1987. 2.2.Klasifikasi Nyeri 2.2.1 Berdasarkan Sumber Nyeri Sumber nyeri bisa berasal dari mana saja yaitu kulit, ligamen, otot dll. Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan atas: a. Cutaneus superfisial Cutaneus superfisial adalah nyeri yang mengenai kulit jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning seperti terbakar. Contoh: terkena ujung pisau atau gunting. b. Deep somatic nyeri dalam Deep somatic nyeri dalam adalah nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh darah, tendon dan saraf. Nyeri menyebar lebih lama daripada cutaneus. Contoh: sprain sendi. c. Visceral pada organ dalam Visceral pada organ dalam adalah stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, dan regangan jaringan Tamsuri, 2007. 2.2.2 Berdasarkan Penyebab Nyeri Nyeri yang dialami oleh pasien dapat disebabkan hal-hal tertentu, oleh karena itu berdasarkan penyebabnya, nyeri dapat dibedakan atas 2 kategori, yakni: Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. a. Fisik Penyebab nyeri secara fisik adalah merupakan nyeri yang berasal dari bagian tubuh seseorang dan ini terjadi karena stimulus fisik serta nyeri ini dapat dilihat secara langsung dari morfologi tubuh yang berubah Contoh: fraktur femur b.Psycogenic Nyeri psycogenic terjadi karena sebab yang kurang jelassusah diidentifikasi, bersumber dari emosipsikis dan biasanya tidak disadari. Contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya. Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut Tamsuri, 2007. 2.2.3 Berdasarkan LamaDurasi Nyeri Lamadurasi nyeri yang dialami oleh pasien sangat beraneka ragam, hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas dari penderita nyeri tersebut. Untuk itulah maka perlu diambil tindakan secepat mungkin untuk mengurangi dan menghilangkan nyeri. Sedangkan berdasarkan lamanya nyeri tersebut dapat dibedakan atas: a. Nyeri akut Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang Carpenito, 1998. Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan pasien, untuk itu harus menjadi prioritas perawatan Purwandari, 2008. - Batasan Karakteristik : Subjektif: Komunikasi verbal atau penggunaan kode tentang nyeri dideskripsikan, perubahan tonus otot, perubahan tekanan darah, perubahan nadi, perubahan respirasi, diaforesis, perilaku distraksi, perilaku berlebihan, muka topeng, fokus menyempit, melaporkan adanya nyeri, adanya bukti nyeri, posisi menghindari nyeri, perilaku melindungi, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur Purwandari, 2008. Objektif: Perilaku sangat berhati-hati, memusatkan diri, fokus perhatian rendah perubahan persepsi waktu, menarik diri dari hubungan sosial, gangguan proses fikir, perilaku distraksi mengerang, menangis, dll, raut wajah kesakitan wajah kuyu, meringis, perubahan tonus otot, respon autonom seperti diaforesis, perubahan tekanan darah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan frekuensi pernafasan Purwandari, 2008. b. Nyeri Kronis Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Sifat nyeri kronis yang tidak dapat diprediksi membuat pasien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. kronis akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari Purwandari, 2008. - Batasan Karakteristik : Karakteristik nyeri kronis terbagi dalam dua golongn, yakni mayor harus terdapat dicirikan dengan individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan dan minor mungkin terdapat dicirikan dengan ketidaknyamanan, marah, frustasi, depresi karena situasi, raut wajah kesakitan, anoreksia, penurunan berat badan, insomnia, gerakan yang sangat berhati-hati, spasme otot, kemerahan, bengkak, panas, perubahan warna pada area terganggu, abnormalitas refleks. Berikut ini adalah tabel perbedaan nyeri akut dengan nyeri kronis: Tabel 1. Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis Purwandari, 2008. Tabel Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis. Nyeri akut Nyeri kronis ฀Lamanya dalam hitungan menit ฀Ditandai peningkatan BP, nadi, dan respirasi ฀Respon pasien:Fokus pada nyeri, menyatakan nyeri menangis dan mengerang ฀Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri ฀Lamanyna sampai hitungan bulan, 6 bln ฀Fungsi fisiologi bersifat normal ฀Tidak ada keluhan nyeri ฀Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. 2.2.4 Berdasarkan LokasiLetak Berdasarkan lokasi letak terjadinya, nyeri dapat dikategorikan atas: a. Radiating pain merupakan nyeri yang diakibatkan oleh efek radio aktif pada bagian tubuh yang terkena paparannya. b.Cardiac pain yakni nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya. c. Referred pain yakni nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari jaringan penyebab d.Intractabel pain yakni nyeri yang sangat susah dihilangkan contoh: nyeri kanker maligna e. Phantom pain yakni sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang contoh: bagian tubuh yang diamputasi atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis Priharjo, 1993.

2.3 Fisiologi Nyeri

Menurut Torrance Serginson 1997, ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel saraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel saraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang menyebabkan implus nyeri dihantarkan ke sumsum tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini disebut nosiseptor dan sangat khusus dan memulai implus yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Stimulus pada jaringan akan merangsang nosireseptor yang merupakan zat-zat yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010. P, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensasi ujung saraf dan menyampaikan implus ke otak Torrance Serginson, 1997. Serabut saraf perifer yang membawa sensasi ke otak dibedakan atas tiga bentuk, serabut saraf A-alfa dan A-beta yaitu serabut saraf besar yang bermielin. Serabut saraf A-delta adalah serabut saraf halus, bermielin. Serabut saraf C, tidak dibungkus oleh mielin. Serabut ini halus dan hantarannya lambat yang membawa senasasi neyri tumpul Torrance Serginson, 1997. Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal, terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan transmisi informasi yang menyakitkan Priharjo, 1993.

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri