Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy
Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan invasi atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh metastasis
Donny, 2009. Nurlaila 2008 juga menyatakan bahwa kanker
adalah pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal tumbuh sangat cepat tidak terkontrol, menginfiltrasi, menekan jaringan tubuh sehingga akan mempengaruhi
fungsi organ tubuh. Kanker dapat menyerang siapa saja, tidak peduli status atau golongan
seseorang, siapapun beresiko mengalami penyakit ini. Di dunia, penyakit kanker merupakan penyebab utama kematian setelah penyakit kardiovaskuler Donny,
2009. Prevalensi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun terutama di negara- negara berkembang.
Berdasarkan data World Health Organization WHO pada 2003 terdapat sepuluh juta kasus kanker baru per tahun dan terjadi peningkatan sekitar 20 persen
tiap tahunnya. Prevalensi kanker di Indonesia juga terus meningkat dan terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penderita usia muda Hadi, 2007. Survei
Kesehatan Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan penyakit kanker merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia dengan peningkatan
kasus kematian akibat kanker dari 3,4 persen pada tahun 1980 menjadi 6,0 persen pada tahun 2001 Donny, 2009. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperkirakan
1
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy
Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
pada tahun 2020 terdapat 20 juta kasus baru per tahunnya dan 84 juta orang akan meninggal bila tidak ada upaya penanggulangan yang komprehensif Donny,
2009. Pada penderita kanker, nyeri merupakan masalah utama yang paling sering
dijumpai. Nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang datang secara tiba-tiba. Jika tidak ditanggulangi
secara benar, nyeri akut bisa berubah menjadi nyeri kronis. Karena itu, perawat sebaiknya mewaspadai gejala dari nyeri akut tersebut sebelum berubah menjadi
nyeri kronis yang cenderung lebih sulit disembuhkan. Nyeri akut sendiri datangnya tiba-tiba atau singkat, dapat hilang dengan sendiri, dapat diprediksi,
dan merupakan reaksi fisiologi akan sesuatu yang berbahaya Dinisari, 2006. Pada kondisi nyeri hebat, nyeri akan menstimulasi reaksi stres yang dapat
mempengaruhi sistem jantung dan imun Benedetti, 1990. Jika seseorang mengalami stres maka tekanan darahnya akan meningkat dan denyut jantung
bekerja semakin cepat, sehingga dapat menurunkan sistem imun yang berdampak negatif bagi tubuh Syaifuddin, 1997.
Strategi penatalaksanaan nyeri harus mencakup pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Perilaku dan teknik farmakologis dapat digunakan bersama
dengan penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Salah satu cara terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada pasien nyeri kronis adalah
dengan terapi perilaku kognitif. Dalam penggunaan terapi perilaku dan terapi kognitif selalu digunakan bersamaan, karena kedua terapi tersebut saling
mendukung kebersamaannya untuk mengurangi nyeri Keefe, 1996.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy
Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Terapi perilaku kognitif didasarkan pada pola pemikiran dan perilaku yang dapat mempengaruhi gejala dan ketidakmampuan yang mungkin menghambat
proses penyembuhan Dharmono, 2007. Terapi perilaku kognitif mencakup teknik relaksasi, manajemen stres, distraksi dan cara lain untuk membantu pasien
dalam mengatasi nyeri yang dirasakan. Sebagai contoh ketika pasien merasakan nyeri yang menakutkan, pasien mungkin merasa bahwa nyeri itu akan semakin
berat dan menyebabkan perubahan fisik dalam tubuh, seperti peningkatan tekanan darah, pelepasan hormon stres, ketegangan otot, dan merasa lebih nyeri Keefe,
1996. Beberapa pasien tidak dapat atau tidak akan melaporkan secara verbal bahwa mereka mengalami nyeri, oleh karena itu perawat juga bertanggung jawab
terhadap pengamatan perilaku non verbal yang dapat terjadi bersama dengan nyeri Smeltzer Bare, 2002.
Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah untuk merubah cara berfikir tentang nyeri agar respon tubuh dan pikiran lebih baik ketika mengalami nyeri.
Terapi berfokus pada perubahan pikiran tentang penyakit dan kemudian membantu menjadi suatu koping positif bagi pasien terhadap penyakitnya, terapi
kognitif dan perilaku ini sangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri Keefe, 1996.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktu bersama pasien dibandingkan dengan tenaga perawat profesional lainnya, maka perawat mempunyai
kesempatan untuk membantu manghilangkan nyeri dan efek yang membahayakan Smeltzer Bare, 2002. Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di
berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Cognitive Behaviour Therapy
Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba 1994 yang mengatakan bahwa kenyamanan
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Pada saat ini penelitian tentang terapi perilaku kognitif untuk mengurangi
nyeri pada pasien nyeri kronis belum begitu diketahui oleh masyarakat khususnya di Medan. Berdasarkan hal inilah, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang efektifitas terapi perilaku kognitif pada pasien nyeri kronis.
1.2 Pertanyaan Penelitian