LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perbedaan seringkali muncul dalam kehidupan umat manusia, sejak pertamakali manusia diciptakan oleh Allah SWT sampai datangnya hari kiamat. Begitupula perbedaan untuk menentukan awal bulan Qamariyah, yang mana di dalamnya banyak ditemukan perbedaan pendapat, sistem atau cara untuk menentukan awal bulan Qamariyah. Hendaknya, hal ini tidak membenarkan kepada pihak sendiri dan saling menyalahkan kepada pihak lain. Karena perbedaan pendapat ini tidak lain untuk kembali pada semangat untuk selalu memurnikan ajaran Allah melalui petunjuk yang dibawakan oleh Rasulullah SAW. 1 Perbedaan ini bukan saja menyangkut masalah penentuan hari ataupun tahun semata, tetapi sangat berkaitan dengan masalah ibadah seperti puasa, haji, dan hari raya Idul Fithri dan Idul Adha. Kemudian berimplikasi pada syarat-syarat terpenuhinya suatu ibadah. Maka dari itu penggunaan metode ataupun cara dalam menentukan awal bulan disesuaikan dengan argumentasi yang dipegang oleh suatu kelompok atau organisasi. Hal ini berdasarkan pada suatu ibadah dilakukan sesuai dengan pendapat yang dipahami dan kemampuan untuk memahami sebuah perintah dalam agama. Dan diterangkan pada salah satu ayat al-Quran bahwa la tukallifullaha nafsan illa wus`aha. 1 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab Jakarta: Amythas Publicita, 2007. h.6-7. Teori dan praktek yang berbeda dalam penentuan awal bulan Qamariyah tidak hanya terjadi pada umat Islam di tanah air, begitupula di Negara-negara lain yang berpenduduk agama Islam. Bahkan, di Saudi Arabia yang notabene tempat dimana agama Islam pertama kali didakwahkan oleh Rasulullah terjadi perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah. 2 Maka dari itu tidak heran bilamana perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah juga terjadi di Indonesia. Demikian itu tidak lepas dari keberadaan faktor perkembangan ilmu, budaya, tempat dan sumber daya manusia. Munculnya perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah sangatlah beragam. Ada yang berbeda dalam pengambilan nash sebagai dasar pijakannya, berbeda dari segi penafsiran suatu nash dan dari sistem dan cara yang berbeda. Salah satunya muncul perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah berdasarkan pada penafsiran suatu hadits yang berbunyi: ﺏ ﺏ ی ﺏ ﻡ ﻡ ﺏ ی ﺏ ی + ﻡ ,ی- . - ,ی 1 2 3 4 ﻡ 5 3 Artinya: “Telah menceritakan kepada kita Abdurrahman bin Sallam al-Jumahiy, telah menceritakan kepada kita al-Rabi’ yakni Ibnu Muslim dari Muhammad, 2 Wahyu Widiana, Penentuan Awal Bulan Qamariyah Dan Permasalahannya di Indonesia. Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Editor. Choirul Fuad Yusuf, Bashor A.Hakim Jakarta:Departemen Agama RI, 2004, h.3. 3 Imam Ibn al –Husain Muslim bin al Hajaj Ibn Muslim al-Qushairi al-Nisaburi, Al Jami’u al Shahih al –Musamma Shahih Muslim , juz 3 Beirut: Dar Al- Jail, Dar- Al- Afaq, h. 124 yaitu Ibnu Ziyad dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah karena kamu melihat hilal. Bila kamu tertutup oleh mendung maka sempurnakanlah bilangan.Diriwayatkan oleh imam Muslim”. Di Indonesia, secara umum menentukan awal bulan Qamariyah lahir tiga arus utama mazhab hisab rukyah yaitu pertama, mazhab rukyat yang dipresentasikan oleh organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia NU, kedua , mazhab hisab yang dipelopori oleh Muhammadiyah dan mazhab imkan al- ru’yah yang dimunculkan oleh Pemerintah. 4 Nahdhatul Ulama sebagai organisasi masyarakat Islam yang berhaluan ahlussunnah waljamaah berketetapan mencontoh sunah Rasulullah dan para sahabatnya dan mengikuti ijtihad para ulama empat madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali dalam hal penentuan awal bulan Qamariyah wajib menggunakan ru’yatul hilal bilfi’li melihat hilal secara langsung atau istikmal menyempurnakan bulan Sya’ban 30 hari. 5 Muhammadiyah menetapkan hisab wujudul hilal sebagai pegangan dalam penentuan awal bulan Qamariyah. 6 Kendatipun demikian, Muhammadiyah menyatakan “apabila ahli hisab menetapkan bahwa tanggal bulan belum 4 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah: Menyatukan NU Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha Jakarta : Erlangga,2007, h.xvi 5 Rukyat Hilal IndonesiaRHI, “Kriteria Awal Bulan Qamariyah” artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari http:www.rukyatulhilal.org 6 Wahyu Widiana, Penentuan Awal Bulan Qamariyah, h.24. tampak, padahal kenyataannya ada orang yang melihat pada malam itu juga, Majlis Tarjih memutuskan bahwa rukyatlah yang muktabar 7 Pemerintah sendiri memiliki kewenangan kompetensi untuk berusaha menghilangkan perbedaan pendapat. Untuk itu Pemerintah memilih konsep imkanurrukyat dalam penentuan awal bulan Qamariyah. Konsep ini memadukan antara mazhab rukyat dan mazhab hisab. Aplikasi imkaanurrukyat yaitu sistem hisab digunakan untuk menghitung kemungkinan hilal tanggal bulan dirukyat. Kemudian jika menurut data hisab imkaanurrukyat sudah dinyatakan mungkin untuk dirukyat, tetapi praktik di lapangan tidak dapat dirukyat karena mendung atau gangguan cuaca, maka dasar yang digunakan adalah istikmal. 8 Selain mazhab hisab rukyat diatas, di Indonesia juga tumbuh pemikiran hisab rukyah mazhab tradisional ala Islam Jawa. Seperti pemikiran hisab rukyat yang dianut oleh Aboge Penganut Islam Alip Rebo Wage. Hal ini timbul karena persentuhan Islam dengan budaya lokal atau yang sering menimbulkan corak budaya tersendiri di luar dugaan dan melahirkan pemikiran tersendiri, dalam pemikiran hisab rukyat. 9 Aboge ini tersebar di beberapa daerah Indonesia. Salah satunya adalah Aboge yang terdapat di Desa Onje, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. 7 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah, h. 82. 8 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah, h. 82. 9 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah, h. 82. Melihat pemikiran hisab rukyat Aboge di Purbalingga, penulis tertarik untuk mengangkat fenomena tersebut menjadi penelitian. Karena pemikiran hisab rukyat mazhab tradisional ala Islam Jawa ini menetapkan bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha 1429 H dan tahun-tahun sebelumnya berbeda dengan Pemerintah. Adapun Pemerintah menetapkan bulan puasa pada tahun 2008 dimulai dari hari Senin, tanggal 1 September dan Hari Raya Idul Fitri pada hari Rabu, tanggal 1 Oktober 2008. Mereka menetapkan tanggal 1 Ramadhan jatuh pada hari Rabu tanggal 3 September 2008. 10 Dan hari raya Idul fitri 1 Syawal 1429 pada hari Jumat, tanggal 3 Oktober 2008. Pemikiran hisab rukyah ini juga menurut para tokohnya, merupakan cara penghitungan yang telah digunakan para wali sejak abad ke 14 M. Yang mana di ajarkan oleh Syekh Rasid Sayid Kuning dari Kerajaan Pajang. Sehingga pemikiran Hisab Rukyat ini merupakan warisan dari leluhur para wali yang menjadi sebuah pengetahuan sebagai wujud sumbangsih mereka dalam peradaban manusia. Untuk mengetahui seluk beluk komunitas Aboge di Desa Onje, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga, bagaimana komunitas Aboge menetapkan awal bulan Qamariyah, apa landasan hukum penetapan awal bulan Qamariyah dan bagaimana praktek menggunakan sistem tersebut? Apabila hal tersebut dikaji ulang dan dikembangkan, akan menambah khazanah 10 Ridwan AnshoriSindoahm, “Buka Puasa Pertama bagi Pengikut Islam Aboge”, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari http:www.okezone.com20081215. kemajemukan metode penentuan awal bulan Qamariyah khususnya di Indonesia. Maka dengan bekal pengetahuan yang telah dipelajari, penulis mengangkat realita Aboge di Desa Onje, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dalam menentukan awal bulan Qamariyah sebagai bahan penelitian. Akhirnya penulis mengambil judul “PENENTUAN AWAL BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE STUDI TERHADAP KOMUNITAS ABOGE DI PURBALINGGA”.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH .