Aboge  di  daerah-daerah  lain  di  Indonesia.  Sampai  sekarang,  komunitas  Aboge tidak  dipimpin  oleh  seorang  ketua,  namun  pihak  yang  bertanggungjawab  dalam
komunitas  Aboge  adalah  Imam  Besar  Masjid  Raden  Sayyid  Kuning.  Karena, Imam Besar Masjid Raden Sayyid Kuning adalah panutan bagi komunitas Aboge
untuk menentukan awal Ramadhan, tanggal 1  Syawal dan hari raya idul fitri dan idul adha yang didampingi oleh para Sesepuh Aboge.
Sejak  tahun  2008  sampai  sekarang,  Imam  Besar  Masjid  Raden  Sayyid Kuning  dipercayakan  kepada  Kyai  Muhammad  Maksudi,  keturunan  ke  9  dari
Raden Sayyid Kuning.
B.   Tokoh- Tokoh Komunitas Aboge
Keberadaan  komunitas  Aboge  sampai  sekarang  tidak  dapat  dipisahkan dari peran para penggagas dan pengikut penghitungan Aboge. Nama- nama tokoh
yang berperan dalam pengembangan Komunitas Aboge ialah: 1.  Sunan Kalijaga sebagai pencetus Aboge dan para Wali lainnya
2.  Syekh Maulana Maghribi  Ki Tepus Rumput 3.  Adipati Onje II
4.  Raden Sayyid Kuning
70
5.  Sutarudin Putra 1 Raden Sayyid Kuning, 6.  Samiruddin Putra ke 2 Raden Sayyid Kuning
7.  Nur Muhammad Putra ke 3 Raden Sayyid Kuning
70
Imam Besar I Masjid Raden Sayyid Kuning.
8.  Ki Anggadirana Putra Nur Muhammad 9.  Ki Reksabumi Putra Ki Anggadirana
10. Ki Sananom Putra Ki Reksabumi 11. Ki Dipawikarta Putra Kisananom
12. Ni Majasir Putra Ki Dipawikarta 13. Ni Hj. Surya  Munadi  Putri Ni Majasir
14. Kyai M. Maksudi Putra Ni Hj. Surya  Munadi 15. Wangsarudin Putra ke 4 Raden Sayyid Kuning
16. Ki Tirtangali Putra Wangsarudin 17. Ki Arjamunawi Putra Ki Tirtangali
18. Ki Wiryamunadi Putra Ki Arjamunawi 19. Sanurji  Putra Ki Wiryamunadi.
20. Ni Majasan Putra Ki Arjamunawi 21. Ki H Surya Munadi Putra Ni Majasan
22. Kyai M. Maksudi
71
Putra Ki H Surya Munadi 23. Kyai Ibrahim
24. Kyai Ilyas 25. Kyai Murmareja
26. Imam Muriani 27. H Ibrahim
28. Kyai Sanrawi
71
Kyai Maksudi adalah Imam yang menjabat dari tahun 2008 sampai sekarang.
29. Kyai Masngadi 30. Dan keturunan  Raden Sayyid Kuning lainnnya yang tidak tercatat disini.
C.  Corak Pemikiran Keagamaan Aboge
Untuk menelusuri arah pemikiran Komunitas Aboge, dapat dilihat dari dasar hukum yang digunakan Aboge dalam menyikapi masalah yang berkaitan dengan
Islam. Dasar pengambilan hukum yang digunakan Aboge ialah: 1.  al-Qur`an
Secara  etimologis,  al-Qur`an  adalah  berasal  dari  bahasa  Arab  yang berbentuk mashdar  yaitu G  berasal dari kata qa-ra-a
, artinya bacaan. Sebagaimana tertera dalam ayat al-Qur`an
D -
C. 5+ 
,  +3
Z t
,N †,[
 +3[m+ ,
‡ c
,[  +3
Z ﻡ 90
67 86
-
89 5
Artinya:    “Sesungguhnya  atas  tanggungan  kamilah  mengumpulkannya  di dadamu dan membuatmu pandai membacanya. Apabila kami Telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”. Secara  istilah,  Amir Syarifuddin  merumuskan definisi al-Qur`an dari
berbagai  pendapat  para  Fuqaha
72
yaitu  bahwa  al-Qur`an  adalah  “Lafaz  yang
72
Ialah Syaltut, Al-Syaukani, Abu Zahrah, As-Sarkhisi, Al Amidi Dan Ibnu Subki.
berbahasa  Arab  yang  diturunkan  kepada  Nabi  Muhammad  SAW,  yang dinukilkan secara mutawatir
.
73
Allah  SWT  adalah  pembuat  hukum,  maka  hukum  tersebut  adalah kuasa  Allah  atas  tingkah  laku  manusia  mukallaf  yang  aturan-aturan  –Nya
terkumpul  dalam  Al-Qur`an.  Dengan  demikian  secara  tidak  langsung  bahwa al-Qur`an sebagai sumber utama bagi hukum Islam.
74
2.  Hadits Hadits  berasal  dari  bahasa  Arab
C  ,
secara  harfiah  berarti perkataan  atau  percakapan.  Dalam  terminologi
Islam ,  perkataan  dimaksud
adalah perkataan dari Nabi Muhammad
SAW. Seringkali kata ini mengalami perluasan  makna,  sehingga  disinonimkan  dengan
sunnah yang  berarti  segala
perkataan sabda, perbuatan, ketetapan  maupun  persetujuan dari Nabi SAW
yang dijadikan ketetapan ataupun hukum
dalam agama. Hadits adalah sumber hukum  dalam  agama  Islam  yang  memiliki  kedudukan  kedua  pada  tingkatan
sumber hukum dibawah Al Qur`an
.
75
73
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh,Jakarta: Logos, 2005, jil. 1, h. 51.
74
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh , h. 79.
75
Wikipedia  ensiklopedia  bebas  “Hadits”  Artikel  diakses  pada  18  Mei  2009  dari http:id.wikipedia.orgwikiHadits.html.
3.  Ijma`
76
Secara  bahasa,  ijma`  mengandung dua arti  yaitu  ketetapan  hati untuk melakukan  sesuatu  dan  sepakat.  Adapun  pengertian  ijma  yaitu  kesepakatan,
dan yang sepakat disini, adalah semua mujtahid Muslim, berlaku dalam suatu masa  tertentu  sesudah  wafatnya  Nabi  Muhammad  SAW.  Menurut    Jumhur
ulama,  ijma  menempati  dasar  dalil  hokum  setelah  al-Qur`an  dan  Sunnah. Berarti  ijma  dapat  menentukan  hokum  yang  mengikat  dan  wajib  dipatuhi
umat Islam bila tidak mendapati hokum dalam al-Qur.an dan Sunnah. 4.  Qiyas
77
Secara bahasa kata qiyas, berarti qadar artinya mengukur membanding sesuatu  dengan  yang  semisalnya.  Qiyas  merupakan  suatu  cara  penggunaan
ra`yu  untuk  menggali  hokum  syara`  dalam  hal-hal  yang  nash  al-Qur`an  dan Sunnah tidak menetapkan hukumnya secara jelas
5.  Pendapat  Wali  Sanga,  Sunan  Kali  Jaga,  dan  Ngabdullah  Syarif  Sayyid Kuning.
Jamaknya  wali  adalah  auliya`  yaitu  orang  orang  yang  suci.  Istilah yang  terkenal  adalah  wali  Allah  yang  artinya  kawan  dekat  atau  pembantu
76
Amir Syarifuddin  Ushul Fiqh, h. 128.
77
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, h. 164.
Allah.  Adapun  Wali  Sanga  adalah  penyiar  islam  yang  pertama  di  Nusantara terutama daerah pulau Jawa.
78
Pendapat Wali Sanga, Sunan Kali Jaga, dan Ngabdullah Syarif Sayyid Kuning  yang  sangat  terkenal  dalam  komunitas  Aboge  adalah  sistem
penghitungan  Aboge  Alip  Rebo  Wage  yang  digunakan  untuk  menentukan waktu  ataupun  awal  bulan  Qamariyah  sepanjang  masa.  Sistem  Aboge  ini
merupakan  metode  penentuan  waktu  yang  dihasilkan  dari  perpaduan  sistem Timur Tengah dan konsep murni Jawa dengan hari pasarannya.
Komunitas  Aboge  melakukan kegiatan  ibadah dan kajian-kajian  ilmu agama  terpusat  di  Masjid  Raden  Sayyid  Kuning.  Seperti  dilaksanakannya
kegiatan  keagamaan  harian,  kegiatan  keagamaan  mingguan  dan  kegiatan keagamaan yang khusus diadakan pada bulan Ramadhan. Selain itu masjid ini
juga seringkali dikunjungi oleh banyak orang yang ingin berziarah ke makam Raden  Sayyid  Kuning  yang  terletak  dibelakang  Masjid  tersebut.  Namun
letaknya agak  jauh,  yaitu dipisahkan dari sungai  Tempuran  yang  mengalir di belakang  masjid.  Adapun  kegiatan-kegiatan  keagamaan  Komunitas  Aboge
dijelaskan dalam bentuk tabel-tabel yang terletak pada halaman selanjutnya.
78
Badri  Yatim.  Ed.  Ensiklopedi  Mini  Sejarah  Dan  Kebudayaan  Jakarta:  Logos,  1996,  h. 170.  Jumlah  Wali  Sanga  menurut  penemuan  KH.  Bisyri  Mustafa  didalam  Ensiklopedi  Mini  Sejarah
dan Kebudayaan Islam, tidak berjumlah tepat sembilan bahkan lebih dari itu. Pendapat ini berdasarkan pada fakta bahwa orang yang mendakwahkan Islam di bumi Jawa pada masa itu tidak hanya berjumlah
sembilan.
Tabel 3.1. Kegiatan Keagamaan Harian di Masjid Raden Sayyid Kuning
No  Kegiatan Waktu
Kitab Keterangan
1 Pendidikan
Iqra` Ba`da
Ashar Iqra`
Yang diikuti oleh anak-anak
2 Pendidikan
al-Qur`an Ba`da Maghrib
Al-Qur`an Yang diikuti oleh anak-anak yang
telah tamat iqra.
Kegiatan  pendidikan  harian  pada  tabel  1  bertujuan  agar  murid-muridnya mahir  membaca  al-Qur`an,  yang  diperuntukan  bagi  anak-anak  tingkat  SD  dan
sebagian tingkat SMP. Pembelajaran dilakukan dengan cara sang murid membaca iqra` atau sebagian ayat al-Qur`an satu persatu dihadapan gurunya. Bila terdapat
kesalahan  sang  guru  mengajarkannya  sesuai  dengan  kaidah  tajwid.  Cara pembelajaran  pendidikan  Iqra  dan  al-Qur`an  bersifat  sama.  Namun  dalam
pendidikan  iqra  terdapat  6  tingkatan,  disesuaikan  dengan  jumlah  jilid  iqra`nya. Sedangkan pendidikan Al-Qur`an terkumpul menjadi satu tingkatan.
Tabel 3.2. Kegiatan Keagamaan Mingguan di Masjid Raden Sayyid Kuning
No Kegiatan
Hari  Waktu Kitab
Keterangan 1
Yasinan dan Dibaan
Malam Jumat  Ba`da Maghrib
Khusus malam Jumat Kliwon
melakukan tahlil dan istighotsah
Al-Qur`an Dilakukan secara
bersama-sama
2 Khataman
Ba`da Jumat dan Dilakukan secara
Tarekat Naqshabandi
yah bagi para
sesepuh Aboge Selasa Ba`da Dzuhur.
- bersama-sama
3 Pengajian Remaja  Malam Minggu
Safinah al-najah,
Nashaih al- `Ibad
Disampaikan dengan metode
ceramah
Kegiatan mingguan pada tabel 2 diatas lebih beragam dibandingkan pada tabel  1,  dilihat  dari  macam  kegiatan  yang  terdiri  dari  yasinan  dan  dibaan,
khataman ,  dan  pengajian  Remaja.  Untuk  lebih  jelasnya,  di  bawah  ini  penulis
menguraikan satu persatu kegiatan mingguan Aboge yag tercatat pada tabel 2. 1.  Yasinan dan Dibaan:
a.  Yasinan adalah membaca surat Yasin secara bersama-sama yang dipandu oleh seseorang.  Khusus pada malam Jumat Kliwon melakukan tahlil  dan
istighatsah . Tahlil yaitu  pujian-pujian kepada Tuhan dengan menyebut la
ila ha illallah .
79
Istighatsah adalah memohon pertolongan dari Allah SWT untuk  terwujudnya  sebuah  keajaiban  atau  sesuatu  yang  paling  tidak
dianggap  tidak  mudah  untuk  diwujudkan.  Sebenarnya  istighotsah  sama dengan berdoa, tetapi bila disebutkan kata istighotsah maknaya lebih dari
sekedar berdoa, karena yang dimohon dalam istighotsah adalah bukan hal
79
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka, 1988, h.884.
yang biasa biasa saja. Oleh karena itu, istighotsah sering dilakukan secara kolektif  dan  biasanya  dimulai  dengan  wirid-wirid  tertentu,  terutama
istighfar , sehingga Allah SWT berkenan mengabulkan permohonan itu.
80
Sebagaimana didasarkan  pada surat Al-Anfal ayat 9 yang berbunyi:
: Zﺱ O :ﺏ G u9p ﺕ KL
Artinya:  Ingatlah  wahai  Muhammad,  ketika  kamu  memohon pertolongan kepada Tuhanmu lalu Dia mengabulkan permohonanmu
. b.  Dibaan  yaitu  membaca  shalawat  atas  Nabi  Muhammad  SAW  pada  kitab
Diba` yang dikarang oleh Al-Imam Abdurrahman bin Ali bin Muhammad
al-Syaibany al-Diba`i al-Yamani yang bertujuan untuk memulyakan Nabi tanpa  diiringi  dengan  musik.  Kitab  Diba`  sejenis  dengan  Barzanji,
dari  segi  isinya  yaitu  menceritakan  tentang  kehidupan  Muhammad, mencakup  silsilah  keturunannya,  masa  kanak-kanak,  remaja,  pemuda
hingga  diangkat  menjadi  Rasul.  Kitab  tersebut  juga  mengisahkan  sifat- sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa yang
dijadikan teladan umat manusia. 2.  Kataman
adalah bagian
dari amalan
untuk mengikuti
Tarekat Naqshabandiyah
yang  didirikan  oleh  Muhammad  Ibn  Muhammad Baha`uddin  Naqshabandi  717-791  H  1317-1389  M  di  Bukhara.  Metode
yang khas dari tarekat ini adalah pengasingan diri meliputi  pengingatan dan
80
A. Nuril
Huda ,
“Makana Istighotsah”,
artikel ini
diakses dari
http:www.nu.or.idpage.phpMakna Istighotsah 14042009. html.
konsentrasi. Tarekat ini tersebar luas di Kaukasus dan di Asia Tengah. Prinsip metode  spiritual  tarekat  ini  adalah  dzikir  dalam  hati.
81
Di  Indonesia  tarekat Naqshabandiyah
dipimpin  oleh  Habib  Lutfi  yang  berpusat  di  Lamongan. Sekali  dalam  sebulan  atau  beberapa  bulan,  utusan  Habib  Lutfi  datang  ke
Masjid  Raden  Sayyid  Kuning  untuk  melakukan  kataman  bersama  para Sesepuh komunitas Aboge.
3.  Pengajian Remaja: pengajian yang diperuntukan para remaja dengan mengkaji kitab  fiqih safinah al-najah yang dikarang oleh syekh Salim bin Abdullah bin
Saad bin Samir Sumair Al-hadlrami dan  kitab akhlaq yaitu Nashaihul `Ibad karangan  Imam  Nawawi  Al-Bantany.  Kegiatan  ini  disampaikan  oleh  salah
satu  guru  dengan  metode  ceramah.  Pengajian  ini    bertujuan  untuk  mendidik mereka agar menjadi generasi islam yang berakhlaq  baik.
Tabel 3.3. Kegiatan Keagamaan Bulan Ramadhan di Masjid Raden Sayyid Kuning
No Kegiatan
Hari  Waktu Kitab
Keterangan 1
Pengajian Setiap Hari
ba`da Ashar Fiqih Qawaidul
Fiqhiyyah Tauhid Aqidatul Awwam
Ceramah
2 Tadarusan
Setiap hari ba`da Tarawih
Al-Qur`an -
81
Abdul Aziz, ed. Ensiklopedia Islam Singkat  h. 302.
3 Ceramah
Agama Setiap hari
ba`da Shubuh _
Ceramah, diperuntukkan
bagi umum
Pada  bulan  Ramadhan,  intensitas  kegiatan  keagamaan  komunitas  Aboge lebih  padat  daripada  bulan-bulan  lainnya.  Kegiatan-kegiatan  keagamaan
dilakukan pada setiap hari setelah pelaksanaan shalat Ashar, Tarawih dan Shubuh sebagaimana  tersaji  dalam  tabel  3.  Secara    ringkas,  penulis  menjelaskan  jenis
kegiatan pada tabel 3 dibawah ini: 1.  Pengajian: pengajian ini diperuntukan bagi remaja untuk memperdalam kajian
ilmu Fiqih dan Tauhid. Dengan mempelajari kitab Qawaidul Fiqhiyyah untuk mempelajari  ilmu  Fiqih  dan  kitab  Aqidatul  Awwam  untuk  mengkaji  ilmu
Tauhid. 2.  Tadarusan: membaca al-Qur`an secara bersama-sama di masjid. Tadarusan ini
terbuka  bagi  siapa  saja  yang  ingin  membaca  al-Qur`an  di  masjid  Raden Sayyid  Kuning.  Salah  satu  dari  mereka  menggunakan  pengeras  suara,
kemudian  bergantian  dari  satu  pembaca  al-Qur`an  ke  pembaca  lain.  Target minimal  membaca  al-Qur`an  dalam  satu  malam,  sebanyak  1  juz,  supaya
dalam waktu satu bulan dapat menamatkan al-Qur`an minimal satu kali. 3.  Ceramah  Agama:  Kegiatan  yang  berisi  ceramah  seorang  penceramah  yang
ditunjuk  pada  hari  itu.  Isi  ceramah  adalah  tentang  keislaman,  baik  berkaitan dengan  ubudiyyah  atau  muamalah.  Tema  ceramah  ditentukan  oleh
penceramah  sendiri  tanpa  ada  intervensi  dari  Imam  Masjid  Besar  Raden Sayyid  Kuning. Penceramah tidak  hanya  berasal  dari tokoh penganut Aboge
saja.  Hal  ini  menunjukan  keterbukaan  komunitas  Aboge  ini  terhadap masyarakat pada umumnya dalam pelaksanaan ibadah-ibadah keagamaan.
Dari  rujukan  –rujukan  kitab  yang  dipakai  dalam  kegiatan-kegiatan  yang dilaksanakan di Masjid Raden Sayyid Kuning, menjelaskan bahwa Aboge adalah
sebuah komunitas Islam yang mengikuti alur pemikiran Syafii.  Budaya kegiatan- kegiatan  Aboge  juga  tidak  berbeda  jauh  dengan  budaya  Nahdhatul  Ulama.
Diperkuat dengan pernyataan  Imam Besar Masjid Raden Sayyid  Kuning bahwa komunitas Aboge adalah warga Nahdhiyyin.
Dalam  menentukan  awal  bulan  Qamariyah  dan  hari-  hari  besar  agama Islam  komunitas  Aboge  di  Purbalingga  ini,  mempunyai  sistem  sendiri  yaitu
menggunakan  prinsip  Aboge  Alip-Rebo-Wage  selamanya.  Sistem  perhitungan tersebut  terdapat  dalam  kitab  Primbon  Sembahyang    karangan  H.  M.  Idris  bin
Yahya  dan  Mujarrabat  yang  diterjemahkan  oleh  H.  Abdurrahman  bin  H.  Abdul Aziz .
Dengan  penggunaan  sistem  Aboge  dalam  penentuan  awal  bulan Qamariyah,  seringkali  komunitas  Aboge  menetapkan  tanggal  bulan  puasa,  hari
lebaran  atau  tanggal  1  Syawal    dan  10  Dzulhijjah  berbeda  dengan  Pemerintah.
Namun  Maksudi
82
tidak  pernah  mempersoalkan  perbedaan  tersebut  dengan Pemerintah dan umat Islam lain yang tidak sejalan. Selama Pemerintah dan umat
Islam  tersebut  tidak  memaksakan  atau  mengganggu  kepercayaan  yang  dianut umatnya.  Menurut  pendapatnya,  bahwa  prinsip  dalam  urusan  agama  adalah  hak
individu untuk mempercayai suatu keyakinan.
82
Imam Besar Masjid Raden Sayyid Kuning pada masa sekarang.
BAB IV PENETAPAN AWAL BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE