Keadaan Umum Usahatani Tebu Rakyat PG Soedhono di Kabupaten Ngawi

Perkebunan kelapa mengalami peningkatan luas areal perkebunannya. Perkembangangan perkebunan tembakau dikabupaten Ngawi mengalami penurunan yang tajam, sedangkan untuk perkebunan karet tidak mengalami perubahan luas.

4.4. Keadaan Umum Usahatani Tebu Rakyat PG Soedhono di Kabupaten Ngawi

Petani tebu di kabupaten Ngawi yang menjadi binaan pabrik gula PG Soedhono tergabung dalam wadah APTR Asosiasi Petani Tebu Rakyat PG Soedono. APTR ini dijadikan suatu jembatan penghubung antara kepentingan petani dan kepentingan PG. Petani menjadikan APTR sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah tentang berbagai permasalahan yang dihadapi dalam usaha perkebunan tebu. Petani juga melakukan bertukar pikiran dan tukar pengalaman dalam pemeliharaan dan cara mengatasi kendala dalam budidaya tebu. Biasanya petani akan mengikuti langkah-langkah petani lain yang berhasil memperoleh hasil tabu yang baik. Mereka juga mendiskusikan penyakit atau hambatan lain dalam usahatani tebu. Saling membantu memperoleh informasi mendapatkan modal dan bantuan baik dari bank maupun dari instansi pemerintah. Pengurus APTR juga membantu dalam membuatkan penghitungan kelayakan usaha petani tebu yang pada umumnya awam tentang penghitungan analisa kelayakan usaha guna untuk mengajukan kredit di bank.

4.4.1. Pembuatan Guludan atau Persiapan Lahan

Pembuatan guludan adalah langkah pertama persiapan lahan dalam usaha tani tebu. Pembuatan guludan yaitu hamparan tanah tanah dibuat gundukan tanah sedemikian rupa sehingga membentuk barisan gundukan tanah seperti dalam gambar. Jarak antar gundukan digunakan untuk tempat menanam bibit tebu. Sementara bagian tengah serta pinggir yang mengelilingi gundukan dalam petakan digunakan untuk saluran air. Fungsi gundukan tanah sendiri adalah untuk menutup bagian bibit tebu. Fungsi pembuatan gundukan yang utama adalah agar tebu apabila sudah dewasa tidak gampang roboh. Selain untuk menimbun bagian bawah tebu fungsi lain yang tidak kalah penting dari pembuatan guludan adalah bias mengurangi pertumbuhan rumput. Proses pembuatan guludan biasanya petani memperkerjakan enam orang laki-laki dewasa. Lama pembuatan tergantung dari jenis tanahnya serta air, apabila tanah lempung dan airnya mudah akan semakin cepat pengerjaannya. Biasanya untuk tanah satu hektar biasa dikerjakan dalam waktu 10-14 hari. Akan tetapi ada pula yang pengerjaannya menggunakan sistem borongan. Biaya dalam pengerjaan ini berkisar antara 200 ribu sampai 250 ribu tergantung dari keadaan tanah dan air. Pembuatan guludan hanya dilakukan pada tebu tris 1 selanjutnya tebu jenis tris 2, tris 3 dan selanjutnya tidak membuat guludan lagi.

4.4.2. Pengadaan Bibit

Bibit tebu biasanya diperoleh dari pabrik atau dari petani lain yang khusus menanam tebu untuk bibit karena semua petani menggunakan lahan sawah maka petani mengguanakan bibit tebu untuk lahan sawah. Bibit tebu yang dipakai adalah jenis Triton, PS 851, BZ 10029 dan BZ 148. Tebu bibit daunnya masih banyak yang menempel, maka harus dilakukan pengentekan atau pembersihan daun. Bibit tebu kemudian dipotong-potong yaitu setiap potongan harus menyisakan bagian tunas minimal 2 tunas sebagai bakal tebu. Memotong tebu untuk bibit kira-kira memakai 1,5 sampai 2 bagian geratan tebu. Cara ini banyak dipakai petani karena selain lebih efisien serta tebu yang dihasilkan juga sangat baik. Petani dalam pengadaan bibit setelah terjadi kesepakatan harga menerimanya sudah di lahan yang akan di tanami tebu. Biaya pengadaan bibit per hektar berkisar antara 1 juta rupiah sampai 1,8 juta rupiah. Sementara proses penglentekan daun tebu bibit dan pemotongannya dilakukan oleh pekerja perempuan. Untuk bibit seluas satu hektar biasanya dikerjakan 4 sampai 6 orang. Pengerjaan ini bisa memerlukan waktu 4-6 hari atau borongan dengan biaya 100 ribu sampai 150 ribu.

4.4.3. Penanaman

Bibit setelah dipotong-potong maka harus segera dilakukan penanamank arena bibit tebu yang sudah dipotong-potong kalau tidak segera ditanam akan mudah kering. Sehingga tidak bisa digunakan menjadi bibit yang baik. Proses penanaman dilakukan oleh pekerja-pekerja perempuan dibantu oleh pekerja laki-laki. Pekerja perempuan bertugas menanam sedangkan pekerja laki- laki membawakan bibit ke gundukan lahan yang akan ditanami. Pekerjaan ini memerlukan waktu kira-kira 2 sampai 3 hari dengan jumlah pekerja perempuan 4 orang sedangkan untuk pekerja laki-laki 2 orang dengan mengerjakan lahan 1 hektar. Bibit ditanam secara miring hambir di ratakan dengan tanah tidak dilakukan secara tegak karena tunas yang akan tumbuh pasti akan tegak dan apabila sudah besar maka akarnyan akan semakin kuat menunjang berat pohon tebu di atasnya.

4.4.4. Pemeliharaan dan Pemupukan

Budidaya tebu memerlukan pemeliharaan dan teknik pemupukan yang harus diperhatikan setiap petani tebu supaya mendapatkan hasil yang optimal. Langkah langkah pemeliharaan dan pemupukan tebu pabrik terperinci dalam buku cadongan buku pedoman budidaya tebu. Petani tebu rakyat di Ngawi juga menerapkan teknik pemeliharaan dan pemupukan yang mengacu pada buku cadongan tersebut. Akan tetapi biasanya petani kekurangan dana untuk melaksanakan teknik pemeliharaan yang sesuai dengan buku cadongan. Langkah-langkah pemeliharaan budidaya tebu sebagai berikut; 1. Penanaman. Bila bibit tebu sudah siap untuk ditanam sudah dipotong- potong maka harus segera ditanam agar bibit tidak kering. 2. Sulam. Bila dalam waktu satu bulan bibit yang tidak tumbuk maka harus diganti dengan bibit baru disulam. Penyulaman tidak boleh melebihi umur tebu sampai dua bulan, ini untuk menghindari pertumbuhan yang tidak merata. 3. Obor Patri atau pengairan. Proses ini adalah mengairi tebu yang sudah tumbuh umur dua bulan. Pengairan ini bersifat spesifik karena air untuk mengairi harus mencapai batas bibit yang ditanam. Obor patri biasanya dilakukan sebanyak minimal dua kali yaitu umur 3 bulan dan 6 bulan. 4. Cemplong. Mengeruk tanah pada saluran air yang mengalami pendangkalan. Sama halnya proses obor patri, cemplong juga dilakukan minimal dua kali pada umur tebu 3 dan enem bulan. 5. Walek. Membongkar tanah guludan untuk ditutuphan pada pangkal tebu. 6. Beset atau pengelentekan daun tebu. Proses ini dilakukan dua kali pada saat tebu umur antara enam sampai sepuluh bulan. Daun bagian bawah yang sudah mengering dibuang agar tidak menimbulkan penyakit karena bila tidak dibuang maka batang akan lembab sehingga akan mudah penyakit muncul. 7. Pemupukan. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat umur 2-3 bulan pada tahap pamupukan pertama dan pada umur 4-5 bulan pada tahap ke dua. 8. Tebang angkut. Bila tebu sudah mencapai 12-14 bulan maka tebu sudah siap untuk dipanen. Biasanya petani menyerahkan proses tebang angkut pada pihak pabrik. Apabila penebangan lewat dari umur 14 bulan kandungan air akan berkurang dan mutunya juga menurun.

4.5. Pendapatan