Tersedianya Tenaga Kerja Kualitas Tenaga Kerja Jenis Kelamin Tenaga Kerja Musiman Upah Tenaga Kerja

Seringkali lahan pertanian di dataran rendah, harganya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai lahan pertanian di dataran tinggi. Situasi ini berkaitan dengan kemampuan lahan untuk dapat berproduksi. Lahan pertanian di dataran rendah dapat ditanami padi, palawija, atau sayur-sayuran dalam empat kali setahun, lahannya relatif lebih subur, beririgasi sementara lahan di dataran tinggi kurang subur dan umumnya tidak beririgasi.

d. Status Lahan

Status lahan pertanian, umumnya diklasifikasikan menjadi: lahan milik, lahan sewa dan lahan sakap. Nilai atau harga lahan dengan status milik sering kali lebih mahal bila dibandingkan dengan lahan yang bukan milik. Lahan milik yang biasanya dinyatakan dengan bukti sertifikat tanah selalu harganya lebih tinggi. Hal ini salah satunya disebabkan karena adanya kepastian hukum kepemilikan tanah. Tanah atau lahan pertanian dengan status hak pakai atau hak guna usaha, nilainya relatif lebih rendah daripada harga lahan dengan status hak milik.

2.3.3.2. Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkaan dalam proses produksi. Baik dalam jumlah tenaga kerja yang tersedia tetapi juga dari segi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah sebagai berikut; tersedianya tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja musiman dan upah tenaga kerja.

a. Tersedianya Tenaga Kerja

Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang sukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal.

b. Kualitas Tenaga Kerja

Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu; dan tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi tersedia biasanya dalam jumlah yang terbatas.

c. Jenis Kelamin

Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi jenis kelamin; apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita mengerjakan proses tanam.

d. Tenaga Kerja Musiman

Karena proses produksi pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran musiman. Bila terjadi pengangguran semacam ini, maka konsekuensinya akan terjadi migrasi atau urbanisasi musiman.

e. Upah Tenaga Kerja

Besar-kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh berbagai hal; antara lain dipengaruhi oleh mekanisme pasar atau bekerjanya sistem pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja yang menentukan besar-kecilnya upah, Umur tenga kerja di pedesaan juga sering menjadi penentuan besar-kecilnya upah, Lama waktu bekerja, dan tenaga kerja bukan manusia, seperti mesin dan hewan ternak.

2.3.3.3 Modal

Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal Tetap dapat didefinisikan sebagai komponen biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relatif pendek short term dan tidak berlaku untuk jangka panjang long term, sedangkan modal tidak tetap atau modal variabel adalah komponen biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi.

2.3.3.4 Manajemen

Dalam usaha tani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dan strategis. Manajemen dapat diartikan sebagai “seni” dalam merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses produksi melibatkan sejumlah orang tenaga kerja dari berbagai tingkatan; baik tingkatan umur, tingkatan pendidikan dan tingkatan posisi maupun tingkatan jabatan, maka manajemen harus bisa mengelola komponen orang-orang tersebut dalam tingkatan atau tahapan proses produksi. Manajemen dalam praktek banyak dipengaruhi oleh: tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar-kecilnya kredit, dan komoditas.

2.3.4. Teori Biaya dan Manfaat

Gittinger, 1986 Parsono, 2004: 25 memberikan definisi secara sederhana tentang biaya dan manfaat. Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Biaya produksi adalah sejumlah kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya produksi tersebut meliputi; biaya tetap dan biaya variabel. 2.3.4.1.Biaya Tetap Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh besar-kecilnya jumlah produksi Teken dan Asnawi, 1977 Parsono, 2004: 27. Menurut Kay, 1986 Parsono, 2004: 27. Biaya tetap adalah biaya yang perlu tetap dikeluarkan walaupun faktor produksi tidak digunakan. Besarnya biaya tetap dalam produksi gula dipengaruhi antara lain; besarnya nilai lahan sewa lahan, pajak tanah dan pabrik, gaji karyawan dan lain- lain.

2.3.4.2. Biaya Variabel

Biaya variabel Kay, 1981 Parsono, 2004: 26 adalah biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah produksi yang dilakukan. Biaya variabel antara lain; biaya upah tenaga kerja, transportasi, biaya perbaikan pabrik dan biaya lainnya. Perbedaan biaya tetap dan biaya tidak tetap adalah untuk mempermudah dalam membuat perancanaan jangka pendek dan jangka panjang. Biaya produksi gula kemudian dapat dijabarkan menjadi biaya produksi gula per kilogram gula, yang berguna bagi pabrik gula serta lembaga berwenang seperti Dewan Gula Nasional dan lembaga pemerintah terkait sebagai indikator untuk menentukan harga pokok gula yang layak diterima oleh petani tanpa harus membebani konsumen dan dapat berdaya saing dengan harga gula impor.

2.3.5. Biaya Periodik dan Harga Pokok Produksi

Biaya periodik adalah biaya yang pembebanannya terhadap pendapatan atau pengakuannya sebagai beban, biaya dapat dikelompokkan sebagai harga produk dan biaya periodik. Biaya-biaya periodik terdiri dari biaya-biaya yang secara langsung dibebankan pada laporan laba-rugi sebagai beban dalam periode terjadinya biaya periodik tersebut. Termasuk dalam biaya ini adalah biaya-biaya pemasaran atau penjualan, dan biaya-biaya administrasi dan umum. Dalam penyajian laporan laba rugi dengan pendekatan variable costing semua biaya tetap dilakukan sebagai biaya periodik. Harga pokok produksi adalah semua biaya yang terjadi dalam rangka pembelian faktor-faktor produksi dalam pembuatan produk. Dalam pendekatan full costing harga pokok produk akan sama dengan jumlah dan komponennya dengan biaya pabrik. Termasuk dalam kelompok biaya ini adalah biaya bahan langsung, dan biaya overhead pabrik. Dalam pendekatan variable costing harga pokok produk hanya terdiri dari biaya-biaya pabrik variabel. Gambar 4 berikut ini menunjukkan bahwa harga pokok produk dan biaya- biaya periodik pada akhirnya secara bersama-sama akan disajikan sebagai pengurang atas pendapatan dalam laporan laba rugi, tetapi pertemuan ke dua kelompok biaya tersebut bisa terjadi pada periode yang berbeda. Biaya-biaya periodik dibebankan sebagai pengurang pendapatan saat terjadinya. Sedangkan harga pokok produk nanti akan dibebankan sebagai pengurang atas pendapatan pada periode penjualan produknya, bukan pada saat terjadinya. Harga pokok produk Neraca Aktiva lancar Persediaan xx Saat barang Pada saat terjadi Gambar 4 Arus harga pokok produk dan harga periodik

2.3.6. Perhitungan Harga Pokok Produksi

Dalam pendekatan full costing semua unsur biaya produksi menjadi elemen harga pokok produk. Dalam pendekatan variable costing dari semua unsur biaya produksi hanya biaya-biaya produksi variabel yang diperhitungkan sebagai elemen harga pokok produk. Oleh karena itu, pendekatan variblel costing bagi manajemen lebih baik digunakan sebagai alat perencanaan dan pengambilan keputusan-keputusan jangka pendek yang tidak mengharuskan pertimbangan tentang biaya-biaya non produksi. Biaya periodik Harga pokok gula Biaya penjualan dan administrasi Biaya OH Pabrik Biaya OH Pabrik variabel Biaya tenaga kerja langsung Persediaan barang dalam prosesjadi Sumber: Samryn L,M Akuntansi Manajemen Suatu PengantaL.M. Ed.1 Cet. 2 Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Sumber: Samrin L,M, Akuntansi Manajemen Suatu PengantarL.M, Ed.1 Cet. 2 Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Gambar 5 Arus Biaya full costing Pada Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa dalam arus biaya full costing elemen biaya periodik hanya terdiri biaya administrasi dan biaya penjualan. Elemen harga pokok produknya terdiri dari biaya overhead tetap, biaya overhead variabel serta bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan untuk Gambar 6 berikut merupakan arus biaya variabel costing. Dalam arus biaya ini elemen biaya periodik terdiri dari biaya overhead tetap ditambah biaya administrasi dan penjualan. Elemen harga produknya hanya terdiri dari komponen biaya overhead variabel serta biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, tidak termasuk biaya overhead tetap. Biaya periodik Harga pokok produk Gambar 6 Arus Biaya Variable Costing Sumber: Samrin L,M, SE, Ak, MM, Akuntansi Manajemen Suatu PengantarL.M, Ed.1 Cet. 2 Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada, 2002

2.4. Kerangka Pemikiran