2.1.3. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia APTRI
Pada tanggal 25 November 2000 lahirlah sebuah organisasi independen yang lahir atas inisiatif para petani tebu dengan nama Asosiasi Petani Tebu Rakyat
Indonesia APTRI, di Jember. Tujuan dari lahirnya Asosiasi Petani Tebu Rakyat ini adalah petani tebu diharapkan mempunyai wadah yang legal untuk
menyalurkan aspirasi para anggota dalam hal ini para petani tebu. Hubungan kerjasama antara petani tebu dan PG Pabrik Gula tidak lagi
diatur oleh pemerintah di mana besarnya sewa ditetapkan oleh SK Bupati atau Gubernur. Bentuk hubungan yang terjadi sekarang adalah tergantung dari
kesepakatan antara APTR dan PG yang bersangkutan. Bentuk hubungan bisa persewaan lahan dan kemitraan. Selain meningkatkan daya tawar petani
sebenarnya juga memudahkan PG untuk berhubungan dan bernegosiasi dengan petani dalam meningkatkan areal lahan tebu untuk memenuhi kapasitas gilingnya.
2.2. Efisiensi Teknis dan Ekonomis
Efisiensi adalah ukuran jumlah relatif dari beberapa input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Apabila untuk menghasilkan output tertentu
digunakan input yang paling kecil dalam satuan fisik, maka dapat dikatakan efisiensi secara teknis dapat dicapai. Sedangkan efisiensi secara ekonomis dapat
dicapai apabila untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu digunakan biaya terendah. Jadi baik efisiensi teknis maupun efisiensi ekonomis tergantung
teknologi yang ada dan harga input yang digunakan Teken dan Asnawi, 1997 Parsono, 2004:14.
Teori ekonomi menganggap bahwa suatu faktor produksi sudah dipergunakan dengan efisien secara ekonomis apabila faktor produksi tersebut menghasilkan keuntungan yang maksimal dengan biaya terendah. Sedangkan
penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis apabila faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Kriteria persyaratan dalam penentuan tingkat produksi yang optimum harus memenuhi
syarat keharusan merupakan efisiensi teknis di mana menunjukkan hubungan fisik antara faktor produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan dan syarat kecukupan merupakan efisiensi ekonomis. Menurut Teken dan
Asnawi, 1997 Parsono, 2004:16 menyatakan bahwa konsep efisiensi teknis tidak memberi keterangan tentang keuntungan yang diperoleh produsen atau biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya tingkat keuntungan atau biaya tersebut
merupakan salah satu faktor penting yang menjadi tujuan produsen. Oleh karena itu, dalam proses produksi yang tepat dapat digunakan oleh produsen untuk mencapai keuntungan maksimum atau biaya minimum.
Agar kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat biaya optimum, nisbah antara NPM Nilai Produk Maksimal dan BFM Biaya Faktor Marginal yang merupakan syarat untuk mencapai efisiensi ekonomis,
diharapkan mencapai titik nilai satu. Jadi untuk mencapai keuntungan yang maksimum maka NPM dari faktor produksi yang bersangkutan harus sama dengan harganya Parsono, 2004: 15.
Gambar 1 Sistem Pergulaan Nasional Efisiensinya
Sumber: Dedi M. Masykur Riyadi “pemanfaatan Sumberdaya dalam Pemberdayaan Pergulaan di Era Otonomi daerah” Jakarta, 12 Juni 2003
Gambar 1. Menunjukkan efisiensi produksi gula dapat tercapai jika efisiensi pada industri hulu yang menyediakan input produksi dan efisiensi produksi tebu
dapat tercapai jika input yang digunakan untuk usahatani tebu juga efisien. Efisiensi produksi gula juga harus ditunjang oleh efisiensi manajemen perkebunan
dan efisiensi pabrik. Efisiensi pasar dipengaruhi oleh efisiensi distribusi dan banyaknya jumlah gula yang impor yang beredar di pasar. Gula impor yang
beredar di pasar tergantung kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Gula impor Kebijakan
Perdagangan LN the same level
of playing field
Pasar Gula
nasional
Input : Saprodi
Kredit Litbang
Efisiensi Industri
Hulu Efisiensi
Produksi Efisiensi
manjemen perkebunan
pabrik Efisiensi
Distribusi
Efisiensi Pasar
Petani Perkebunan
Produksi Tebu
Pabrik gula
Gambar 2 Kebijakan dan Fasilitasi Untuk Sistem Pergulaan Nasional
Sumber: Dedi M. Masykur Riyadi “pemanfaatan Sumberdaya dalam Pemberdayaan Pergulaan di Era Otonomi daerah” Jakarta, 12 Juni 2003
Gambar 2 menunjukkan bahwa perkebunan tebu baik perkebunan petani maupun perkebunan pabrikPTP berkembang dengan baik jika fasilitas input
yang digunakan dapat tersedia dengan baik serta kebijakan permodalan yang disediakan pihak perbankkan juga mendukung. Sedangkan untuk pabrik gula yang
paling penting adalah pasokan tebu yang kontinyu serta kredit investasi guna rehabilitasi pabrik dan mesin harus tersedia dengan baik. Jika keadaan seperti ini
dapat tercapai maka industri gula nasional akan dapat perkembang dengan baik.
INPUT Fasilitasi Input
Jaminan distribusi lancar dan subsidi
jika perlu litbang •
Pembinaan Petani •
Hubungan Petani dengan PabrikPTP
PERKEBUNAN TEBU
PETANI PTP JAMINAN
BANK KREDIT
PRODUKSI
Tebu, jaminan kontinuitas pasokan
Rp
PENGAWASAN UNTUK
EFISIENSI PASAR
PASAR GULA PABRIK GULA
KREDIT INVESTASI REHABILITASI
PABRIK MESIN Gula
Rp
Sumber: Elwood S. Buffa, Edisi ke-7 jilid. 1 hal. 9 “Manajemen ProduksiOperasi Modern”
2.3. Kerangka Teoritis