Kerangka Teoritis TINJAUAN PUSTAKA

Sumber: Elwood S. Buffa, Edisi ke-7 jilid. 1 hal. 9 “Manajemen ProduksiOperasi Modern”

2.3. Kerangka Teoritis

2.3.1. Produksi Produksi menurut Assauri 2004: 11 adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu atau jasa. Menciptakan atau mengolah dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang langsung dapat dikonsumsi oleh konsumen. Produksi dilakukan melalui suatu proses produksi. Proses produksi menurut Assauri 2004:11, yaitu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana yang ada. Umpan Balik Informasi mengenai pengeluaran Untuk keperluan pengendalian proses Gambar 3 Proses produksi sebagai proses transformasi atau konversi Pada Gambar 3 di atas dapat menggambarkan proses produksi mentranformasikan input produksi yang menghasilkan produk dan jasa membutuhkan pepngendalian proses yang dilkakukan oleh manajemen operasi. Dalam kaitan produksi tebu aspek yang harus diperhatikan adalah; sistem produksi, manajemen produksi, biaya produksi dan pendapatan.

2.3.2. Sistem Produksi

Sistem produksi menurut Buffa 1983:8, yaitu wahana yang dipakai dalam mengubah masukan-masukan sumberdaya untuk menciptakan barang dan jasa yang bermanfaat. Masukan input sumberdaya dapat berbentuk macam-macam. Dalam operasi manufaktur masukan ini berupa bahan baku, energi, tenaga kerja, mesin, informasi dan teknologi. Dalam sistem yang berorientasi ke jasa sebagian Proses transformasikonfersi Manajemen Operasi: Disain Sistem Perencanaan dan Pengendalian Operasi Keluaran Produk dan Jasa Bahan Baku Tenaga kerja Mesin Sarana Fisik Energi Informasi dan Teknologi besar masukannya ialah tenaga kerja, tetapi tergantung pada sistemnya, mesin, sarana fisik, informasi dan teknologi dapat merupakan masukan yang juga penting misalnya dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam sistem penyediaan makanan, bahan baku menjadi masukan input yang penting. Proses konversi itu sendiri tidak hanya melibatkan penerapan teknologi, tetapi juga manajemen dari berbagai variabel yang dapat dikendalikan. Di sinilah manajemen produksioperasi berperan dengan mendisein dan menyempurnakan sistem itu dan dalam merencanakan serta mengendalikan operasi.

2.3.3. Faktor-faktor Produksi

Faktor produksi input harus diketahui oleh produsen baik jumlah maupun kualitas input yang dibutuhkan dalam memproduksi suatu barang atau jasa. Dalam menghasilkan produk diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi input dan produksi output. Hubungan antara input dan output disebut “factor relationship” FR. Dalam rumus matematis, FR ini dapat dituliskan dengan: Y = f X 1 . X 2 . …X i ….X ii Di mana: Y = Produk yang dipengaruhi oleh faktor produksi, X, dan X = faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y. Dalam proses produksi tebu, maka Y adalah produksi tebu dan X berupa lahan pertanian, tenaga kerja, dan manajemen. Namun demikian, dalam kenyataannya bahwa ke empat komponen faktor produksi tersebut belum cukup untuk dapat memjelaskan Y. Faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat keterampilan dan lain-lain juga berperan dalam mempengaruhi tingkat produksi. Dalam prakteknya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu; faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya dan Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidakpastian, tersedianya kredit dan sebagainya.

2.3.3.1. Lahan Pertanian

Dalam banyak kenyataan bahwa lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani, misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Dalam usaha perkebunan tebu biasanya lahan pertanian yang digunakan adalah lahan sawah dan tegalan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Dengan demikian, luas tanah pertanian selalu lebih luas dari lahan pertanian. Ukuran luas lahan pertanian sering dinyatakan dengan hektar. Akan tetapi, bagi petani-petani di pedesaan sering kali masih menggunakan ukuran tradisional; misalnya “ru, bata, jengkal, patok, bahu” dan sebagainya. Petani di Jawa Timur ukuran yang sering dipakai adalah “bahu” sebagai ukuran lahan mereka. Menurut Soekartawi 2003;5 disamping luas lahan, dalam faktor produksi lahan pertanian harus diperhatikan hal-hal berikut; tingkat kesuburan lahan,lLokasi, topografi dan status lahan.

a. Tingkat Kesuburan Tanah