Tingkat Kesuburan Tanah Lokasi Status Lahan

2.3.3.1. Lahan Pertanian

Dalam banyak kenyataan bahwa lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani, misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Dalam usaha perkebunan tebu biasanya lahan pertanian yang digunakan adalah lahan sawah dan tegalan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Dengan demikian, luas tanah pertanian selalu lebih luas dari lahan pertanian. Ukuran luas lahan pertanian sering dinyatakan dengan hektar. Akan tetapi, bagi petani-petani di pedesaan sering kali masih menggunakan ukuran tradisional; misalnya “ru, bata, jengkal, patok, bahu” dan sebagainya. Petani di Jawa Timur ukuran yang sering dipakai adalah “bahu” sebagai ukuran lahan mereka. Menurut Soekartawi 2003;5 disamping luas lahan, dalam faktor produksi lahan pertanian harus diperhatikan hal-hal berikut; tingkat kesuburan lahan,lLokasi, topografi dan status lahan.

a. Tingkat Kesuburan Tanah

Dahulu ukuran tingkat kesuburan dipakai untuk menentukan tingkat besar- kecilnya pajak tanah atau Iuran Pembangunan Daerah IPeDa. Di mana pajak lahan sawah selalu lebih tinggi dari pada pajak lahan tegal. Hal ini dapat terjadi karena harga lahan sawah lebih tinggi dari pada harga atau nilai lahan tegal, atau dengan kata lain lahan yang relatif subur harganya juga relatif lebih mahal.

b. Lokasi

Harga lahan pertanian juga dipengaruhi oleh lokasi di mana lahan itu berada. Lahan yang kurang subur tetapi dekat dengan jalan besar atau dekat dengan pusat- pusat pelayanan publik maka harganya relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan harga atau nilai lahan yang subur tatapi lokasinya terpencil. c. Topografi Seringkali lahan pertanian di dataran rendah, harganya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai lahan pertanian di dataran tinggi. Situasi ini berkaitan dengan kemampuan lahan untuk dapat berproduksi. Lahan pertanian di dataran rendah dapat ditanami padi, palawija, atau sayur-sayuran dalam empat kali setahun, lahannya relatif lebih subur, beririgasi sementara lahan di dataran tinggi kurang subur dan umumnya tidak beririgasi.

d. Status Lahan

Status lahan pertanian, umumnya diklasifikasikan menjadi: lahan milik, lahan sewa dan lahan sakap. Nilai atau harga lahan dengan status milik sering kali lebih mahal bila dibandingkan dengan lahan yang bukan milik. Lahan milik yang biasanya dinyatakan dengan bukti sertifikat tanah selalu harganya lebih tinggi. Hal ini salah satunya disebabkan karena adanya kepastian hukum kepemilikan tanah. Tanah atau lahan pertanian dengan status hak pakai atau hak guna usaha, nilainya relatif lebih rendah daripada harga lahan dengan status hak milik.

2.3.3.2. Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkaan dalam proses produksi. Baik dalam jumlah tenaga kerja yang tersedia tetapi juga dari segi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah sebagai berikut; tersedianya tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja musiman dan upah tenaga kerja.

a. Tersedianya Tenaga Kerja